Khalid berjalan dengan kebingungan, karena sahabat yang
dilihat tinggal 20 orang. Tiba-tiba Abu Ubaidah dan pasukannya, berdatangan mendekati.
Mereka telah mengamuk hingga sisa-sisa
pasukan Nashrani, tewas berserakan. Yang
lain kabur, menjauhi gelanggang perang.
Khalid mendengarkan Abu Ubaidah berkata,
“Hai Ayah Sulaiman! Segala Puji bagi Allah yang telah menolong pasukan kita dan menghancurkan pasukan
Musyrikiin.”
Khalid menjawab, “Allah telah membuat
mereka porak-poranda, namun saya belum berhasil membuat kau berbahagia.”
Khalid menjawab, “Saya kehilangan 40
sahabat Rasulillah SAW. Di
antara mereka ada Zubair putra bibi Rasulillah SAW.”
Walau terkejut, Abu Ubaidah menghibur, “Hai Ayah Sulaiman! Musuh
telah pergi jauh oleh serangan kami bertubi-tubi. Sebagian mereka kami
tawan. Dengan para tawanan itu, kita
bisa menebus pasukan kita yang mereka tawan.”
Khalid berkata, “Saya yakin mereka hanya
tertawan.”
Dengan perasaan lega, Khalid menjawab,
“Di pertengahan peperangan tadi,
pasukan kita yang saya lihat, hanya sepuluh orang. Yang bersama saya ini jumlahnya duapuluh
orang; yang datang bersama kau
itu, duapuluh lima orang.
Berarti yang tertawan lima orang kan? Berari yang tertawan:
Mereka sangat sedih, karena lima sahabat pilihan yang
mereka cintai tertawan. Sepuluh lainnya gugur sebagai Syuhada.
Mereka mendatangi Abu Ubaidah untuk menyampaikan laporan. Tetapi
di sana ada Fadhl bin Abbas, Zubair bin Al-Awwam, dan Marqal bin Hasyim (المرقال
بن هاشم),
yang telah bergabung, dalam keadaan selamat dan berbahagia.
Abu Ubaidah bersujud di atas punggung
kudanya, bersyukur pada
Allah Taala.
Khalid berkata, “Hai Muslimiin semuanya!
Saya telah berjuang mati-matian agar meraih mati Syahid! Namun belum berhasil!
Sepuluh pasukan kita yang gugur sebagai Syuhada berarti sudah ajalnya!
Yang ditawan oleh lawan, in syaa Allah saya yang akan mengurus!.”
Kebahagiaan mereka sempurna karena memenangkan peperangan akbar, dan bisa bergabung
lagi dengan pasukan induk.
Di tempat berbeda, pasukan Nashrani menangisi kawan-kawan mereka yang tewas dan tertawan. Mereka menderita banyak kerugian.
Al-Waqidi sejarawan Islam kuno yang mengutamakan sejarah shahih,
di dalam kitabnya, menjelaskan:
“Jumlah pasukan berkuda Romawi 1.000.000 orang’. Namun dalam catatan selanjutnya, dia menulis ‘jumlah pasukan berkuda mereka 800.000 orang’:
Seorang
yang saya anggap jujur telah bercerita padaku, ‘sungguh ketika menyaksikan pasukan
Romawi di bawah pimpinan Jabalah kalah besar, Abu Ubaidah panglima, kirim surat pada Umar:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Kepada Amirul Mukminiin Umar bin Al-Khatthab.
Dari wakilnya bernama Abu
Ubaidah Amir bin Jarrach (أبي عبيدة عامر بن الجراح).
سلام عليك
Sungguh
saya memuji Allah satu-satunya Tuhan yang harus disembah. Saya juga memanjatkan
shalawat untuk Nabi-Nya bernama Muhammad SAW. Ketahuilah yang mulia, bahwa anjing Romawi bernama Hiraqla telah
menggerakkan agar kaum penyembah Salib ‘menyerang’ kami. Jumlah pasukan
yang dikirim 800.000 pasukan berkuda. Mereka bagaikan kawanan belalang yang
ditebarkan. Jumlah para pegawai dan
jongos mereka, tidak bisa dihitung.
Kami menempati wilayah Yarmuk dekat kota Rumah (الرُّمَاة) dan Khaulan (الخولان). Pasukan terdepan mereka, kaum Nashrani Arab dari Ghassan, Lakhm, dan Judzam, berjumlah 60.000 pasukan
berkuda. Pasukan
yang dipimpin oleh Raja Jabalah, dilawan oleh utusan kami berjumlah 60
orang. Ternyata Allah memberi pertolongan melalui perjuangan pasukan kita.
Pertolongan ini jelas dari Allah yang Maha Dahsyat Maha Kaya Hikmah. Pasukan kita yang gugur 10 orang, di antaranya:
1.
Railah (راعلة).
2.
Jafar bin Al-Musayyab (جعفر
بن المسيب).
3.
Naufal bin Waraqah (نوفل
بن ورقة).
4.
Qais bin Amir (قيس
بن عامر).
5.
Salamah bin Sallamah Al-Khazraji (سلمة بن سلامة الخزرجي).
6.
Dan lainnya.
Saat
ini kami masih ingin melanjutkan peperangan, maka kirimilah kami bala bantuan
pasukan Tauhid. Kami memohon agar Allah menolong kami, Islam, dan pemeluknya.”
والسلام عليك وعلى جميع المسلمين ورحمة الله
وبركاته
Abu Ubaidah melipat lalu memberikan surat, pada Abdullah bin Qurth,
agar dikirimkan ke Madinah untuk Umar. Saat itu hari Jumat ba’dal Asar tanggal 12 Dzul-Chijjah.
Abdullah bin Qurth memacu kendaraannya
menyusuri jalan sangat panjang.
Bila malam tiba, udara semakin dingin. Bulan bersinar indah menawan. Dan hiburan
terindah, bertasbih dan melantunkan Al-Qur’an.
Abdullah memasuki kota Madinah pada hari
Jumah siang hari. Masjid Nabawi dipenuhi Jamaah Jumah yang berjejal. Dia
menambatkan kendaraan di depan pintu gerbang Babu Jibril (Gerbang Jibril AS). Lalu datang ke Roudhah untuk
mendoakan salam pada Rasulillah SAW dan Abu Bakr Asshiddiq RA. Shalat dua rakaat. Lalu mendekat pada Umar
RA.
Celoteh Jamaah Masjid menyeruak, karena ingin tahu isi
surat yang dibawa. Beberapa orang menyodorkan
wajah ingin membaca. Dia mengucapkan salam dan mencium tangan Umar RA.
Ketika membuka dan membaca surat,
wajah Umar memerah dan mengucapkan, Innaa lillaahi wa innaa ilaihi
raajiuun.”