Umar RA berdiri dan berjalan menuju mimbar, untuk menyampaikan
nasehat dan membacakan surat pada hadirin. Seusai surat dibaca, jamaah Jumah menangis keras. Suara
tangisan mereka menggemuruh memenuhi Masjid. Mereka terharu pada kaum yang telah berjuang mati-matian. Tak terima 10 pahlawan mereka gugur; 5
lainnya ditawan. Yang tangisannya paling keras, Abdur Rohman bin Auf RA. Dia berkata, “Yang mulia! Perintahlah kami agar bergabung pada mereka! Kalau anda mau
pergi ke Syam untuk menolong, niscaya mereka bertambah
semangat dalam berjihad! Demi Allah saya hanya menguasai diri dan harta yang
akan saya korbankan untuk kaum Muslimiin!.”
Ketika mereka menangis sedih, hati Umar RA bertambah iba. Dengan berlinang
airmata, dia berkata, “Hai putra Qurth! Siapa saja tokoh besar yang memimpin pasukan
Romawi sebanyak itu?!” pada Abdullah bin Qurth pengantar surat.
Abdullah menjawab, “Lima bathriq:
1.
Putra saudara perempuan Raja Hiraqla, bernama Raja Qurin.
2.
Raja Dirjan.
3.
Raja Qanathir.
4.
Raja Jarjir.
Mereka berempat di bawah pimpinan Raja
Mahan Al-Armani, pemimpin
tertinggi dari semua pasukan Romawi. Raja Jabalah memimpin 60.000 pasukan
berkuda Nashrani dari Arab Ghassan.”
Jamaah Jumah mengamati Umar berkata, “Semua dipersilahkan menyampaikan usulan
pada saya! Semoga Allah Taala menyayang kalian.”
Perkataan Ali RA menyeruak, diperhatikan hadirin:
“Bergembiralah! Semoga Allah menyayang kalian! Musibah ini termasuk tanda Kekuasaan Allah, untuk menguji dan mengamati
amalan dan kesabaran Hamba-Hamban-Nya yang beriman! Barang siapa
bersabar dan mengharapkan pahala,
maka akan tergolong kaum Sabar! Ketahuilah
bahwa musibah ini pernah dijelaskan padaku oleh Rasulullah SAW! Ini akan
berakibat Menang.”
Abbas RA bertanya, “Yang menang siapa! Yang kalah siapa?.”
Ali menjawab, “Ya paman! Yang kalah yang mengkufuri
Allah dan menyekutukan Dia! Sekarang saatnya
kita menunggu Pertolongan Allah!.”
Pada
Umar, Ali berkata, “Yang mulia! Suratilah
Abu Ubaidah wakil tuan,
untuk memberi tahu bahwa Pertolongan
Allah lebih baik daripada bantuan kita.”
Umar segera naik mimbar, untuk menyampaikan
khotbah Jumah yang memukau.
Khotbah mengenai ‘Keutamaan Jihad’ yang disampaikan
dengan berapi-api, membuat hati hadirin bergetar dan air mata
berderai. Umar turun dari mimbar untuk mengimami shalat. Seusai shalat, dia menulis surat
untuk Abu Ubaidah:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dari Hamba Allah, Amirul Mukminiin Umar bin Al-Khatthab,
untuk Abi Ubaidah Amir bin Jarrach (أبي عبيدة عامر بن الجراح), kaum Muhajirin dan
Anshar.
سلام عليكم
Sungguh saya memuji Allah satu-satunya Tuhan yang harus
disembah. Saya membaca shalawat untuk Nabi-Nya SAW. Adapun selanjutnya:
Pertolongan
Allah untuk kalian lebih baik daripada bala-bantuan kami. Ketahuilah bahwa yang
akan menang bukan yang berjumlah banyak, tetapi yang mendapat Pertolongan
dari Allah. Allah juga berfirman, “Wa lan tughniya ankum fiatukum
syaian walau katsurat wa anna Allaha ma’al muminiin.” [2] Sering kali
Allah membuat golongan sangat sedikit mengalahkan golongan
berjumlah sangat banyak. Pertolongan yang sesunguhnya
hanya yang dari Allah. Mengenai ada yang gugur; ada yang masih hidup, Allah berfirman, “Faminhum man qadhaa nachbahuu
waminhum man yantazhir.” [3] Sungguh
beruntung orang-orang yang mati syahid.
Sungguh
beruntung orang yang bertawakkal pada Allah.
Belah barisan lawan dengan pasukan Muslimiin yang menyertai kau! Jangan terlalu
sedih memikirkan yang telah gugur sebagai Syuhada! Saya teringat saat menyaksikan
pasukan Muslimiin gugur di hadapan Rasulillah SAW! Walau begitu, saat
itu, mereka tidak berputus asa menghadapi musuh di manapun tempatnya! Hingga mereka gugur
di Jalan Allah! Demi biar berada di sisi Allah, mereka tak takut mati! Bahkan
mereka justru berjihad dengan maksimal! Doa mereka tiada lain kecuali, “Rabbanaaghfir
lanaa dzunuubanaa wa israafanaa fii amrinaa wa tsabbit aqdaamanaa wanshurnaa ‘alal
qaumil kaafiriin. [4] ‘Akhirnya Allah memberi
mereka balasan dunia dan eloknya balasan akhirat. Allah cinta orang-orang yang
berbuat baik’.” [5]
Umar melipat dan memberikan surat pada Abdullah bin Qurth, dengan
pesan, “Hai putra Qurth! Jika kau telah sampai pada kaum Muslimiin, di waktu
mereka telah berbaris! Datangilah
para pembawa panji! Katakan ‘kau utusanku
untuk mereka!’ Katakan pula ‘Umar mengirim Salam untuk kalian!’ Dan berpesan ‘hai ahli
iman! Seriuslah dalam berperang! Mengamuklah seperti singa! Belah kepala
mereka dengan pedang! Mereka lebih hina daripada lalat! In syaa Allah kalian akan
ditolong oleh Allah!’ Lalu
bacakan pada mereka! ‘Alaaa inna chizballaahi
humul ghaalibuun’.” [7]
Abdullah bin Qurth berkata, “Ya Amiral Mukminiin! Doakan agar
saya selamat dan bisa cepat sampai tujuan.”
[1] Bacaan istirjak: إِنَّا
لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rajiuun. Artinya:
Sungguh kami milik Allah dan sungguh kami akan kembali pada-Nya).
[2] وَلَنْ
تُغْنِيَ عَنْكُمْ فِئَتُكُمْ شَيْئًا وَلَوْ كَثُرَتْ وَأَنَّ اللَّهَ مَعَ
الْمُؤْمِنِينَ [الأنفال : 19]. Artinya: Dan golongan kalian takkan mencukupi untuk kalian
sedikitpun, walaupun banyak. Dan sungguh Allah menyertai orang-orang iman.
[3] {فَمِنْهُمْ
مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ} [الأحزاب: 23].
Artinya: Maka sebagian
mereka ada yang menyelesaikan kematiannya; sebagian mereka ada yang menunggu.
[4]
Artinya, “Ya Tuhan kami,
ampunilah dosa-dosa kami untuk kami, dan melampaui batas kami dalam
urusan kami. Tetapkan tumit-tumit kami. Dan tolonglah kami mengalahkan kaum
kafir.”
[5] { وَمَا
كَانَ قَوْلَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا
وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى
الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ فَآتَاهُمُ
اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآخِرَةِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
} [آل عمران: 147، 148].
[6] { يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ} [آل عمران: 200].
[7] ألا
إن حزب الله هم الغالبون.
Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi
Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi
0 komentar:
Posting Komentar