SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2015/04/09

PS 102: Pembebasan Syam




Semua pasukan Muslimiin telah berkuda, untuk segera pergi menuju Chimsh. Tiba-tiba tampak debu berterbangan membumbung, dari seberang sungai Maqlub (المقلوب). Debu membumbung, muncul dari jalan Anthakiyah (انطاكية). Makin lama debu-debu yang lari makin mendekat.
Setelah dicek, ternyata rombongan 100 orang berkuda jantan, dipimpin seorang alim besar dari Romawi.
Rombongan membawa barang-barang berjumlah banyak, dijaga ketat oleh 100 pasukan pengawal. Orang alim Nashrani pemimpin rombongan, tidak tahu bahwa kota Syairaz telah diduduki oleh pasukan Muslimiin.
Mereka terkejut oleh gertakan Khalid bin Al-Walid
Pasukan Khalid bertakbir dan mengepung mereka dengan pedang terhunus. 
Rombongan pasukan dari Anthakiyah ditawan, dan kuda mereka dirampas.
Pada pimpinan rombongan, Khalid berkata, “Barang-barang ini kau datangkan dari mana?.”
Dia menjawab dengan bahasa Romawi yang tidak difahami oleh Khalid. Seorang dari Syairaz menerjemahkan, “Yang mulia! Dia berkata ‘saya alim besar Nashrani yang berkedudukan tinggi di sisi Raja Hiraqla. Raja telah mengutus agar saya mengirimkan barang-barang ini pada tuan Harbis di Chimsh (Homs). Barang-barang ini, pakaian dari sutra Dibaj merah dihias emas, dan sepuluh muatan yang penuh dengan uang dinar. Yang lain berisi pakaian dan uang dinar juga’.”    
Harta yang sangat banyak itu dirampas oleh pasukan Muslimiin.

Di siang yang panas itu, Abu Ubaidah yang agung beralas dan berkerudung pakaian Abaah (عباءة) dari katun, di pinggir sungai Maqlub yang berair melimpah. [1]
Khalid membawa utusan Raja Hiraqla itu ke hadirat Abu Ubaidah.
Pada Khalid, Abu Ubaidah bertanya, “Ada apa ini hai Aba Sulaiman?.”
Khalid menjawab, “Mereka kaum Anthakiyah yang diutus, agar mengirimkan hadiyah pada raja bawahan Raja Hiraqla, bernama Harbis penguasa kota Chimsh.”
Rampasan perang diserahkan hingga Abu Ubadiah sangat berbahagia. Dia berkata, “Ya Aba Sulaiman! Sungguh kota Syairaz telah kita taklukkan dengan penuh barokah.”

Pada penerjemah pribadinya, Abu Ubaidah memanggil untuk perintah, “Tanyalah mereka ‘tentang Hiraqla’ raja Romawi! Betulkah dia sedang mengumpulkan pasukan dalam jumlah banyak sekali?.”
Pimpinan rombongan itu mendengarkan pertanyaan. Lalu berkata pada penerjemah, “Katakan pada beliu bahwa Raja Hiraqla telah mendengar berita ‘kalian merebut kota Damaskus, Balbek dan Jausiyah’. Usaha kalian akan merebut kota Chimsh juga telah diketahui oleh Raja Hiraqla. Oleh karena itu, beliau perintah agar saya mengirimkan hadiyah pada Bathriq Harbis, penguasa Chimsh. [2] Beliau juga berjanji akan mengirim bala bantuan, dan perintah agar Bathriq Harbis melawan kalian. Beliau juga mengkhabarkan bahwa telah minta tolong pada semua penyembah Salib yang mempergunakan Injil sebagai rujukan ibadah, agar bergabung melawan kalian. Kaum yang telah menyanggupi permintaan beliau ialah:
1.     Romawi (الرومية).
2.     Shaqalibah (الصقالبة).
3.     Perancis (الافرنج).  [3]
4.     Armenia (الأرمن).
5.     Daqs (الدَّقْسُ).
6.     Mughlith (المغليط).
7.     Karaj (الكَرَجُ).
8.     Yunani (اليونان).
9.     Alaf (العَلَفُ).
10. Ghazanah (الغزنة).
Mereka semua telah datang ke kerajaan Hiraqla membawa Salib dan senjata.” 

Penerjemah mengartikan jawaban, untuk Abu Ubaidah. Abu Ubaidah terkejut dengan berita tersebut. Lalu mengajak lelaki dari Anthaqiyah itu ‘agar masuk Islam’. Melalui penerjemah, lelaki itu berkata, “Kebetulan semalam saya berimpi bertemu Rasulallah SAW di dalam tidurku. Jadi saya ini benar-benar telah menyatakan masuk Islam di hadapan Nabi SAW." 
Dalam keadaan berbahagia, Abu Ubaidah menganjurkan pada orang-orang dari Anthaqiyah agar masuk Islam. Namun mereka membangkang, sehingga leher mereka ditebas.

Abu Ubaidah dan pasukannya berarak-arak menuju kota Chimsh. Barisan terdepan, pasukan berkuda tanpa pelana.
Ketika telah sampai, mereka segera menyerang.
Penduduk Chimsh kabur menuju kota, melewati pintu gerbang. Mereka menutup dan mengunci pintu gerbang, sambil berteriak pada pasukan Muslimiin, “Demi kebenaran Al-Masih! Kaum Arab curang!.”

Kota Chimsh dikepung oleh pasukan Muslimiin. Perbekalan kaum Chimsh yang sebelumnya telah dipersiapkan menghadapi serangan kaum Muslimiin ‘telah habis’. Sebagian penduduk kota itu, masih belum memasuki kota mereka, karena berdagang dan mencari makan.

Abu Ubaidah perintah pada semua hamba sahaya, agar menyebar di beberapa jalan dan pos penjagaan, di luar beteng. Mereka dipesan, “Siapapun orang Chimsh yang akan masuk kota, membawa perbekalan atau dagangan! Bawalah kemari!.”
Semua hamba sahaya melaksanakan perintah Abu Ubaidah.
Harbis penguasa Chimsh merasa ‘tidak mampu’, sehingga kirim surat pada Abu Ubaidah:
“Hai kaum Arab! Kami tidak tahu bahwa kalian akan mengkhianati perjanjian. Bukankah kalian yang mengajak damai pada kami? Dengan syarat kalian kami bantu bahan makan. Kalian ingin membeli bahan makan kami, kami juga telah mempersilahkan? Namun kenapa kalian justru mengkhianati janji?.”

Abu Ubaidah menyampaikan jawaban:
“Utuslah para ulama Nashrani dan para rahib! Agar kemari! Melalui mereka saya akan berbicara bahwa saya tidak berkhianat!’ In syaa Allah orang seperti kami tidak pantas berkhianat.”

Seusai membaca surat, Harbis segera perintah agar ulama dan rahib Nashrani datang ke hadirat Abu Ubaidah. Pintu gerbang dibuka untuk keluar sejumlah orang penting itu.
Di hadapan Abu Ubaidah, rombongan itu memberikan salam hormat lalu duduk. Mereka memperhatikan dengan serius ketika Abu Ubaidah berkata, “Apa kalian lupa bahwa kami telah berjanji pada kalian bahwa akan pergi meninggalkan kota ini untuk merebut sejumlah kota Syam yang di dataran rendah maupun yang di dataran tinggi? Selanjutnya ada kemungkinan kami kembali lagi kemari?.”   
Mereka menjawab, “Betul, demi kebenaran Al-Masih.”
Perkataan Abu Ubaidah, “Sungguh Allah telah memberikan kota Syairaz dan Rostan dengan perjuangan singkat. Harta kekayaan Nakas bathriq mereka dan pejabat lainnya, telah kami rampas dengan mudah. Sekarang ini sudah tidak ada perjanjian damai dengan kalian, kecuali jika kalian mengajukan permohonan damai dengan syarat; serahkan kota kalian pada kami! Jika kalian setuju berarti kalian menjadi dzimah (tanggungan) kami.” Disimak oleh mereka dengan serius.
Ulama dan para rahib Nashrani menjawab, “Tuan yang mulia telah benar! Kalian telah menetapi janji. Kami juga telah mendengar bahwa kalian telah merebut kota Syairaz dan Rostan. Yang salah justru kami, yang di dalam perjanjian itu kurang teliti. Kami akan bertanya pada penguasa kami ‘sebaiknya bagaimana’.”

Rombongan utusan pergi meninggalkan Abu Ubaidah, untuk menghadap Bathriq Harbis.

Abu Ubaidah memanggil sejumlah pahlawan pemberani untuk perintah, “Bersiaplah menyerang mereka! Bahan makan simpanan mereka telah habis, dan pasukan mereka banyak yang pergi meninggalkan kota! Berdoa dan tawakkallah! Agar Allah memberi Pertolongan!.”  
Mereka berkumpul dan mempersiapkan senjata. Lalu berbondong-bondong menuju pintu-pintu gerbang. Di antara mereka, banyak yang mendapatkan tempat di bawah beteng.

Pasukan Chimsh berkumpul di depan Bathriq Harbis, untuk berkata, “Bagaimana menurun tuan, mengenai mereka itu?.”
Harbis berkata, “Sebaiknya mereka kita serang, agar tidak meremehkan kita.”
Mereka menjawab, “Persediaan bahan makan di kota ini telah habis, kita sumbangkan, dan dibeli oleh mereka. Kami belum pernah menghadapi siasat perang yang seperti ini.”
Harbis berkata, “Jangan takut mereka! Kalau mereka berhasil memasuki kota ini, pasti takkan mampu melawan kita. Saya pikir pasukan kita yang berada di atas beteng ‘pasti akan menghajar mereka. Selain itu, bahan makan di bawah istanaku masih banyak sekali, mencukupi kebutuhan kalian dalam waktu lama. Ada lagi yang harus kalian ketahui, Raja Hiraqla akan mengirim bala bantuan untuk kita.”  

Rasa takut pasukan Harbis telah hilang, dan mereka merasa lega. Karena bahan makan mereka akan dicukupi. Mereka berkemas-kemas mempersiapkan serangan atas kaum Muslimiin. Sejumlah pemuda memasuki bangker luas, berada di bawah istana Harbis yang megah. Di dalam bangker itu penuh bahan makan yang akan segera diberikan pada pasukan dan rakyat.
Dalam waktu cepat, bahan makan dari bangker telah sampai pada alamat. Hanya saja, banyak orang tua dan anak-anak yang tidak kebagian. Padahal perlawanan pasukan Chimsh yang berjaga, atas kaum Arab, berkecamuk terus dengan sengit. Suara ribut karena pukulan, jeritan, dan teriakan, riuh menggemuruh. Baru setengah hari, bahan makan di bangker terkuras, tinggal setengah.

Harbis berpesan, “Bahan makan itu untuk persediaan selama tiga hari! Selanjutnya ayo kita segera menyerbu mereka!.”




In syaa Allah bersambung.



[1] Abaah (عباءة) sama dengan ‘abaya’.
[2] Bathriq dalam bahasa English Patriarch.
[3] Perancis (الافرنج), dalam bahasa English: Frank.   



Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi 

0 komentar:

Posting Komentar