SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

Tampilkan postingan dengan label Seni Menegur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Seni Menegur. Tampilkan semua postingan

2012/04/18

Seni Menegur


Bedah Ayat Al-Qur’an


Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, terdapat banyak contoh cara menegur orang salah atau mendidik, dengan cara indah. Di antaranya Teguran Allah yang dilontarkan pada pertengahan bulan Syawal tahun tiga Hijriyah, yaitu setelah Perang Uhud yang bersejarah. Teguran indah ini di alamatkan secara khusus pada Jabir bin Abdillah dan keluargnya yang terdiri dari dua golongan, yang keberanian mereka kurang:
إِذْ هَمَّتْ طَائِفَتَانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلَا وَاللَّهُ وَلِيُّهُمَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ [آل عمران/122، 123].
Artinya:
Ketika itu dua golongan dari kalian telah sengaja mengecut, padahal Allah kekasih dua golongan tersebut. [1] Dan hendaklah orang-orang iman ‘bertawakkal’ pada Allah! Padahal niscaya sungguh Allah telah menolong kalian di dalam Perang Badar, ketika kalian dalam keadaan hina! [2] Maka takutlah Allah! Agar kalian bersyukur!.”
Kiranya tidak ada teguran yang lebih indah daripada teguran melalui dua ayat di atas. Bagi Jabir bin Abdillah dan keluarganya ‘teguran tersebut’ pasti terukir di dinding hati mereka, dan takkan dilupakan sepanjang hidup. Bahkan teguran tersebut menjadi hiburan yang selalu diingat-ingat setiap saat.

Bukhari meriwayatkan pernyataan Jabir berkenaan ayat tersebut: صحيح البخاري - (ج 12 / ص 446)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ عَنْ عَمْرٍو عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ فِينَا { إِذْ هَمَّتْ طَائِفَتَانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلَا } بَنِي سَلِمَةَ وَبَنِي حَارِثَةَ وَمَا أُحِبُّ أَنَّهَا لَمْ تَنْزِلْ وَاللَّهُ يَقُولُ { وَاللَّهُ وَلِيُّهُمَا }.
Arti (selain isnad)nya:
Dari Jabir RA, “Ayat ini (إِذْ هَمَّتْ طَائِفَتَانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلَا / Ketika itu dua golongan dari kalian telah sengaja mengecut (dan seterusnya)), turun mengenai kami keluarga Bani Salimah dan Bani Charitsah. Namun saya justru tidak senang jika ayat tersebut tidak diturunkan. Allah (saat itu) berfirman padahal Allah kekasih dua golongan tersebut (وَاللَّهُ وَلِيُّهُمَا)’.”

Kesimpulan:
1.      Pastikan orang yang ditegur atau dididik tahu kita berniat baik, cinta atau perhatian padanya.
2.      Berilah penghargaan pada orang yang ditegur atau dididik tersebut. Pernyataan, “Saya senang berteman dengan kau. Saya merasa beruntung bisa bersalaman dengan kau,” termasuk penghargaan.
3.      Sampaikan pesan dengan bahasa indah dan singkat. Kecuali jika dia ingin penjelasan yang lebih panjang.
4.      Pesan indah terkadang tidak diterima, karena waktu dan keadaan, kurang tepat.



[1] Wa (وَ) dalam lafal wallohu (وَاللَّهُ) diartikan padahal karena haliyah.
[2] Wa (وَ) dalam huruf walaqad (وَلَقَدْ) diartikan 'padahal' karena haliyah. Wa (وَ) dalam lafal waantum (وَأَنْتُمْ) diartikan 'ketika kalian dalam keadaan', karena untuk menjelaskan keadaan saat itu (haliyah).