Kuda pasukan Muslimiin dipacu agar berlari kencang menuju
pintu-pintu gerbang kota.
Pasukan Chimsh lari keluar untuk menjarah harta di dalam barak
pengungsian pasukan Muslimiin.
Sekelompok pasukan Muslimiin lainnya menyerbu Harbis dan
pasukannya yang sangat sombong. Serangan yang bertubi-tubi ganas sekali menewaskan
pasukan elit pengawal Raja Harbis. Dari 5.000 pasukan Harbis yang masih hidup,
hanya sekitar 100 orang. Lainnya roboh dan tewas.
Pasukan Chimsh yang tewas bertambah terus. Korban berjatuhan
paling banyak, di sekitar pintu-pintu gerbang. Yang masih hidup kabur untuk
menyelamatkan diri.
Penduduk Awashim dan lainnya yang mengungsi di kota itu, hanya berada
di dalam beteng. Takut menghadapi serangan Muslimiin. Jumlah korban pasukan
Chimsh yang tewas bertambah terus.
Sa’id bin Zaid (سعيد بن زيد) yang mengikuti
peperangan itu berkata, “Jumlah mereka yang tewas 5.006 orang, yang luka
berat dan yang ditawan, tidak dihitung.”
Sa’id mendekat untuk berkata pada Abu Ubaidah, “Yang mulia! Jumlah
musuh yang tewas 5.006 orang, yang tertawan dan menderita luka, tidak
dihitung.”
Abu Ubaidah berkata, “Ya Sa’id! Ini berita gembira. Apa sudah
kau cek Bathriq Harbis tewas apa tidak?.”
Sa’id menjawab, “Kalaupun tewas yang membunuh saya sendiri.”
Abu Ubaidah bertanya, “Betulkah?.”
Sa’id menjawab, “Yang pasti saya telah melihat orang tinggi
besar naik kuda berkulit agak merah, membawa pedang berbaju perang, dikawal
oleh pasukan berjumlah banyak. Saya mendekat dan berdoa ‘ya Allah, hamba
mengajukan Kemampun-Mu di depan kemampun hamba, dan KemenanganMu atas kemenangan hamba. Ya Allah! Pastikan tewas dia
di tangan hamba, agar hamba mendapat pahala membunuh dia'." [1]
Abu Ubaidah bertanya, “Apa lucutan dia telah kau ambil? Hai
Sa’id?.”
Sa’id menjawab, “Belum. Tetapi dia telah saya beri tanda dengan
anak panah yang saya tancapkan pada jantungya. Saya juga melumpuhkan
kawan-kawan orang yang loncat dari kuda. Lalu dia yang Yahudi itu, saya kejar
untuk saya tebas dengan pedang. Pedang saya hanya merobek sarungnya, tetapi
anak panah saya menembus dadanya.”
Abu Ubaidah perintah, “Carilah Harbis! Semoga Allah menyayang
kalian. Berikanlah lucutannya pada Sa’id ini!.”
Pasukan Muslimiin mencari jasad Harbis. Lalu memberikan
lucutannya pada Sa’id.
Peperangan telah berakhir. Pasukan Muslimiin mengumpulkan
lucutan, perisai, dan kuda. Semua dikumpulkan di hadapan Abu Ubaidah RA. Yang
seperlima diberikan pada Baitul-Mal, sisanya dibagi untuk semua
pasukan.
Di kota Chimsh, banyak sekali orang menangis histeris dan
berteriak-berteriak. Kekasih dan keluarga mereka tewas dan kota mereka dikuasai
oleh pasukan Muslimiin. Dengan sedih, orang-orang tua dan tokoh-tokoh kota
Chimsh (حمص) berkumpul di biara. Untuk membicarakan kebijakan, bersama para
ulama (qasus/القَسُوس) dan para rahib (ruhban/الرُّهْبَانُ) Nashrani. Dalam
musyawarah itu diputuskan bahwa ‘kota Chimsh’ akan segera diserahkan pada
pasukan Muslimiin.
Rombongan terdiri dari ulama dan pejabat tinggi Nashrani
mengahadap Abu Ubaidah, untuk meyerahkan kota Chimsh, dan menyatakan sanggup
menjadi Dzimi (Dzimah). Abu Ubaidah menerima kota dan
penyerahan-diri penduduk Chimsh. “Tetapi saya tidak mau masuk kota ini,
sehingga tahu pasti bagaimana keadaan Raja Hiraqla,” kata Abu Ubaidah.
Sejumlah pejabat Chimsh memohon diperkenankan Memuliakan Pasukan
Muslimiin di dalam kota, namun Abu Ubaidah menolak permohonan. Tak ada
seorang pun dari pasukan Muslimiin yang masuk kota itu, kecuali setelah Perang
Yarmuk usai. Tujuannya agar hubungan baik dengan kaum Chimsh ‘berjalan’ alami,
dan agar mereka tahu bahwa Islam mengajarkan keadilan, sehingga hubungan
menjadi lebih indah.
An-Najar (النجار) tergolong veteran Perang Chimsh yang bergabung dalam
Penaklukan Kota-Kota Syam, menjelaskan:
“Setelah raja Chims bernama Harbis tewas dan penduduknya telah
menyerahkan kota pada pasukan Muslimiin, penduduk Chimsh keluar kota mencari
keluarga mereka yang tewas untuk dikuburkan.
Pasukan Muslimiin kehilangan sejumlah sahabat Rasulillah SAW
yang gugur sebagai Syuhada. Mereka hanya menemukan 235 mayat dari
pasukan Chimyar (حمير) dan Hamdan (همدان).
Pasukan dari Makkah yang gugur 30 orang. Di antara mereka yang
terpenting:
1.
Tokoh besar mereka, Ikrimah bin Abi Jahl (عكرمة
بن أبي جهل).
2.
Shobir bin Jari (صابر
بن جرىء).
3.
Ris bin Uqail (الريس
بن عقيل).
4.
Marwan bin Amir (مروان
بن عامر).
5.
Minhal bin Amir (المنهال
بن عامر).
6.
Anak paman Abbas RA (ابن
عم العباس).
7.
Jamch bin Qadim (جمح
بن قادم).
8.
Jabir bin Khuwailid (جابر
بن خويلد).
Delapan tokoh ini, yang menggerakkan 30 pasukan.
Selain mereka, pasukan dari Yaman, Hamdan, dan lain-lain.”
اللهم
إني اقدم قدرتك على قدرتي وغلبتك على غلبتي اللهم اجعل قتله على يدي وارزقني اجره
0 komentar:
Posting Komentar