Dalam kitab Kanzul-Ummal penjelasan Umar RA ditulis, “Suatu
hari kami duduk bersama nabi SAW, di gunung Tihamah. Tiba-tiba seorang kekek
tua bertongkat, datang. Salam dia dijawab oleh nabi SAW.
Nabi bersabda ‘ini naghomah (suara kawanan lebah) dan suara
jin. Siapa kau?’.
Nabi bertanya ‘berarti antara kau dan Iblis, dua generasi?’.
Dia menjawab ‘betul’.
Nabi SAW bertanya ‘berarti berapa umurmu?’.
Dia menjawab ‘saya hidup hampir selama dunia dihuni oleh manusia’.
Nabi bertanya ‘logikanya bagaimana?’.
Dia menjawab ‘di malam Qobil membunuh Habil; saya kanak-kanak,
umur beberapa tahun. Saat itu saya sudah bisa memahami pembicaraan, dan bermain
di sejumlah perbukitan. Saya perintah agar makanan dirusak dan hubungan famili
dipisahkan (diadu)’.
Nabi bersabda ‘sejelek-jelek kelakuan syaitan yang menjelma orang
tua, dan menjelma pemuda yang suka dicela’.
Dia berkata’ biarkan saya sering kemari. Sungguh saya bertobat
pada Allah azza wajalla. Saya dulu pernah bersama Nabi Nuh AS di dalam
Masjidnya, bersama kaumnya yang
beriman. Dia saya cela karena telah mendoakan jelek atas kaumnya. Hingga dia
dan saya menangis. Dia berkata ‘saya telah menyesal. Saya berlidung pada Allah
agar tidak tergolong kaum Bodoh’.
Saya
berkata:
Ya Nuh, saya dulu bergabung dalam
membunuh orang beruntung, Habil bin Adam. Apakah tobat saya bisa diterima oleh
Tuhanmu?’.
Nuh AS
berkata ‘hai Hammah, berniat dan lakukan kebaikan! Sebelum nestapa dan
menyesal! Saya telah membaca Wahyu yang diturunkan oleh Allah azza wajalla
pada saya:
Tiada hamba yang dosanya sampai
puncak, bertobat pada Allah, kecuali Allah menerima tobatnya. Berdirilah untuk
wudhu dan sholat dua rakaat!’.
Maka
saya melaksanakan perintahnya. Allah menyeru saya:
‘Angkatlah kepalamu! Tobatmu dari
langit telah diterima!’
Maka
saya merebah untuk bersujud, selama setahun.
Saya
juga pernah bersama Hud AS di Masjidnya, bersama kaumnya yang beriman. Saya mencela
terus-menerus, karena pernah mendoakan jelek atas kaumnya. Hingga dia dan saya
menangis. Dia berkata, ‘saya telah menyesali perbuatan itu. Dan berlindung pada
Allah agar tidak tergolong kaum Bodoh’.
Saya
juga pernah bersama Sholih AS, di Masjidnya, bersama kaumnya yang beriman. Saya
mencela dia terus, karena pernah mendoakan jelek atas kaumnya. Hingga dia dan
saya menangis.
Saya
juga pernah berkunjung pada Yaqub AS. Juga pernah mendampingi hingga diberi
kedudukan penting oleh Yusuf AS. Juga sering menemani Ilyas AS di beberapa
jurang. Sekarang ini saya bertemu dia. Saya juga pernah bertemu dan diajar
sebagaian kitab Taurat, oleh Musa AS. Dan dipesan ‘jika kau bertemu Isa bin
Maryam, sampaikan salam saya padanya!’.
Setelah
bertemu, saya menyampaikan salam Musa padanya AS. Dia berpesan ‘kalau kau
bertemu Muhammad, sampaikan salam saya padanya!’.
Dua
mata Rasulillah SAW berlinang airmatanya, dan menangis. Lalu bersabda ‘semoga
Salam atas Isa AS, selama dunia belum Kiamat, begitu pula pada kau Hammah, yang
telah menyampaikan titipan salam pada saya’.
Dia
berkata ‘ya Rasulallah, perlakukan saya, seperti Musa AS memperlakukan saya.
Dia telah mengajarkan sebagaian kitab Taurat pada saya’.
Nabi
SAW mengajarkan padanya:
1. Surat Al-Mursalat.
2. Surat Annaba.
3. Surat Attakwir.
4. Al-Falaq.
5. Annas.
6. Al-Ikhlash.
Lalu
bersabda ‘laporkan keperluanmu pada kami! Seringlah datang kemari!’.”
Umar
bin Al-Khatthab RA berkata, “Rasulullah SAW telah wafat, namun belum pernah ‘memberitakan
kematian’ Hammah, pada kami. Kami tidak tahu dia masih hidup, atau telah
wafat.”
Semoga
Cerita Islami berikutnya “Paling bermanfaat.”