Seorang penguasa Romawi mengutus sejumlah mata-mata agar ‘mengamati’sepak-terjang pasukan Arab. Sejumlah mata-mata menyaksikan pintu gerbang kota Chimsh dibuka lebar, dan penduduknya mengadakan jual-beli dengan kaum Arab. Dia
menyangka penduduk Chimsh telah takluk pada kaum Arab. Dia dan teman-temannya
yang salah sangka dan ketakutan, membuntuti arak-arakan pasukan Muslimiin yang
berjalan ke Anthakiyah (انطاكية).
Setiap singgah pada suatu kota, para mata-mata memberitakan,
“Penduduk Chimsh telah tunduk pada kaum Arab, dengan damai.”
Berita itu membuat sedih dan ketakutan, pada kaum Romawi yang
mendengar. Rombongan mata-mata berjumlah 40 orang itu, yang 3 orang memasuki
kota Syaizar (شَيْزَرَ), memberitakan, “Penduduk Chimsh telah takluk pada kaum Arab.”
Abu Ubaidah RA dan pasukannya telah sampai kota Rostan. Kota
yang berpenduduk padat itu, dikelilingi oleh dinding tebal nan tinggi, berair
melimpah.
Abu Ubaidah perintah melalui seorang, agar penduduk Rostan
tunduk pada perintahnya. Namun mereka menjawab, “Tidak bisa! Kecuali jika
kalian telah mampu menaklukkan Raja Hiraqla, in
syaa Allah.”
Abu Ubaidah mengirim pesan, “Kami memang akan memerangi Raja Hiraqla. Sementara di sini, kami menitipkan barang-barang yang memberatkan
kami.”
Penduduk Rostan menghubungi Bathriq Naqithas (نقيطاس), raja mereka.
Bawahan Hiraqla itu menjawab, “Hai kaumku! Sudah menjadi kebiasaan, raja
menitipkan barang pada raja yang lain! Biarlah.”
Utusan raja Rostan menghadap Abu Ubaidah untuk menjawab, “Kalau
kau mau menitip barang, silahkan! Kami takkan mengganggu! Hanya jangan
mengganggu orang-orang di sini! Kalau kau telah berhasil menaklukkan raja
atasan kami! Kita berhitung.”
Abu Ubaidah menjawab, “Akan kami laksanakan, in syaa Allah.” Lalu mengundang
para sahabat nabi SAW, untuk diajak bermusyawarah.
Dia berkata, “Beteng ini sangat kuat. Agar kita bisa masuk,
harus bersiasat. Saya ingin memasukkan 20 orang di dalam 20 peti untuk
dimasukkan ke dalam beteng ini.
Kaum Rostan dipersilahkan mengunci pintu gerbang setelah 20 titipan
peti nanti, ‘dimasukkan’. Jika kaum Rostan telah meninggalkan peti, untuk
urusan mereka. Di dalam, 20 orang itu agar segera keluar, dengan menyebut Nama
Allah. Adapun tugas selanjutnya agar kalian dapat menaklukkan kota ini ‘caranya
terserah kalian’.”
Khalid berkata, “Kalau begitu kunci peti-peti itu harus ditampakkan.
Sebetulnya di dalam peti ada lelaki bebusana wanita yang bisa keluar dari
bawah. Jika 20 orang itu telah berhasil membuka pintu gerbang kota, segeralah
bertakbir yang serempak. Karena di balik takbir adalah ‘kemenangan’.”
Abu Ubaidah menyetujui usulan Khalid.
Duapuluh peti telah diisi bahan makan baik, yang disenangi oleh kaum
Romawi, lalu dikunci. Di bawah peti-peti itu ada ruangan untuk lelaki berbusana
wanita yang telah dipersiapkan. Mereka yang memasuki ruang sempit dari
peti-peti itu:
2.
Al-Musayyab
ibnu Najibah (المسيب أبن نجيبة).
3.
Dzul-Kala
Al-Chimyari (ذو الكلاع الحميري).
4.
Amer
bin Madikarib Az-Zubaidi (عمرو
بن معد يكرب الزبيدي).
5.
Al-Marqal
(المرقال).
6.
Hasyim
bin Najah (هاشم بن نجعة).
7.
Qais
bin Hubairah (قيس بن هبيرة).
8.
Abdur
Rohman bin Abi Bakr As-Shiddiq (عبد
الرحمن بن أبي بكر الصديق).
9.
Malik
bin Al-Asytar (مالك بن الاشتر).
10. Auf bin Salim (عوف بن سالم).
11. Shobir bin Kulkul (صابر
بن كلكل).
12. Mazin bin Amir (مازن
بن عامر).
13. Al-Ashyad bin Salamah (الأصيد
بن سلمة).
14. Rabiah bin Amir (ربيعة
بن عامر).
15. Ikrimah bin Abi Jahl (عكرمة
بن أبي جهل).
16. Utbah bin Al-Ash (عتبة
بن العاص).
17. Darim bin Fayadh Al-Absi (دارم
ابن فياض العبسي).
18. Salamah bin Chabib (سلمة
بن حبيب).
Duapuluh dua peti diusung, dimasukkan melaui pintu gerbang. Dan
dititipkan pada Naqithas pengusa kota itu, dan diletakkan di suatu ruang.
Arak-arakan panjang Abu Ubaidah dan pasukannya, meninggalkan
kota Rostan. Mereka singgah di sebuah desa bernama Sudiyah. Yang masih tinggal diluar
beteng kota Rostan, Khalid bin Al-Walid dan pasukan elitnya, bernama Jaisy Az-Zahf (جيش
الزحف).
Di malam yang kelam itu Khaid perintah agar pasukan ‘mengamati
para sahabat’ yang berada di dalam beteng. Ketika pasukan Khalid telah
mengantuk, dikejutkan oleh suara takbir dan tahlil para sahabat, dari dalam
beteng.
Setelah meletakkan peti-peti titipan Abu Ubaidah, di suatu
ruang, Naqithas pergi ke Gereja untuk melakukan shalat sebagai rasa syukur.
Karena arak-arakan Abu Ubaidah dan pasukannya telah pergi meninggalkan kotanya.
Di dalam Gereja besar itu, sejumlah orang membaca kitab Injil bersaut-sautan,
dengan suara keras.
Saat itulah duapuluh orang lebih, keluar dari bawah peti, lalu
menghunus pedang. Yang menjadi incaran mereka, istri dan harem-harem Naqithas.
“Berikan kunci-kunci gerbang itu pada kami!” Ancam mereka dengan todongan pedang.
Begitu kunci diberikan, mereka bertakbir, bertahlil, membaca
shalawat dan salam, untuk nabi SAW.
Sejumlah penjaga pintu gerbang yang melawan ‘dilumpuhkan’,
karena kurang persiapan.
Abdullah bin Ja’far membagi kunci-kunci pada:
1.
Rabiah
bin Amir.
2.
Al-Ashyad
bin Salamah.
3.
Ikrimah
bin Abi Jahl.
4.
Utbah
bin Al-Ash.
5.
Dan
Al-Farigh bin Charmalah.
Agar mereka membuka pintu-pintu gerbang kota itu. “Bukalah
pintu-pintu gerbang! Dan bertahlillah yang keras! Saudara kita berada di luar
dinding sana, jumlahnya banyak!,” perintahnya.
Lima orang berlari cepat membawa kunci, untuk membuka pintu
gerbang Qubla, yang lurus
jauh kota Chimsh. Mereka bertahlil dan bertakbir dengan keras, lalu kembali
masuk lagi.
Khalid bin Al-Walid dan pasukannya bergerak cepat, memasuki
beteng, sambil bertahlil dan bertakbir ‘keras’, bersaut-sautan.
Saat mendengar pekikan tahlil dan takbir dari para sahabat
Rasulillah SAW, penduduk kota takut. Dengan hati berdebar-debar, mereka sadar
bahwa ‘mereka telah dikuasai’ oleh pasukan Muslimiin.
Hampir semua penduduk kota menyerah dan berkumpul untuk berkata,
“Kami takkan melawan kalian! Silahkan kami ditawan. Kalian lebih kami senangi
dari pada penguasa kami sendiri. Tetapi berbuatlah yang adil terhadap kami.”
Khalid merayu agar mereka masuk Islam. Kebanyakan mereka mau
masuk Islam. Hanya sedikit yang menolak, namun sanggup membayar upeti.
Khalid perintah, “Jika begitu, keluarlah dari kota ini, membawa
keluargamu! Katakan pada orang-orang! Bahwa kami telah berbuat adil!.”
Naqithas (نقيطاس) dan keluarganya berkemas-kemas akan meninggalkan tempat,
menuju kota Chimsh.
Dalam perjalanan yang memakan waktu lama itu, Naqithas (نقيطاس) dan keluarganya
sampai tujuan.
Di kota Chimsh, Naqithas bercerita bahwa kotanya telah direbut
oleh kaum Muslimiin. Berita itu membuat nafas kaum Chimsh menjadi sesak dan
mata mereka terbelalak, karena terkejut dan takut. Mereka makin yakin, cepat
atau lambat, kota mereka pasti akan direbut oleh pasukan Muslimiin.
Di kota Sudiyah, Abu Ubaidah bersujud sebagai tanda syukur,
karena menerima berita bahwa Abdullah bin Ja’far didukung oleh Khalid danpasukan elitnya‘ telah merebut kota Rostan’.
Abu Ubaidah mengirimikan 1.000 lelaki, agar menjaga keamanan
kota taklukan itu, di bawah pimpinan Hilal bin Murrah Al-Yasykuri (هلال بن مرة اليشكري).
Setelah Hilal bin Murrah dan pasukannya sampai ke kota Rostam,
Abdullah bin Ja’far dan Khalid bin Al-Walid bersama pasukan mereka berdua, meninggalkan
kota menuju kota Hamah (حماة) yang penduduknya telah berdamai dengan kaum Muslimiin,
sebagaimana penduduk Syairaz. Hanya tiba-tiba penguasa kota Syairaz wafat, setelah
permohonan damainya dikabulkan oleh Abu Ubaidah penguasa kaum Muslimiin di
Syam.
Raja Hiraqla mengganti penguasa baru yang keras kepala, bernama
Bathriq Nakas (نكس). [2] Nakas lah yang membatalkan permohonan damai
penguasa sebelumnya. Penguasa jahat ini membuat rakyat menderita karena memeras
kekayaan.
Ketika Nakas membatalkan permohonan damai, Abu Ubaidah mengutus
sejumlah pasukan berkuda, agar menyerang kota Syairaz. Perang berkecamuk seru,
menimbulkan keributan dan kericuhan. Nakas turun dari kastilnya yang tinggi,
untuk turun tangan.
[1] Dua orang yang memasuki peti selain mereka: Jundab bin
Saif (جندب بن سيف). Abdullah bin Ja’far At-Thayyar (عبد الله بن جعفر الطيار) lah yang memimpin mereka semua.
[2] Bathriq dalam bahasa English ‘patriarch’.
Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia
Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar