SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2015/04/11

PS 104: Pembebasan Syam





Serangan pasukan Muslimiin yang tampak mengerikan dari Bani Makhzum, di bawah pimpinan Ikrimah bin Abi Jahl. Ikrimah sendiri serangannya sangat dahsyat hingga ada orang mengingatkan, “Takutlah pada Allah! Jangan terlalu brutal.”
Ikrimah menjawab, “Di zaman masih kafir, saya mau membela berhala ‘mati-matian!’ Apa lagi sekarang ‘dalam rangka mentaati’ Raja dunia. Lagian di sini, saya menyaksikan sejumlah bidadari yang kecantikannya tiada tara, memandangi saya dengan mata menggiurkan. Kalau seorang mereka muncul untuk penduduk bumi, niscaya tak dibutuhkan lagi sinar matahari dan bulan. Janji Rasulullah SAW pada kita benar.”

Ikrimah maju mengayun-ayunkan pedang, membelah barisan lawan. Bagi yang bersikeras melawan, tewas oleh tebasan pedangnya yang ganas menggila.
Setiap kali dikerubut musuh, dia justru semakin mengamuk dan menerjang dengan garang, hingga sejumlah lawan ketakutan dan mundur teratur.

Bathriq Harbis bergerak cepat mengayunkan tombak bertaring gemerlapan ke arah Ikrimah. [1] Secepat kilat tombak menembus jantung Ikrimah yang sedang mengayun-ayunkan pedang. Allah mempercepat ruh Ikrimah ke surga. Dadanya menyemburkan darah merah. 
Bathriq Harbis dan pasukannya kabur.

Khalid bergerak cepat mendekati Ikrimah yang rebah bersimbah darah. 
Wajah Khalid menjadi merah dan air matanya berderai membasahi pipi. Dan berkata, “Oh, seandainya menyaksikan anak pamanku dibunuh, pasti Umar RA murka.”
Khalid benar-benar sedih dan syok, menyaksikan Ikrimah gugur, dengan dada lobang, bermandi darah.

Peperangan berkecamuk terus hingga sore semakin gelap. Khalid marah dan sedih karena Ikrimah gugur.

Pasukan Chimsh sama pulang dan menutup seluruh pintu gerbang kota. Sejumlah penjaga bertengger di atas beteng di tempat pengintaian, mengamati gerak-gerik kaum Muslimiin.

Pasukan Muslimiin telah ditarik, agar istirahat di barak pengungsian. Beberapa pasukan sama berjaga.

Di pagi yang cerah itu, Abu Ubaidah berkata, “Hai Muslimiin semuanya!? Kenapa serangan kalian dipatahkan oleh mereka? Kenapa kalian mundur menghadapi serangan?! Padahal Allah menyelimutkan Ampunan dan Keselamatan yang luas? Bahkan sejumlah bathriq juga telah kalian kalahkan? Beteng-beteng yang kokoh juga telah kalian rebut? Kenapa semangat kalian hanya sampai di sini? Padahal Allah melihat kalian?.”  
Khalid berkata, “Pasukan Romawi yang telah terlatih dan teruji di sini lebih dahsyat, daripada lainnya! Demi membela anak-cucu dan istri mereka.”
Kepada Khalid, Abu Ubaidah bertanya, “Sebaiknya bagaimana, hai Aba Sulaiman? Semoga Allah menyayang kau.”
Khalid menjawab, “Wahai pimpinan! Jika boleh, saya akan bermakar dengan cara mengumpankan binatang ternak dan unta-unta kita. Lalu kita berpura-pura kalah dan lari. Jika telah berhasil menjauhkan mereka dari kota, kita berbalik cepat untuk menyerang mereka sekuat tenaga. Saat itulah mereka kita robek dengan tombak dan kita patahkan punggung mereka dengan pedang.”

Pasukan Muslimiin telah menyepakati usulan Khalid ‘akan berpura-pura kalah dan lari’ meninggalkan binatang ternak dan unta-unta.

Di pagi yang semakin cerah itu, seluruh pintu gerbang kota Chimsh dibuka lebar, untuk keluar para pasukan yang berarak-arak panjang sekali. Derap kaki kuda mereka menggemuruh.

Peperangan berlangsung dengan sengit. Sejumlah pasukan Muslimiin minta ‘agar lawan menghentikan serangan’. Pasukan Muslimiin sengaja mundur dan hanya bertahan, lalu sama lari kabur menjauh.
Sinar matahari telah menerangi bumi; alam indah berseri; pasukan Muslimiin telah meninggalkan gelanggang perang, ketika pasukan Chimsh mengamuk bagai orang-orang kesurupan. Bathriq Harbis dikawal oleh 5.000 pasukan elit, berkuda kelabu. Merekalah pasukan terhebat di kota Chimsh.

Pasukan Muslimiin kabur menghindari kejaran para bathriq menuju daerah persawahan dan jalan raya Jausiyah. Sejumlah pasukan Chimsh berlari untuk menjarah berbekalan dan bahan makan pasukan Muslimiin.

Ada seorang alim (qisis) Nashrani yang agung dari penduduk Chimsh, telah sangat tua. Dia tokoh Nashrani yang telah berpengalaman mengikuti Perang Suci. Dia rajin membaca Taurat, Injil, Zabur, kitab Nabi Syits, dan kitab Nabi Ibrahim AS. Pandai main musik, dan pernah bertemu hawari Nabi Isa AS. [2] Dengan terperangah, dia mengamati pasukan Chimsh mengejar pasukan Muslimiin. Ketika tahu bahwa pasukan Chimsh telah merampas harta milik pasukan Muslimiin, dia berteriak, “Demi kebenaran Al-Masih! Ini makar dari pasukan Arab! Mereka tak mungkin membiarkan anak-anak dan unta-unta mereka, meskipun harus mati sekalipun!.”
Teriakannya tak digubris karena mereka lebih senang menjarah harta milik pasukan Muslimiin. Amukan Bathriq Harbis dan 5.000 pasukan elitnya yang membabi-buta ‘menambah semangat’ berperang, pasukan Chimsh lainnya.
Ketika pasukan Chimsh telah meninggalkan jauh dari kota mereka, Abu Ubaidah RA berteriak keras sekali, “Berbaliklah untuk menyerbu mereka sekuat tenaga!.”

Pasukan Chimsh terkejut oleh serangan mendadak dari pasukan yang tadinya dikejar. Tiba-tiba tombak-tombak dan pedang-pedang telah menembus dan menebas tubuh mereka. Mereka terlambat menghindar atau menangkis. Tahu-tahu merasa kesakitan dan tepelanting atau terlempar dari kuda mereka, sakarat dan tewas. Mereka berserakan bermandi darah.

Bathriq Harbis dan 5.000 pasukan elitnya dikeroyok oleh pasukan Muslimiin yang berjumlah jauh lebih banyak. Semakin lama pengeroyok yang memerangi mereka semakin banyak, hingga yang tewas oleh amukan Muslimiin banyak sekali. Walau begitu pasukan elit yang telah terlatih, bertahan melawan pasukan Muslimiin.

Yang paling mendebarkan, Khalid dengan kuda coklatnya, bergerak cepat menembus pasukan lawan. Dadanya dilindungi baju perang berlapis emas hadiyah dari raja Balabak (بعلبك/Balbek), ketika dia merebut kota itu. [3] Surban merah yang pernah dikenakan ketika Perang Balabak dikenakan lagi. Dia menghunus pedang dari sarungnya lalu memutar-mutar hingga pedang itu tampak berkilauan, sambil berteriak, “Semoga Allah Ta’ala merahmati orang yang menghunus pedang dan memperteguh tekat perjuangan, untuk memberantas Musuh-Musuh-Nya.”

Pasukan Muslimiin menghunus pedang untuk menyerang dengan garang. Dalam waktu cepat serangan mereka mengacaukan pertahanan lawan.
Abu Ubaidah berteriak, “Hai anak kaum Arab! Perperanglah untuk melindungi para wanita! Agama! Dan harta kalian! Sungguh Allah memandang dan menolong kalian, mengalahkan musuh kalian!.”

Mu’adz bin Jabal dan 500 pasukan berkuda menyerbu kawanan lawan yang menjarah harta. Di saat bersukaria, punggung kaum penjarah ditusuk dengan tombak, hingga tewas.
Ada yang berteriak keras, “Hai para pemuda Arab! Hadanglah mereka di pintu gerbang! Agar tidak ada yang masuk kota!.”

Mayat-mayat yang bergelimpangan di mana-mana, membuat kaum Chimsh yang masih hidup ‘sedih dan ketakutan’. Baik teman, maupun keluarga mereka.





In syaa Allah bersambung.



[1] Bathriq Harbis (البطريق هربيس).
[2] Arti dari naskah aslinya memang begitu: وقد قرأ التوراة والإنجيل والزبور والمزأمير وصحف شيث وابراهيم وأدرك حواري عيسى ابن مريم عليه السلام. Tapi penulis yakin bahwa yang dimaksud ‘pernah bertemu’ keturunan harawi-nya Nabi Isa AS.
[3] Mungkin Khalid belum tahu bahwa memakai baju berlapis emas haram bagi lelaki.Wa Allahu a'lam.

0 komentar:

Posting Komentar