Di tengah kepungan tersebut, pasukan
Muslimin kelihatan sangat sedikit.
Peperangan yang
tidak seimbang berlangsung mulai pagi hingga matahari bertengger di tengah
kepala.
Suara kedua meledak, “Aku Abdur Rohman bin Abi Bakr !.”
Di tengah pasukan berkuda yang berdatangan itu, panji
berkibar menari-nari di tangan Rafi bin Umairah.
Khalid
menyuruh mereka berpindah untuk beristirahat, pada tempat yang
nyaman.
Hingga
dua hari, mereka beristirahat di dalam deretan tenda di hutan luas.
Tiba-tiba
pasukan berkuda dari Bushro berdatangan untuk menyerang.
Khalid
berteriak, “Kaum Romawi datang kemari! Mereka tahu bahwa kita
dan kuda kita capek! Ayo kita hadapi! Semoga Allah memberi Barokah pada kalian! Bersiaplah!.”
Mereka
bergerak cepat menata barisan. Yang memimpin barisan sebelah kanan; Rafi bin
Umairah Atthai.
Yang
memimpin barisan bagian kiri; pemuda bernama Dhirar bin Al-Azwar.
Penyerang
barisan tengah, dipimpin oleh Abdur Rohman bin Abi Bakr.
Pasukan
paling menakutkan bernama Jaisyuzzachf (Pasukan Pengobrak-Abrik), dibagi menjadi dua. Yang satu di bawah pimpinan
Al-Musayyab bin Najibah Al-Fazari; yang lain di bawah pimpinan Madzur bin
Ghanim Al-Asyari (مذعور بن غانم الاشعري).
Pada
mereka, Khalid
perintah, “Jika saya menyerang! Kalian semua menyeranglah!.”
Khalid masuk
ke tengah barisan pasukannya, untuk menyampaikan pesan penting.
Saat itu pasukannya telah tak sabar, ingin segera menyerang.
Dari
tengah barisan pasukan Bushro, muncul lelaki berkuda berbusana
mewah. Emas dan mutiara-merah yang dikenakan,
gemerlapan. Ternyata dia berteriak, “Hai kaum Arab! Suruhlah pimpinan
kalian tertinggi agar kemari! Saya penguasa kota Bushra!” dengan bahasa Arab
yang fasih.
Bathriq
itu bertanya, “Kau pimpinan kaum ini?!.”
Khalid menjawab,
“Kata mereka begitu! Tapi ini hanya selama saya taat Allah dan RasulNya. Jika
telah menentang Allah dan
RasulNya, saya tidak berhak menjadi pimpinan mereka!.”
Dia
berkata, “Saya lelaki pandai di mata raja-raja Romawi. Kebenaran takkan samar
bagi orang yang teliti. Ketahuilah bahwa saya telah membaca kitab-kitab kuno
dan berita orang-orang dahulu. Di sana tertulis: Sunguh Allah
akan mengutus lelaki dari Quraisy bernama Muhammad bin Abdillah SAW, sebagai Rasul.”
Dia
berkata, “Dia mendapatkan Kitab-Suci.”
Khalid
berkata, “Betul! Bernama Al-Qur’an!.”
Lelaki
bernama Bathriq Rumas (Abdul-Malik) itu, bertanya, “Apa dia mengharamkan
arak?.”
Mata
dia terbelalak ketika Khalid menjawab, “Betul! Barang siapa minum arak; kami
pukul. Barangsiapa berzina; kami dera, jika telah muchson (terjaga),
kami rajam.”
Dia
bertanya, “Apa dia mewajibkan agar kalian melakukan sholat?.”
Khalid
menjawab, “Betul! Sehari-semalam lima kali!.”
Dia
bertanya, “Apa dia mewajibkan berjihad?.”
Khalid
menjawab, “Kalau hukumnya tidak wajib; buat apa kami kemari memerangi
kalian?!.”
Dia
berkata, “Demi Allah, saya tahu bahwa agama kalian benar. Saya cinta
kalian, dan telah menyuruh agar kaum saya takut kalian. Tetapi mereka
bersikeras.”
Khalid perintah,
“Katakan ‘laa Ilaaha illaa Allah;
Muhammad Utusan Allah !’ Kau
akan mempunyai hak yang sama dengan kami, dan menanggung kewajiban yang sama
dengan kami!.”
Dia
berkata, “Saya telah Islam. Tetapi takut dibunuh dan dirampas harem saya, oleh kaum saya. Saya akan pulang untuk menyuruh agar kaum
saya takut kalian. Siapa tahu Allah memberi
Petunjuk pada mereka.”
Khalid berkata,
“Jika kau kembali pada kaummu, sebelum berperang dengan saya; saya
justru mengkhawatirkan keselamatanmu dari amukan kaummu. Seranglah saya sebelum
kau pulang ! Agar mereka tidak menyangka jelek padamu!.”
Abdul-Malik menyerang
dengan garang pada Khalid, yang menangkis dan menghindar, lalu
menyerang dengan ganas. Hingga dia kuwalahan bertahan.
Abdul-Malik
berkata, “Jangan kau hentikan serangan ini,
hingga Tuan Dirjan melihat kita berperang! Dia Bathriq atasan saya, utusan
Raja Hiraqla yang berbahaya bagi kau.”
Dengan
menyerang, Khalid menjawab, “Allah akan
menolong saya menaklukkan dia.”
Abdul-Malik surut
ke belakang lalu kabur, setelah pedang Khalid menyambar bertubi-tubi. Kudanya dipacu
agar lari cepat, menuju barisan pasukannya.
Mereka
bertanya, “Kenapa Tuan berlari pulang?.”
Abdul-Malik menjawab,
“Ternyata mereka hebat. Kalian pasti takkan mampu menghadapi serangan mereka.
Mereka pasti akan segera menguasai negeri-negeri Syam. Wilayah kekuasaan saya
juga pasti segera mereka rebut. Kabulkan keinginan mereka! Ayo kota ini kita
serahkan pada mereka; seperti kaum Arakah dan Sakhnah menyerahkan kota
mereka!.”
Kaumnya
terkejut ketika mendengar ucapannya. Beberapa bentakan dan suara ricuh
bersaut-sautan membisingkan. Mereka kalap ingin membunuh dia.