SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

Tampilkan postingan dengan label Abu Ubaidah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Abu Ubaidah. Tampilkan semua postingan

2015/05/21

PS 125: Pembebasan Syam






Pada Jaisyuz-Zachf (جيش الزحف) pasukan andalannya, Khalid berkata, “Peperangan ini luar biasa.”
Khalid berdoa, “Ya Allah! Tolonglah pasukan Muslimiin” Lalu berkata pada Abu Ubaidah, “Yang mulia! Ternyata para pasukan yang datang kemari pembawa gada itu! Disatukan dengan rantai.”
Abu Ubaidah menjawab, “Yang bisa mengalahkan mereka hanya kaum yang tabah” Lalu bertanya, “Bagaimana sebaiknya, hai Ayah Sulaiman?.”

Dari lautan pasukan itu, Mahan memilih 100.000 prajurit gagah berani, agar menyerang di bagian depan. 

Khalid segera menyadari keadaan. Dia berkata pada Abu Ubaidah,“Sebaiknya yang mulia menempati tempat yang ditempati oleh Said bin Zaid, di belakang, bersama 200 hingga 300 sahabat Rasulillah SAW. Agar kaum di sana sungkan pada Allah dan pada baginda yang mulia. Agar mereka tidak kabur.”

Saat itu nama Said bin Zaid sangat masyhur, hampir seperti Abu Ubaidah. Karena dia tergolong ‘sepuluh orang pasti masuk surga’, berdasarkan Sabda Rasulillah SAW.


Dalam suasana mencekam itu, Said dipanggil agar menempati tempat Abu Ubaidah
Abu Ubaidah mundur menempati tempat Said.

Abu Ubaidah memilih 200 hingga 300 pasukan berkuda dari Yaman. Di antara mereka ada beberapa orang Muhajiriin dan Anshar. Mereka lah yang mendampingi Abu Ubaidah, bersebelahan dengan Said bin Zaid.  [1]

Menurut laporan Waraqah bin Muhalhil Attanukhi (ورقة بن مهلهل التنوخي), pembawa panji Abu Ubaidah di dalam Perang Yarmuk:


Dengan menangis terharu, Abu Ubaidah berkata, “Sampaikan salam saya pada baginda SAW! Dan katakan ‘kami telah menyaksikan ‘Janji Tuhan untuk kami! Ternyata benar!’.”
Pemuda itu memacu kuda untuk persiapan menyerang. 
Kedatangannya disambut oleh lelaki Romawi berkuda.
Pemuda itu mendekati lawan sambil melantunkan syair:

Tak lama lagi kita akan berperang
Dengan pedang telanjang
Semoga saya berhasil meraih keberuntungan
Di dalam Firdaus yang menawan

Pemuda itu bertempur melawan lawannya. Dan pedangnya menembus hingga musuhnya roboh dan sakarat. Dia merampas harta dan kuda musuh yang telah tewas, untuk diserahkan pada lelaki dari kaumnya. Lalu bergerak ke tengah medan, menantang perang.

Seorang datang untuk melawan. Namun beberapa jurus kemudian tewas oleh tebasan pedangnya.

Musuh yang ketiga dan keempat bernasib sama, tewas oleh tebasan pedangnya.

Musuh yang kelima yang mampu mengalahkan pemuda itu.

Kaum dari suku pemuda itu marah, karena dia yang jagoan. Mereka bergerak untuk menyerang, untuk membalaskan kematian saudara sekakek.

Arak-arakan pasukan Romawi yang berdatangan, jauh lebih banyak, bagaikan kawanan belalang yang tak terhitung. Yang mereka dekati, pasukan Muslimiin yang berada di sayap kanan.

Dengan penuh semangat, Abu Ubaidah berkata, “Hai! Musuh-Musuh Allah telah mendekat! Bersiaplah! Ketahuilah bahwa Allah bersama kalian! Semangatlah dalam menghadapi serangan untuk menyambut Pertolongan Tuhan.”
Abu Ubaidah memandang langit lalu berdoa, “Ya Allah! Hanya kepadaMu kami menyembah! Dan hanya kepadaMu kami mohon Pertolongan! Hanya kepadaMu kami meyakini sebagai satu-satunya Tuhan! Dan meyakini bahwa tidak ada yang membandingi Kau! Musuh-MusuhMu ini mengkufuri Kau dan Ayat-AyatMu! Dan mereka menganggap Kau berputra! Ya Allah buatlah mereka kabur! Dan hati mereka kacau-balau ketakutan! Turunkan Ketenangan pada kami! Tetapkanlah kami pada kalimat taqwa! Amankan kami dari AdzabMu wahai yang takkan menyelisihi janji! Ya Allah tolonglah kami mengalahkan mereka! Wahai yang telah berfirman di dalam KitabNya dan berpeganglah pada Allah! Dia Pelindung kalian. Sebaik-baik Pelindung, Sebaik-baik Penolong’.” [Qs Al-Chajj 78/الحج: 78].  [2]

Tiba-tiba pasukan Romawi menyerang sayap kanan dengan sengit. Disambut oleh kaum Al-Azd, kaum Madzchaj, kaum Chadhramaut, dan kaum Khaulan.
Serangan yang menggila dilawan dengan garang. Tiba-tiba bala bantuan pasukan Romawi berdatangan banyak sekali. Namun pasukan Muslimiin tidak mundur.

Ketika bala bantuan Romawi yang ketiga, berjumlah sangat banyak, datang menyerang, pasukan Muslimiin terdesak dan surut ke belakang. Karena jumlah tidak sebanding.

Pimpinan Muslimiin di bagian itu, Amer bin Madikarib yang sangat dihormati, yang telah berumur 120 tahun. Dia berteriak, “Hai kaum Zubaid! Hai kaum Zubaid! Kenapa mundur meninggalkan musuh? Apakah kalian senang namanya tercoreng dan hina? Jangan takut terhadap serangan anjing-anjing ini! Apa kalian tak tahu bahwa Allah mengamati kalian yang berjihad dengan tabah? Jika telah tahu kalian tabah! Allah akan segera menurunkan PertolonganNya! Masyak kalian berlari meninggalkan surga menuju neraka dan Kemurkaan yang Maha Kuasa?!.”

Kaum Zubaid berjumlah sekitar 500 orang berkuda, yang lain berjalan kaki, tidak jadi berlari, karena nasehat pimpinan mereka. Lalu kembali lagi untuk mengerumuni pimpinan dan menyerang pasukan Romawi dengan serangan paling ganas.
Kaum Chimyar, Chadhramaut, Khaulan, dan yang lain, berdatangan membantu menyerang.

Pasukan Romawi tersapu ke belakang dan tewas. Apalagi ketika kaum Daus di bawah pimpinan Abu Hurairah berdatangan untuk menyerang. Abu Hurairah RA pembawa panji yang menggerakkan pasukannya, “Hai semuanya! Berperang ini upaya agar kita bisa memeluk para bidadari bermata indah, di sisi Tuhan seluruh alam! Tidak ada tempat yang lebih menyenangkan Allah untuk kita, daripada medan perang ini! Ketahuilah bahwa kaum yang tabah, lebih diutamakan oleh Allah, mengalahkan lainnya, yang tidak berjihad dan tidak tabah!” agar menyerang.

Ucapan Abu Hurairah sangat berpengaruh pada kaum Daus. Mereka mengerumuni Abu Hurairah RA untuk bersama-sama melancarkan serangan terganas atas lawan.
Peperangan berkecamuk dengan sengit.

Titik serbu yang diutamakan oleh pasukan Romawi, bagian sayap kanan.
Pasukan sayap kanan mundur bersama kuda mereka, karena serangan terlalu ganas dan bertubi-tubi. Para wanita Muslimaat berteriak, “Hai para wanita Arab! Ayo kita turun untuk memberi semangat pasukan! Agar mereka kembali lagi menghadapi lawan!.”

Ufairah bintu Ghoffar berpakaian menyerupai pria, karena akan berperang. Dia berteriak, “Hai wanita Arab! Ayo kita beri semangat pasukan kita! Angkatlah anak-anak kalian! Untuk menyuruh pasukan kita bertempur dan berjihad!.”

Sejumlah wanita melemparkan batu pada pasukan Muslimiin yang lari ke belakang. Anak perempuan Ash bin Munabbih berteriak, “Allah akan menghina lelaki yang tidak berjuang membela istri!.”

Beberapa wanita berkata, “Kalian bukan suami kami yang hebat! Jika tidak melindungi kami dari serangan kaum kafir ini!” pada para suami yang lari.

Khaulah bintil-Azwar, Khaulah bintu Tsalabah, Kaub ibnatu Malik (كعوب ابنة مالك), Salma bintu Hasyim, Nakm bintu Fayadh (ونعم ابنة فياض), Hind bintu Utbah, dan Lubna bintu Jarir, menggerakkan para wanita Muslimaat, agar ikut berjihad.

Walau hatinya berdebar, Khaulah melantunkan syair pemacu semangat jihad:


Pengaruh syair yang dilantunkan, luar biasa.
Pasukan Muslimiin yang telah berlari, berbalik maju lagi untuk menyerang. Bahkan serangan mereka ganas sekali hingga pasukan Romawi kocar-kacir dan berjatuhan.

Hind bintu Utbah muncul membawa tongkat, diikuti para wanita Muhajiraat. Dengan semangat, dia membaca syair pemacu semangat jihad:
Kami anak-anak perempuan Thariq
Berjalan membawa namariq  [3]
Bagai burung Qutha yang aduhai
Barangsiapa enggan berpisah dengan kami
Taklukkan musuh untuk kami
Jika kalian berlari kalah
Sebaiknya kita berpisah
Lelaki perkasa adalah
Pelindung para Muslimah





[1] Said bin Zaid RA, sahabat nabi SAW yang menganggap ‘dosa sangat besar’ pada Pembunuhan Utsman bin Affan RA, ketika Islam telah berjaya. Bukhari meriwayatkan tentang itu: صحيح البخاري - (ج 12 / ص 246)
3578 - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنَا قَيْسٌ قَالَ سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ زَيْدٍ يَقُولُ لِلْقَوْمِ لَوْ رَأَيْتُنِي مُوثِقِي عُمَرُ عَلَى الْإِسْلَامِ أَنَا وَأُخْتُهُ وَمَا أَسْلَمَ وَلَوْ أَنَّ أُحُدًا انْقَضَّ لِمَا صَنَعْتُمْ بِعُثْمَانَ لَكَانَ مَحْقُوقًا أَنْ يَنْقَضَّ.

Arti (selain isnad)nya:
Qais berkata, “Saya pernah mendengar Said bin Zaid berkata pada kaum ‘kalau saya melihat saat saya diikat oleh Umar, (karena) saya dan sudara perempuannya (beragama Islam). Saat itu Umar belum Islam. Kalau gunung Uhud telah diqadar remuk-redam karena perlakuan kalian (yang kejam) atas Utsman, niscaya saat itu benar-benar remuk-redam.

[2] Dalam Futuchus-Syam, dijelaskan mengenai hal itu: فتوح الشام - (ج 1 / ص 158)
ثم رمق إلى السماء بطرفه وقال: اللهم إياك نعبد وإياك نستعين ولك نوحد ولا نشرك بك شيئاً وأن هؤلاء أعداؤك يكفرون بك وبآياتك ويتخذون لك ولداً: اللهم زلزل أقدامهم وارجف قلوبهم وأنزل علينا السكينة وألزمنا كلمة التقوى وآمنا عذابك يا من لا تخلف الميعاد، اللهم انصرنا عليهم يا من قال في كتابة العزيز: " واعتصموا بالله هو مولاكم فنعم المولى ونعم النصير.

[3] Namariq: Bantal untuk mempernyaman duduk dan tidur.

2015/05/20

PS 124: Pembebasan Syam





Pada Abu Ubaidah, seorang Muslim berkata “Yang mulia! Semoga Allah berbuat baik pada tuan! Semalam saya juga bermimpi.” 
Abu Ubaidah berkata, “Berarti in syaa Allah, kita akan bernasib baik. Semoga Allah menyayang kau! Mimpi bagaimana?.”
Dia menjawab, “Saya bermimpi, ‘kita pergi ke arah musuh untuk berperang. Sejumlah burung bersayap hijau berkuku tajam, sama turun dari langit. Dengan kuku setajam kuku macan, kawanan burung itu menyerbu mereka, bagai burung garuda mengamuk. Musuh yang diserang, tewas berserakan’.”

Setelah mimpi dituturkan, Abu Ubaidah, dia, dan pasukan Muslimiin, berbahagia. Sebagian mereka berkata “Berbahagialah! Allah akan menyelamatkan dan menolong kita dengan mengerahkan para Malaikat-Nya, seperti pada zaman Perang Badar dulu."
Dengan bahagia, Abu Ubaidah berkata, “Ini mimpi baik yang artinya ‘kita akan segera mendapat pertolongan’. Kemenangan akan direbut orang-orang taqwa.”

Dengan semangat, seorang Muslim berdiri dan berkata, “Yang mulia! Kenapa kita tidak segera menyerang mereka? Padahal mereka mengulur waktu, untuk bersiasat menunggu kita lengah ?.”
Abu Ubaidah berkata, “Qadar baik lebih cepat bergerak daripada persangkaanmu.”

Tiba-tiba suara gaduh menggemuruh. Ada yang memekikkan, “Serang!” Dari jarak jauh.
Ternyata pasukan Romawi telah berdatangan, dengan tekat menggempur pasukan Muslimiin.

Abu Ubaidah khawatir jangan-jangan sebagian Muslimiin ada yang telah terluka. Dia bergerak cepat untuk meneliti keadaan. Tiba-tiba Said bin Zaid dan Amer bin Nufail muncul dari tempat penjagaan, untuk laporan.
Mereka berdua membawa lelaki Nashrani yang menyatakan Islam, dihadapkan pada Abu Ubaidah. 
Seorang dari mereka berdua berkata, “Yang mulia! Ternyata Raja Mahan telah melancarkan siasat perang atas kita! Dengan cara mengulur waktu! Sekarang dia datang mendadak menuju kemari, membawa pasukan, untuk menyerang kita! Mereka tahu kita sedang lengah! Lelaki Nashrani yang kami tangkap ini telah menyatakan Islam dan melaporkan semua itu. Membela kita. Dia melaporkan bahwa Mahan telah mengutus seorang bathriq pilihannya, agar memimpin serangan atas kita. Raja-raja Romawi telah bersepakat ‘akan menyerang kita’ dengan pasukan mereka masing-masing. Ini berarti kita akan kesulitan.”

Mereka mengulurkan wajah dan terkejut, saat melihat sejumlah panji berkibar-kibar, dan Salib-Salib gemerlapan, dibawa oleh lautan pasukan Romawi, yang berdatangan. Derap kaki kuda membahana, dan debu-debu beterbangan.

Lalu bertanya, “Di mana Ayah Sulaiman? Khalid bin Al-Walid?!.”
Khalid menjawab, “Ya! Saya datang.”
Abu Ubaidah perintah, “Siapkan pasukan, untuk melindungi para wanita! Aturlah agar semua pasukan siaga sepenuhnya!.”
Khalid menjawab, “Akan saya laksanakan dengan senang dan sebaik-baiknya.”

Khalid berteriak, “Mana Zubair bin Al-Awwam!? Abdur Rohman bin Abi Bakr?! Fadhl bin Abbas?! Yazid bin Abi Sufyan?! Rabiah bin Amir?! Maisarah bin Masruq?! Maisarah bin Qais?! Abdullah bin Unais?! Shakhr bin Charb?! Umarah Addausi?! Abdullah bin Sallam?! Ghanim Al-Ghanawi?! Miqdad bin Al-Aswad?! Abu Dzarr Al-Ghifari?! Amer bin Madikarib?! Amar bin Yasir?! Dhirar bin Al-Azwar?! Amir bin At-Thufail?! Aban bin Utsman bin Affan?!.”

Mereka yang dipanggil, bergerak cepat, menyambut datangnya pasukan Romawi yang menakutkan. Dengan gagah-berani mereka bersiap melayani serangan yang menakutkan.

Abu Ubaidah mempersiapkan pasukan yang lain.
Abu Sufyan datang pada Abu Ubaidah untuk berkata, “Yang mulia! Perintahlah wanita-wanita kita, agar mendaki gunung ini.”
Abu Ubaidah menjawab, “Usulanmu akan saya laksanakan.”
Suasana mencekam.

Abu Ubaidah perintah agar para wanita ‘mendaki’ gunung, untuk berlindung dan melindungi anak-anak. Dan berpesan, “Bawalah tongkat dan kumpulkanlah batu-batu untuk melempar! Berilah semangat para pasukan Muslimiin! Jika ada yang lari! Pukullah dengan tongkat dan lemparlah dengan batu! Angkatlah anak kalian sambil berkata ‘belalah anak istri dan agama kalian ini '!” pada para wanita.
Para wanita Muslimaat menjawab, “Yang mulia! Berbahagialah! Baginda akan segera mendapat kemenangan.”

Setelah memberi pengarahan pada wanita Muslimaat agar naik ke atas gunung, Abu Ubaidah perintah agar pasukan Muslimiin ‘mempersiapkan perlawanan’.

Pasukan Muslimiin sebelah kiri, sebelah kanan, dan tengah, telah siap sepenuhnya. Kebanyakan panji-panji yang dibawa, berwarna kuning. Ada yang berwarna putih, hijau, dan hitam.

Panji-panji yang dibawa oleh kabilah-kabilah (selain pasukan Muhajirin) berkibar-kibar dengan warna berbeda-beda. Pasukan yang bertempat pada barisan paling tengah, kaum Muhajirin dan Anshar. Hati mereka berdebar-debar.

Secara keseluruhan pasukan Muslimiin dibagi menjadi tiga:
1.     Pasukan berpanah terdiri dari kaum Yaman.
2.     Pasukan berkuda.
3.     Pasukan berunta.

Pasukan berkuda dibagi tiga:
1.     Sebagian dipimpin oleh Ghiyats bin Charmalah Al-Amiri (غياث بن حرملة العامري).
2.     Sebagian lagi dipimpin oleh Maslamah bin Saif Al-Yarbui (مسلمة بن سيف اليربوعي).
3.     Yang lain dipimpin oleh Al-Qaqa bin Amer Attaimi (القعقاع بن عمرو التميمي).

Di belakang panji-panji berkibar, pasukan Muslimiin berbaris. Panji paling dibanggakan, dibawa oleh Abu Ubaidah. Panji itu, pemberian AbuBakr Assiddiq, ketika Abu Ubaidah diperintah agar pergi ke Syam, untuk berdakwah dengan pedang. Bahkan panji kuning itu pula yang pernah dibawa oleh Rasulillah SAW, di dalam Perang Khaibar, tahun tujuh Hijriah. Panji yang menarik setelah itu panji Khalid, bernama Al-Iqab, berwarna hitam.

Yang ditunjuk memimpin pasukan berjalan kaki, Syurachbil bin Chasanah.
Yang memimpin pasukan sayap kanan, Yazid bin Abi Sufyan.
Yang memimpin pasukan sayap kiri, Qais bin Hubairah.
Dan yang diserahi memimpin semuanya, Khalid, di bawah kendali Abu Ubaidah.

Cukup banyak pasukan Muslimiin yang menitikkan dan mengalirkan air mata, karena melihat Kebesaran Allah yang tampak dibalik kenyataan yang ada. Banyak juga yang berdoa sambil menangis karena ingin diperhatikan oleh Allah Subhanah.  

Seluruh barisan telah disiapkan. 
Abu Ubaidah memasuki celah-celah barisan, untuk memeriksa keadaan. Dan mengarahkan agar mereka semangat di dalam berperang, “In tanshuruu Allaha yanshurkum wa yutsabbit aqdaamakum.” [1]
Artinya: Jika kalian menolong Allah, Allah akan menolong menetapkan tumit-tumit kalian. 

Pada mereka, Abu Ubaidah berkata, “Tabahlah dalam berperang! Agar kalian segera lepas dari kesusahan ini, dan dirodhoi oleh Tuhan! Selain itu, semangat! ‘Yang akan mengalahkan musuh!’ Maka jangan meninggalkan barisan! Jangan turun semangat! Selain itu, supaya selalu menyebut Nama Allah! Biarkan mereka memulai serangan! Tetapi panah dan perisai agar selalu siap di tangan! Jangan banyak bicara! Kecuali untuk menyebut Nama Allah! Jangan coba-coba melakukan yang membahayakan! Laporkan padaku sebelum melakukan tindakan!.”

Abu Ubaidah kembali lagi pada tempatnya.
Muadz bin Jabal muncul untuk mengelilingi pasukan, dan menyampaikan pengarahan, “Hai umat Islam penegak Al-Huda (Petunjuk Allah) dan kebenaran! Ketahuilah bahwa Rahmat Allah takkan kalian raih kecuali dengan beramal! Tidak mungkin bisa diraih hanya dengan berangan-angan! Surga tak mungkin bisa dimasuki kecuali dengan beramal dan Rahmat Allah! Dan orang-orang Tabah, yang akan diberi Rahmat dan Ampunan luas, oleh Allah! Bukankah kalian sering mendengar Firman Allah ‘Allah telah menjanjikan pada sebagian orang-orang yang beriman dari kalian:
1.     Niscaya akan menjadikan mereka sebagai Khalifah di dalam bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan Khalifah pada orang-orang sebelum mereka.
2.     Niscaya akan memberi Tempat sungguh pada agama mereka yang Dia ridhoi, untuk mereka.
3.     Niscaya akan memberi ganti Rasa Aman dari setelah ketakutan mereka. Mereka akan menyembah Aku tidak mensyirikkan Aku pada sesuatu. Barang siapa kufur setelah itu, berarti mereka orang-orang Fasiq?’.  [2]
Sungkanlah pada Allah! Agar tidak lari dari perang! Kita ini di dalam Genggaman Allah! Jalan selamat kita justru berlindung pada Allah!.”

Muadz mengulang-ulang nasehatnya, lalu kembali lagi pada tempatnya.
Sahl bin Amer muncul dengan kudanya di hadapan barisan, dengan membawa pedang terhunus. Dia menyampaikan nasehat yang hampir sama dengan nasehat Muadz.

Abu Sufyan muncul berkendaraan kuda membawa pedang dan tombak, untuk berkata, “Hai orang-orang Arab yang hebat! Di wilayah kaum kafir ini demi Allah! Yang bisa menyelamatkan kalian hanya ‘menyerang dan membelah’ kepala mereka! Dengan itulah kalian akan dekat pada Tuhan, dan mendapatkan kebahagiaan! Ketahuilah bahwa semangat kalian dalam perang ini, yang akan dipergunakan sebagai alasan oleh Allah, untuk memberi ‘Pertolongan’ pada kalian! Semangatlah dalam berjihad ini! Pertolongan akan turun jika kalian telah terbukti tabah! Bahkan jika kalian tabah! Negeri-negeri dan kota-kota mereka, akan kalian rebut! Anak lelaki dan anak perempuan mereka akan menjadi pelayan kalian! Kalau kalian lari, justru akan sengsara! Karena harus menyusuri jalan sangat panjang yang tak mungkin bisa dilalui, kecuali dengan perbekalan memadai! Dan itu berarti kalian justru takkan mungkin bisa merebut lagi rumah-rumah mewah dan istana-istana megah, yang tadinya telah kalian kuasai! Lawanlah mereka dengan pedang untuk berjihad maksimal! Dan jangan sekali-kali mati kecuali dalam keadaan Islam!.”

Tidak semua pasukan Muslimiin ketakutan, ketika menyadari harus berhadapan dengan lautan lawan yang sangat ganas. Bahkan di antara mereka banyak yang justru menangis bahagia, karena bisa berdekatan pada Allah, bisa menumpahkan segala rasa syukur, dan berdoa.

Abu Sufyan meninggalkan barisan untuk naik gunung. Pada para wanita Muhajiraat dan para anak perempuan Anshar, dia nasehat, “Sungguh Rasulullah SAW bersabda ‘sesungguhnya akal dan agama para wanita kurang’. Oleh karena itu kalian harus menjaga agama kalian! Dan tekat kalian agar diteguhkan! Berilah semangat suami-suami kalian untuk berjihad! Jika ada seorang suami yang lari! Lemparlah dengan batu! Pukullah kaki kudanya dengan tongkat! Angkatlah anak-anak kalian! Agar dia sadar harus kembali berperang untuk melindungi anak-istri!.”

Walau hati berdebar, para wanita Muslimaat menyenandungkan syair pemacu semangat jihad. Abu Sufyan kembali ke barisan, untuk mengucapkan, “Hai Muslimiin semuanya! Kalian telah menyaksikan lawan mendekat! Berjihad inilah jalan agar kita bisa berdekatan dengan Rasulallah SAW! Surga di depan kita! Syaitan dan neraka di belakang kita.”
Semangat mereka telah berkobar-kobar.


Perkiraan Mahan, dalam pertempuran itu, pasukan Muslimiin akan lari ketakutan, meleset. Bahkan ketika Khalid dan 500 pasukanberkudanya mengamuk memulai serangaran paling ganas, banyak pasukan Romawi yang berlarian ke belakang.
Mahan menggertak, “Serbu!” Pada pasukannya yang diam, tidak segera melancarkan serangan.

Tak lama kemudian lautan pasukan Romawi melancarkan serangan bertubi-tubi. Dalam peperangan akbar itu, Mahan telah memilih 30.000 orang penting, ditempatkan pada lobang-lobang berderet memanjang ke belakang, di sebelah kanan arak-arakan pasukan.

Tiap 10 orang dari mereka yang di dalam lobang, disatukan dengan rantai, agar tidak bisa berlari meninggalkan tempat. Mereka ditugaskan melindungi pasukan, dari sebelah kanan. Mereka telah disumpah, “Demi Isa bin Maryam! Demi Salib! Demipara ulama Nashrani! Demi para rahib Nashrani! Demi empat Gereja: Takkan lari, meskipun semua pasukan Romawi mati.”

Khalid berkata, “Sepertinya peperangan ini akan menjadi akbar” Lalu berdoa, “Ya Allah! Bantulah kaum Muslimiin dengan Pertolongan.”






[1] {إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ} [محمد: 7].
[2] Mengenai itu, Allah berfirman: وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ [النور/55.