Mereka telah berselisih paham tentang Awal Pembangun Kabah.
Dijelaskan, “Awal orang yang membangun Adam AS.”
Dijelaskan, “Awal orang yang membangun Adam AS.”
Ini pendapat
Ibnu Ishaq.
Ada yang
berkata, “Awal yang membangun ulang
Kabah, Nabi Syits AS.
Konon sebelum dibangun ulang oleh Syits AS, Kabah berupa bangunan dari
mutiara merah. Nabi Adam mengelilingi dan memasuki agar merasa tenang, karena
dia diturunkan dari surga.”
Ada yang
berkata, “Awal orang yang membangun ulang, para malaikat. Itu
terjadi karena di saat mereka berkata pada Allah:
‘Kenapa Tuhan akan mencipta orang
yang akan membuat kerusakan di dalamnya?’ (Al-Ayah).
Mereka
khawatir dan tawaf tujuh kali mengelilingi Arasy. Mencari Keridhoan Allah dan merendah pada Allah.
Allah
perintah agar mereka membuat Bait Al-Ma’mur di langit tujuh, agar
mereka mengelilingi. Mengelilingi Baitil-Ma’mur lebih ringan
daripada mengelilingi Arasy. Lalu Allah perintah agar para malaikat
membangun Bait (Rumah) pada setiap
langit dan setiap bumi.”
Diriwayatkan,
“Ketika para malaikat memberi pondasi Kabah, bumi terbelah hingga dasarnya. Lalu
ada bebatuan yang dilemparkan seperti kawanan unta. Itulah yang akhirnya
menjadi pondasi Baitillah, yang diletakkan oleh Ibrahim dan Isma’il AS, agar
menjadi Kabah.
Ketika
banjir besar zaman Nuh AS melanda, Kabah diangkat dan Hajar Aswad ditinggalkan di
gunung Abal-Qubais.”
1. Kabah dibangun ulang, pertama kali oleh Nabi Syits bin
Adam AS.
2. Pembangunan
kedua oleh Nabi Ibrahim AS, dengan mengikuti pondasi sebelumnya.
3. Pembangunan
ketiga dilakukan oleh kaum Quraisy, lima tahun sebelum Islam datang.
4. Pembangunan
keempat dilakukan, setelah Kabah kebakaran di zaman Ibnu Zubair. Kebakaran
terjadi karena batu api yang dilontarkan dari atas gunung Abi Qubais, mengenai dan membakar selambu Kabah. Ibnu Zubair bermusyawarah mengenai Rencana
Merobohkan Kabah. Namun, mereka takut diajak merobohkan Kabah, “Kami
berpandangan, sebaiknya tuan cukup memperbaiki bagian yang rusak saja, tidak
perlu merobohkan.” Ibnu Zubair berkata, “Kalau rumah seorang kalian kebakaran,
tentu dia ingin menyempurnakan pembenahannya. Dan tidak mungkin sempurna, kecuali dengan cara dirobohkan dulu.” Akhirnya Ibnu
Zubair merobohkan. Ia menggali sampai pondasi Ibrahim AS. Ia
menyuruh agar penggaliannya diperdalam lagi.
Ketika menggerak-gerakkan
batu pondasi, mereka kaget karena melihat api. Ibnu Zubair menyuruh agar mereka
membiarkan pondasi tersebut, lalu mengawali penggalian dari dasar galian.
Ketika perobohan Kabah berhasil sampai pondasi,
Ibnu Zubair menutup Kabah dengan sitir, sehingga orang-orang yang thawaf mengelilingi
sitir tersebut sebagai ganti dinding Kabah sementara. Masyarakat
kurang berkenan dengan keadaan tersebut. Jumlah orang yang thawaf menjadi
berkurang. Ada yang menjelaskan, “Di hari Ibnu Zubair dibunuh, terjadi
peperangan dahsyat. Mayoritas manusia sangat sibuk karena peperangan tersebut.
Tak seorang pun mengelilingi Kabah. Hanya ada unta yang mengelilingi.” Pintu Kabah
diturunkan hingga menempel tanah. Sebelum
wafat, Ibnu Zubair
telah memasang pintu Kabah bagian belakang (barat), dan memasukkan
Hijr Isma’il ke dalam Kabah. Alasan Ibnu Zubair, Hadits yang
diterimanya dari ‘Aisyah. Nabi SAW bersabda, “Apa kau tak berpikir
mengenai Saat Kaummu Membangun Ulang Kabah? Mereka telah mengurangi dari pondasi
Ibrahim, di saat biaya mereka kekurangan. Kalau bukan karena
kaummu yang baru meninggalkan adat Jahiliyah, niscaya aku telah merobohkan.
Selanjutnya aku membuat pintu belakang turun ke tanah. Dan Hijr Isma’il
tentu telah kumasukkan ke dalam Kabah.”
Ibnu Zubair
berkata, “Kini kami tidak keberatan membiayai.” Beliau RA membangun
ulang, berdasarkan
Hadits yang ia terima dari ‘A’isyah tersebut. Ketika telah menjadi penguasa Islam sedunia, Abdul-Malik bin Marwan berkata, “Kami
tidak menggubris Abi Khubaib (Ibnu Zubair) sedikitpun.” Lalu beliau merobohkan bangunan Kabah tersebut.
5. Selanjutnya dibangun lagi seperti
yang ada pada zaman Nabi SAW. Setelah rampung dibangun ulang, Harits bin Abi
Rabi’ah (seorang tokoh Islam yang terkenal dengan julukannya ‘Al-Quba’,
datang kepada Abd Al-Malik. Saudara laki-laki Umar bin Abi Rabi’ah yang menjadi
penyair terkenal tesebut, ditemani seorang lelaki. Menyampaikan Hadits dari
‘Aisyah yang tertulis di atas. Abd Al-Malik menyesali perbuatannya. Ia
menancapkan tongkat yang ia pegang ke bumi, sambil berkata, “Mestinya aku
senang membiarkan Aba Khubaib (Ibnu Zubair) merubah Kabah seperti itu, seperti
yang ia inginkan.” Inilah pembangunan ulangan kelima.
0 komentar:
Posting Komentar