SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2015/04/14

PS 108: Pembebasan Syam






Qasim Maula Hisyam bin Amer bin Utbah (قاسم مولى هشام بن عمرو ابن عتبة), tergolong veteran perang Penaklukan Kota-Kota Syam yang panjang. Dia menjelaskan, “Jumlah seluruh pasukan penyembah Salib yang dikirim oleh Raja Hiraqla menuju kota Yarmuk 600.000 pasukan berkuda.”
Teman Qasim bernama Yunus bin Abdil-A’la (يونس بن عبد الأعلى) menjelaskan ‘berbeda’, “Jumlah seluruh pasukan selain dari Anthakiyah yang dikirim oleh Raja Hiraqla menuju Yarmuk 700.000 pasukan berkuda.”

Rasyid bin Sa’id Al-Chimyari (راشد بن سعيد الحميري) veteran Perang Yarmuk, berkata, “Ketika pasukan Romawi berdatangan dari jauh ke arah kami, saya mendaki gunung tinggi untuk melihat mereka dari puncak. Di antara arak-arakan pasukan berkuda itu ada 20 panji besar yang berkibar-kibar dan sejumlah Salib."

Kota Yarmuk akan segera dipadati lautan pasukan berkuda. Abu Ubaidah perintah pada Rumas (روماس) mantan penguasa kota Bushro (بصرى), agar memperkirakan jumlah pasukan Nashrani yang akan berdatangan. Sepertinya Rumas (روماس) ketakutan karena jumlah pasukan yang akan berdatangan terlalu banyak. Walau begitu dia pergi selama sehari semalam, untuk melaksanakan perintah.

Rumas (روماس) pulang dan dikerumuni pasukan yang telah menunggu-nunggu kedatangnnya. Pada Abu Ubaidah, dia laporan, “Yang mulia! Beberapa orang melaporkan ‘jumlah mereka semua 1.000.000 pasukan berkuda’. Saya tidak tahu apakah berita itu dihembuskan agar kita ketakutan, ataukah memang betul sekian jumlahnya.”
Abu Ubaidah bertanya, “Hai Rumas! Pasukan yang berada di belakang tiap panji ada berapa?.”
Rumas (روماس) menjawab, “Yang mulia! Di belakang tiap panji ada 50.000 pasukan berkuda.” [1]
Abu Ubaidah RA bertakbir, “Allahu akbar! Berbahagialah! Kalian akan mendapat pertolongan besar! Allah berfirman ‘kam min fiatin qaliilatin gholabat fiatan katsiiratan bi idznillahi wallaahu ma’asshaabiriin’.”  [2]
Artinya: Banyak golongan sangat sedikit mengalahkan golongan sangat banyak karena Idzin Allah. Allah menyertai kaum Sabar.

Raja Hiraqla perintah agar Raja Mahan segera mempersiapkan pemberangkatan pasukan. Suara mereka menggemuruh. Arak-arakan pasukan berkuda yang melaut itu mengalir bersamaan bunyi terompet membahana yang keras panjang.
Hiraqla didampingi para pengawal mengantar mereka hingga pintu gerbang bernama Persia (Faris/فارس). Yang ikut di dalam rombongan Raja Hiraqla hanya para pengawal, Raja Mahan, Raja Qanathir, Raja Jarjir, Raja Dirjan, dan Raja Qurin.

Kepada Raja Qanathir, Raja Jarjir, Raja Dirjan, dan Raja Qurin, Hiraqla berpesan, “Masing-masing kalian agar menggiring pasukannya melalui jalan yang berbeda! Cepat segera berangkat! Jika kalian telah bertemu pasukan Arab, maka pemegang komando, Mahan! Ini tidak boleh ditentang! Peperangan terakhir kita dengan mereka adalah ini! Kalau mereka mengalahkan kalian! Pasti kalian yang masih hidup, dikejar terus ke manapun kalian lari! Untuk dibunuh! Setelah itu harem-harem dan anak-anak kalian akan mereka perbudak! Oleh karena itu semangatlah dalam memerangi mereka, untuk membela agama dan syari’at kalian!.”

Raja Qanathir menggiring arak-arakan pasukan berkuda yang panjang sekali, melewati dua jalan; Jalan Jabalah, dan Jalan Ladziqiyah (اللاذقية).

Raja Jarjir menggiring arak-arakan pasukan berkuda yang derap kaki mereka membahana, melalui Jalan Jadatul-Uzhma (الجادة العظمى) kawasan Iraq.

Pasukan berkuda Raja Qurin mengalir bagai sungai ‘panjang sekali’. Digiring melalui Jalan Chalb (حلب/Aleppo) dan Jalan Chamah (حماة).

Raja Dirjan menggiring  pasukan berkudanya melalui kota Awashim (العواصم).

Panglima perang mereka bernama Raja Mahan, menggiring pasukan di barisan paling belakang. Sejumlah pasukan Raja Mahan yang berada di barisan depan, membuat kerusakan di kota-kota, dan negeri-negeri yang dilalui. Mereka memaksa penduduk agar menyerahkan pakan binatang, dan melakukan sejumlah penganiayaan. Penduduk yang takut dan teraniaya mendoakan jelek, “Semoga kalian tidak diselamatkan oleh Tuhan.”

Dengan takjub  penghuni bumi di sepanjang jalan yang dilalui, menonton arak-arakan pasukan berkuda, mengalir panjang, menakutkan. Sesekali Raja Jabalah pemimpin Nashrani Arab Ghasan, Lakhm, dan Judzam, mundur untuk mendekati Raja Mahan sang Panglima Besar.

Sejumlah mata-mata Abu Ubaidah bergerak untuk mengamati pasukan berkuda utusan Raja Hiraqla. Kaum dzimi (taklukan) yang menjadi mata-mata, bertugas segera melaporakan kekuatan mereka, pada Abu Ubaidah. Ketika sampai kota Syairaz, mata-mata terkejut, melihat pasukan Romawi berjumlah banyak sekali, mengalir tak henti-henti. Para mata-mata memacu kuda menuju Chimsh, untuk menyampaikan laporan pada Abu Ubaidah.

Sejumlah orang menjelaskan, “Abu Ubaidah dan pasukannya telah meninggalkan kota. Setelah menaklukkan Chimsh, Abu Ubaidah menunjuk orang, agar menarik hasil bumi dari penduduk. Dia juga perintah pada sejumlah pejabat Chimsh agar membantu tugas, menarik hasil bumi dari rakyat, untuk umat Islam.”

Para mata-mata memacu kuda menuju kota Jabiyah (الجابية) untuk menyampaikan laporan pada Abu Ubaidah. Mereka melaporkan, “Jumlah pasukan berkuda Romawi banyak sekali, bagai lautan.”
Abu Ubaidah mendengarkan laporan lalu membaca, “Laa chaula wa laa quwwata illaa bi Allah Al-Aliyyil-Adliim.”  [3]
Artinya: Tiada upaya dan kekuatan sama sekali, keculi karena Allah yang Maha Tinggi Maha Agung.

Malam itu Abu Ubaidah kelihatan gusar, mengkhawatirkan keselamatan pasukannya. Ketika suara adzan telah dikumandangkan, setelah fajar menyingsing, Abu Ubaidah mengimami shalat subuh berjamaah. Setelah mengakhiri shalat dengan bacaan salam, berpesan, “Jamaah jangan pergi dulu sebelum mendengar pesan saya!.”
Abu Ubaidah berdiri untuk menyampaikan khotbah. Khotbah dimulai dengan memuji dan menyanjung Allah. Lalu menjelaskan kebesaran nabi SAW, dan mendoakan rahmat untuk Abu Bakr Asshiddiq RA. Lalu memanjatkan doa agar Muslimiin deberi pertolongan oleh Allah. Inti khutbah, “Hai Muslimiin semuanya! Semoga Allah merahmati kalian! Ketahuilah bahwa Allah akan segera memberi ‘Ujian pada kalian, dengan Ujian Baik! Selanjutnya Allah akan mengamati, bagaimana kalian menyelesaikan ujian ini nanti! Ujian-iman ini diberikan pada kalian dalam rangka menunjukkan Kebenaran Janji-Nya! Dialah yang telah menolong kita di beberapa tempat yang banyak! Ketahuilah bahwa mata-mata saya telah melaporkan ‘sungguh Hiraqla telah minta bala bantuan pada raja-raja musyrik, untuk memerangi kita! Hiraqla telah memberangkatkan bala bantuan, agar segera menyerbu kita! Mereka dilengkapi perbekalan dan persenjataanYuriiduuna liyuthfi’uu Nuura Allaahi bi afwaahihim wa Allaahu Mutimmu Nuuri-Hii walau karihal kaafiruun[4] Ketahuilah bahwa pasukan lawan telah berjalan kemari, melalui beberapa jalan yang berbeda! Hiraqla perintah agar mereka mengepung untuk menghabisi kita yang disertai oleh Allah ini! Ketahuilah bahwa sebanyak apapun kalau telah dihinakan oleh Allah, berarti hanya sedikit! Sedikit apapun kalau disertai oleh Allah, berarti banyak! Saya bertanya sebaiknya apa yang harus kita lakukan?! Semoga Allah menyayang kalian’.”
Abu Ubaidah perintah seorang mata-mata, “Berdirilah untuk menyampaikan yang telah kau saksikan! Mengenai pasukan yang dikirim oleh Hiraqla!.”

Penjelasan mata-mata disimak dengan serius oleh seluruh Majlis. Penjelasan yang panjang lebar mengenai jumlah pasukan, perbekalan, dan persenjataan lawan, membuat pasukan lemas dan ketakutan. Mereka hanya menoleh pada kawan di samping mereka, karena kesulitan berbicara.

Pertanyaan Abu Ubaidah mengejutkan, “Kenapa semuanya diam tidak menjawab?! Semoga Allah menyayang kalian! Usullah untuk musyawarah ini! Sungguh Allah telah berfirman pada Nabi-Nya SAW ‘wa syaawirhum fil amri fa idzaa azamta fatawakkal alaa Allah’.” [5]

Di bawah pimpinan panglima, kaum Muslimiin bermusyawarah dengan perasaan tegang. Seorang penduduk Sabaq menyampaikan pandangan, “Yang mulia! Kedudukan tuan sangat agung! Sampai-sampai ada ayat Al-Qur’an yang turun karena tuan! Tuan pula yang pernah dinyatakan oleh Rasulullah SAW sebagai ‘Kepercayaan Ini Umat’:
‘Semua umat memiliki orang kepercayaan, sedangkan kepercayaan ini umat Abu Ubaidah Amir bin Jarrach RA’.
Tuanlah yang lebih berhak menentukan kebijakan untuk kebaikan ini umat!.”
Abu Ubaidah menjawab, “Sebetulnya saya hanya seperti kalian! Kita sama-sama boleh menentukan kebijakan! Sedangkan yang memberi taufiq, Allah!.”

Seorang lelaki dari Yaman berdiri dan mendekat untuk berkata, “Yang mulia! Saya mengusulkan agar tuan pergi meninggalkan tempat ini, menuju ceruk jurang di Wadil-Qura (وادي القرى)! Agar mendekati kota Madinah! Agar jika bala bantuan dari Khalifah Umar bin Khatthab RA datang, bisa segera bergabung dengan kita! Kita menyerang jika mereka memburu kita!.”
Orang-orang yang menyetujui usulan itu telah berdiri, untuk meninggalkan tempat. Abu Ubaidah perintah, “Duduk dulu! Semoga Allah menyayang kalian! Kalian telah menyumbangkan pendapat! Kalau saya bergerak ke tempat yang kalian katakan! Pasti Umar bin Khatthab RA menegur saya ‘kenapa kota yang telah diberikan oleh Allah melalui perjuangan, justru kalian tinggalkan?! Itu berarti kalian telah kalah siasat?.”
Abu Ubaidah RA berkata lagi, “Silahkan yang lain mengajukan usulan! Semoga Allah menyayang kalian!.”
Qais bin Hubairah Al-Muradi (قيس بن هبيرة المرادي) berdiri untuk berkata, “Yang mulia! Kalau kita meninggalkan Syam untuk mendekati kota Madinah! Justru Allah takkan membuat kita selamat! Bagaimana mungkin kita meninggalkan sungai-sungai yang airnya melimpah, persawahan, kebun anggur, tumpukan emas dan perak, dan sutra Dibaj? Lalu berpindah ke kota Chijaz (الحجاز) yang gersang? Di kota Chijaz (الحجاز) makanan kita hanyalah roti dari gandum dan busana kita hanya dari bulu! Di sini, kehidupan kita sangat nyaman! Kalau dalam peperangan ini kita kalah, justru akan mendapatkan kenikmatan surga yang melebihi kenikmatan dunia!.”  
Abu Ubaidah berkata, “Demi Allah Qais bin Hubairah telah mengucapkan kebenaran!.”
Hampir semua pasukan mengamati Abu Ubaidah dan Qais.
Abu Ubaidah berkata lagi, “Hai Muslimiin semuanya! Masyak kalian justru akan kembali lagi menuju kota Chijaz dan Madinah? Dan akan meninggalkan rumah-rumah mewah, kastil-kastil, taman-taman, sungai-sungai, makanan lezat, tumpukan emas dan perak, untuk kaum kafir?! Kalau pun kita mati terbunuh, justru akan masuk ke dalam negeri abadi yang makanannya jauh lebih lezat! Pendapat Qais bin Hubairah benar! Kita tidak akan meninggalkan tempat ini! Hingga Allah menentukan antara kita! Dialah Sebaik-baiknya penentu.”
Qais bin Hubairah bangkit dan berkata, “Allah telah membuat ucapan tuan benar, yang mulia! Semoga Allah memperkokoh kekuasaan tuan! Jangan meninggalkan tempat ini! Bertawakkallah pada Allah, perangilah musuh-musuh Allah! Jika kita tak berhasil meraih kemenangan duniawi! Kita justru akan meraih pahala surgawi.” [6]
Beberapa mata mereka berlinang, karena terharu pada kesemangatan Qais yang berapi-api.       






In syaa Allah bersambung.



[1] Penjelasan tiga orang di atas, mengenai ‘jumlah pasukan’ yang dikirim oleh Raja Hiraqla, yang saya anggap benar, pendapat Rumas dan Abu Ubaidah: 1.000.000 pasukan berkuda. Dengan alasan ‘Abu Ubaidah’ adalah kepercayaan ini umat. Tetapi akhirnya bertambah lagi.
[2] فتوح الشام (1/ 151)
ثم قرأ الآية: {كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ} [البقرة: 249] .
[3] فتوح الشام (1/ 151)
فلما سمع أبو عبيدة ذلك عظم عليه وكبر لديه وقال: لا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم.
[4] {يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ} [الصف:8]. Artinya: Mereka bertujuan memadamkan Nur Allah, padahal Allah akan menyempurnakan Nur-Nya. Walaupun orang-orang kafir benci.

[5] {وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ} [آل عمران: 159].
Artinya: Dan ajaklah mereka bermusyawarah mengenai perkara. Jika telah mengambil keputusan, maka bertawakkallah pada Allah.

[6] فتوح الشام (1/ 153)
قال فوثب قيس بن هبيرة وقال صدق الله قولك أيها الأمير وأعانك على ولايتك ولا تبرح من مكانك وتوكل على الله وقاتل أعداء الله فإن فاتنا فتح عاجل فما يفوتنا ثواب آجل


Mulungan Sleman Yogyakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi

0 komentar:

Posting Komentar