Di saat yang mendebarkan itu, Abu Ubaidah berbincang-bincang dengan Ubadah bin Shamit, mengenai ‘yang telah diperdebatkan’ dengan Jabalah.
Pasukan Muslimiin terkejut oleh datangnya pasukan Raja Jabalah yang terdiri
dari kaum Arab Nashrani. Mereka telah mendekati kaum Muslimiin.
Pasukan Muslimiin sama ribut karena
kedatangan mereka yang berjumlah terlalu banyak. Mereka berteriak, “Hai
Muslimiin semua! Kaum Arab Nashrani telah datang kemari untuk menyerang kita!
Bagaimana sebaiknya?.”
Semua pasukan menjawab, “Kami akan
melawan dengan harapan semoga Allah menolong kita menaklukkan mereka dan lainnya!.”
Sejumlah pasukan Muslimiin telah siaga
penuh dengan senjata.
Khalid bin Al-Walid berteriak, “Tunggu! Semoga Allah menyayang kalian! Akan
saya makar dulu agar mereka celaka!.”
Pada Abu Ubaidah, Khalid berkata, “Yang
mulia! Kaum Arab Nashrani berjumlah banyak sekali! Jika kita lawan, kita kewalahan! Saya akan mengutus
agar seorang menyampaikan jawaban kita pada mereka! Untuk menjebak dan menghancurkan mereka dan
kaum musyrik umumnya,
dengan cepat! Namun jika mereka
bersikeras ‘akan memerangi’ kita! Kita justru akan
menghadapi mereka dengan pasukan berjumlah sedikit! Dengan Kedahsyatan Allah azza wa jalla!.”
Abu Ubaidah terkejut oleh pandangan yang
di luar dugaan itu, dan berkata, “Hai Ayah
Sulaiman! Laksanakan keinginanmu.”
Khalid memanggil Qais bin Saed, Ubadah bin
Shamit, Jabir bin Abdillah, dan Abi Ayub RA. Di hadapan mereka Khalid berkata, “Hai Penolong-Penolong Allah dan
Rasul-Nya! Pasukan Arab Nashrani yang keluarga kalian sendiri ini, akan memerangi kalian! Datangilah mereka
dan ajaklah berbicara agar mereka menggagalkan serangan! Jika berhasil ya sudah!
Namun jika gagal! Pedangku dan pedang kalian kita tebaskan pada mereka!.”
Sesampai di tujuan, Khalid dan kawan-kawan melihat pasukan Jabalah sedang mempersiapkan perbekalan, untuk mendekat dan menyerang pasukan
Muslimiin. Jabir bin Abdillah bereriak, “Hai orang Lakhm! Ghasan! Dan Judzam! Kami datang kemari untuk
bersilatur rahim pada kalian!.”
Raja Jabalah mempersilahkan mereka, memasuki tendanya paling mewah di antara
tenda-tenda lainnya. Untuk itu, pasukan Muslimiin harus menyeberangi kerumunan
orang banyak sekali, menuju tenda utama yang terbuat dari sutra Dibaj, beralas permadani sutra
kuning. Raja Jabalah dikelilingi dan dihormat oleh raja-raja bawahannya.
Raja Jabalah berkata, “Hai para putra
paman! Kalian masih keluarga dan kerabat kami. Saya dan pasukan saya berasal dari
lautan pasukan yang berada di sana, yang rencananya akan memerangi kalian.
Namun seorang dari kalian telah menjumpai dan berbicara kasar pada saya. Sekarang apa tujuan
kalian kemari?.”
Yang pertama menjawab Jabir, “Hai Anak paman! Jangan
menindak kami karena ucapan saudara kami. Agama kami memang mengutamakan
kebenaran dan nasehat. Nasehat pada kau hukumnya wajib, karena sebagai famili
dan kerabat. Kedatangan kami untuk mengajak kau masuk Islam, agar seagama dengan
kami, agar hak dan kewaiban kita sama. Agama kami mulia, nabi kami suci.”
Jabir menjawab, “Jika kau tidak mau keluar
dari agamamu, menyingkirlah dari
peperangan ini! Agar kami merampungkan dan memenangkan peperangan ini! Jika
kami telah menang, silahkan kau masuk
Islam! Kau akan kami terima sebagai keluarga dan saudara. Kalau kau tidak mau Islam; kami akan menarik pajak, selanjutnya kau boleh pulang ke rumah.”
Jabalah berkta, “Jika saya tidak memerangi
kalian lalu ternyata kalian ditaklukkan oleh kaum Romawi, saya pasti tidak akan aman
bertempat tinggal di negeriku.
Karena kaum Romawi telah mengutus agar saya memerangi kalian. Mereka telah
mengangkat saya sebagai pimpinan
tertinggi kaum Arab. Kalau saya masuk agama kalian, pasti saya dipandang hina
oleh mereka, dan rakyatku akan
meninggalkan saya.”
Jabir berkata, “Jika kau tidak menerima
tawaran kami, kami akan membunuh kau, jika telah memenangkan
peperangan! Sekarang
menyingkirlah! Karena pedang kami bisa membelah kepala dan mematahkan tulang!
Berperang melawan selain kalian lebih kami senangi, daripada melawan kalian.”
Tujuan kaum Anshar menakut-nakuti, agar
Jabalah menyingkir pergi. Namun
Jabalah bersikeras dan berkata, “Demi kebenaran Al-Masih dan Salib! Saya akan
memerangi kalian untuk kaum Romawi! Meskipun kalian adalah keluarga kami
sendiri yang jumlahnya memenuhi bumi.”
Qais bin Sa’ed berkata, “Hai Jabalah! Kau
ingin syaitan bersarang di hatimu,
agar menjerumuskan kau
ke dalam neraka, hingga kau binasa?!
Sungguh tujuan kami mengajak kau masuk Islam, karena demi kerabat. Kalau membangkang, kau akan menyaksikan
serangan kami yang dahsyatnya mampu membuat anak kecil ‘menjadi beruban!’.”
Qais bergerak cepat dan berteriak pada
pasukan Muslimiin, “Bersiaplah untuk berperang dengan barakah dan pertolongan! Untuk mentaati Allah!
Jabalah yang jauh dari rahmat!.”
Jabalah segera mempersiapkan senjata.
Kaum Anshar berlari dengan kuda untuk melaporkan pada Abu Ubaidah dan Khalid bin Al-Walid RA, mengenai Jabalah yang bersikeras akan memerangi mereka.
Khalid berteriak, “Demi kehidupan yang
telah dijalani oleh Rasulullah, tuan
besar para rasul SAW! Niscaya Jabalah akan menyaksikan sungguh pada serangan
kita.” [1]
Khalid berkata lagi, “Hai Muslimiin
semuanya! Ketahuilah bahwa jumlah mereka 60.000 pasukan berkuda dari Arab
Nashrani! Mereka pasukan
syaitan! Jumlah kita 30.000
Pasukan Berkuda Rohman. Kalau kita memerangi mereka dengan seluruh pasukan ini! Maka tugas kita terlalu
ringan! Tetapi yang akan
menghadapi mereka semua,
hanya beberapa jagoan saja!.”
Pada
Khalid, Abu Sufyan bin Charb (أَبُو سُفْيَانَ بْنُ
حَرْب) berkata, “Kau
ditolong oleh Allah hai Ayah
Sulaiman! Sungguh
pandanganmu telah tepat! Maka laksanakanlah! Tunjuklah siapa yang ditugaskan di
antara kami!.”
Pasukan Muslimiin memandang Khalid
berkata, “Saya berencana mengutus tigapuluh pasukan berkuda, agar masing-masing
orang memerangi 2.000 pasukan.”
Semua pasukan terbengong-bengong, mendengar keputusan
Khalid yang di luar akal. Mereka menyangka itu gurauan Khalid. Yang pertama
kali bertanya, Abu Sufyan, “Hai Putra
Walid! Ini serius atau gurauan?.”
[1] Mungkin Khalid RA
tidak tahu bahwa bersumpah dengan selain Nama Allah ‘terlarang’.
Mulungan Mulya Abadi Ponpes Kutubussittah Melati Sleman Yogyakarta Indonesia
Mulungan Mulya Abadi Ponpes Kutubussittah Melati Sleman Yogyakarta Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar