SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2015/04/24

PS 113: Pembebasan Syam







Dengan penuh tawakkal, mereka berdzikir dan berdoa pada Allah. Mereka terperangah ketika Khalid mengalunkan syair:

Bersiaplah saudara semua, berjuang yang giat
Datangi musuh dari dekat
Dengan berharap mendapat
Keuntungan dan kebahagiaan yang berlipat
Kurbankan jiwa demi Allah semata
Semoga Allah menganugrahkan Kebaikan dan
Pertolongan untuk membereskan
Persengketaan


Enampuluh pahlawan terpilih telah datang satu persatu hingga hampir lengkap, ke hadapan Khalid. Yang akhir datang justru orang hebat berpengaruh besar bernama Zubair bin Al-Awwam RA (الزبير بن العوام), diantar oleh istri bernama Asma bintu Abi Bakr (أسماء بنت أبي بكر) yang masyhur. Yang paling akhir muncul Abdur Rohman bin Abi Bakr (عبد الرحمن بن أبي بكر) saudara Asma.

Asma mengantar dan berdoa untuk Zubair suaminya, Abdur Rohman saudaranya, dan seluruh pasukan. Agar mereka pulang dengan selamat dan mendapat pertongan besar.
Di pertengahan kaum yang melepas rombongan Khalid, Asma berpesan, “Saudaraku! Dampingilah anak bibi Rasulillah SAWJika perang telah berkecamuk! Mengamuklah seperti pamanmu! Jangan terpenguh oleh siapapun!” pada saudaranya.

Selain dia juga telah menyampaikan pesan, pada pasukan berkuda yang akan segera berangkat. Saat mendebarkan semakin mencekam; 60 pasukan berkuda telah mulai berjalan. Khalid yang sangat berwibawa berada di tengah mereka, menyusuri jalan sejauh 9 mil.

Tenda yang berjajar sangat banyak, sebagai tempat Raja Jabalah, 60.000 pasukannya, dan jongos-jongosnya. Semakin tampak nyata.

Jabalah dan pasukannya mengamati rombongan Khalid dari jauh makin mendekati. Rombongan yang hanya sedikit itu dikira akan memohon damai dengan bersyarat. Dengan berbahagia, Jabalah berteriak, “Hai pasukan Ghassan! Cepat bersiaplah berperang membela SalibPerangilah kaum yang mengkufuri Salib itu!.”

Pasukan Jabalah berdiri dan berbaris dengan menghunus senjata. Salib telah diangkat, semua telah siaga sepenuhnya. Matahari telah mulai meninggi, menerangi baju perang, rajut besi pelindung leher, dan helm perang. Sinar matahari memantul menyilaukan, menghambat langkah pasukan. Mereka menunggu pasukan Khalid RA yang terdiri dari para sahabat Rasulillah SAW.

Teriakan Khalid, “Hai para penyembah berhala dan Musuh Rohman! Mari bertempur melawan kami” yang makin mendekat. Mengejutkan Jabalah dan pasukannya. 
Jabalah mulai sadar bahwa Khalid dan pasukannya bukan utusan yang akan memohon damai, tetapi akan melawan 60.000 pasukannya. Jabalah maju ke depan pasukannya yang melaut, untuk melantunkan syair:

Sungguh kami penyembah dan penolong Salibi [1]
Akan menggempur  yang mencela kami dan perbuatan kami
Kami menjunjung tinggi nama Al-Masih dan ummihi [2]
Kau kan tahu yang ahli berperang adalah kami
Kami hadir; sejumlah Salib telah terpampang
Kalian akan menjadi korban keganasan pedang

Jabalah membentak, “Siapa yang menantang perang tadi?!.”
Khalid membalas menggertak, “Saya! Mari segera berperang!.”
Jabalah menjawab, “Kami telah mempersiapkan peperangan sepenuhnya. Sementara kalian justru menunggu serangan kami! Cih! Demi kebenaran Al-Masih! Setelah ini kami takkan mengabulkan permohonan damai kalian untuk selamanya! Undanglah kawan-kawan kalian untuk melawan kami yang telah siap menunggu serangan!.”
Khalid membentak, “Hai Jabalah! Apa kau menyangka kami hanya utusan yang akan minta damai?!.”
Jabalah berteriak, “Memang!.”
Khalid membentak, “Persangkanmu keliru! Demi Allah, kami datang untuk bertempur! Jika kau meremehkan jumlah kami yang hanya sedikit! Allah akan menolong kami melawan kalian!.”

Jabalah menggertak, “Hai pemuda! Kau dan pasukanmu terlalu percaya diri! Kami para pahlawan Ghassan! Lakhm! Dan Judzam! Yang ahli berperang!.”
Khalid membentak, “Jangan sombong dulu! Meskipun jumlah kami sedikit, tetapi tiap seorang kami akan mampu melawan 1.000 pasukan! Pasukan yang kami tinggal di belakang sana justru ingin segera menyerang kalian! Jika mereka tidak berperang rasanya justru tak tahan! Seperti orang haus melihat air segar!.”
Jabalah membentak, “Hai saudara keturunan Makhzum! Sejak dulu saya kagum pada kecerdasanmu! Dulu saya menganggap kau pahlawan hebat! Namun kenapa sekarang kau gila! Pasukanmu hanya 60 orang akan melawan pasukan kami berjumlah 60.000 orang?! Di sini ada tokoh-tokoh besar yang ahli berperang?! Bersiaplah untuk tewas semuanya!.”
Jabalah berteriak lagi, “Hai pasukan Ghassan! Serang!.”

Pimpinan pasukan berkuda itu suaranya sangat berwibawa. Teriakannya membuat hati bergetar. Membuat pasukannya segera bergerak cepat, menyerang Khalid dan pasukannya. Serbuan mereka yang terlalu banyak itu membuat pasukan Khalid berkumpul di tengah arena tempur. Serangan mereka yang menggila dilawan dengan gagah berani.
Dentingan pedang, teriakan, gertakan, rintihan, dan derap kaki kuda, membuat bising dan ribut. Debu-debu berterbangan. Semakin serangan pasukan Nashrani membabi buta, justru semakin banyak yang tewas berserakan, oleh tebasan dan tusukan pedang kaum Muslimiin.


Di tempat berbeda, pasukan induk Muslimiin di sisi Abu Ubaidah, menangis, mengkhawatirkan Khalid dan pasukannya yang hanya berjumlah 60 orang. Dengan ketakutan, sebagian mereka berkata, “Khalid terlalu percaya diri, karena membanggakan pasukannya yang terdiri dari para sahabat Rasulillah SAW. Serangan pasukan Romawi sangat ganas.”

Di tempat berbeda, perasaan pasukan induk Romawi yang di sisi Raja Mahan ‘lega’, karena tahu bahwa Jabalah dan pasukannya telah melancarkan serangan ganas atas pasukan Muslimiin. Mereka berkata, “Jabalah pasti berhasil membantai dan menghabisi pasukan Arab.”

Peperangan berlangsung lama, hingga matahari merayap ke tengah langit tinggi. Saat itu barisan pasukan Muslimiin telah bercerai berai, karena sama mencari posisi paling menguntungkan. Ubadah bin Shamit (عبادة بن الصامت) berkata, “Sungguh Allah memberi Pertolongan melalui Khalid, Zubair, Abdur Rohman, Fadhl bin Abbas, Dhirar bin Al-Azwar, dan Abdullah bin Umar RA. Saya menyaksikan mereka berenam bersatu menghadapi kepungan dan serangan lawan berjumlah sangat banyak.”

Makin lama peperangan semakin sengit. Jumlah pahlawan Nashrani gagah berani yang tewas berserakan, oleh tusukan pedang makin banyak.
Ubadah berkata, “Saat itu saya menyerang dengan garang. Sebagai menghibur diri karena luka, saya berkata ‘mereka juga banyak yang luka, bahkan lebih berat’.”

Dalam keadaan yang mengerikan itu, Khalid berperang sambil berteriak, “Hai para sahabat Rasulillah! Bisa jadi di sini kita akan berkumpul di alam Barzakh!.” [3]

Khalid melancarkan serangan paling ganas atas lawan yang mengepung. Amukan Khalid, Hasyim, Marqal, sangat mengerikan. Sehingga banyak sekali, lawan yang tewas tertebas pedang. Sejumlah pasukan berkuda Nashrani yang dendam dan marah, bergerak cepat untuk mengepung dan menyerang, hingga mereka bertiga kewalahan melawan.

Zubair bin Al-Awwam dan Fadhl, mendatangi kaum pengeroyok tiga pahlawan tersebut. Fadhl membentak, “Menyingkirlah hai anjing-anjing! Yang kalian keroyok ini para sahabat Rasulillah SAW! Kami berdua pahlawan berkuda! Ini Zubair, dan saya Fadhl putra paman Rasulillah!.”
Zubair dan Fadhl mengamuk dengan pedang, membantu Khalid bertiga. Dalam waktu cepat pengeroyok berjumlah banyak itu roboh dan tewas, tertebas dan tertusuk pedang mematikan. Fadhl melancarkan 20 jurus bertubi-tubi, hingga musuh menyingkir. Dia bersama Zubair bergabung pada mereka bertiga.
Lima pahlawan Muslimiin bersatu untuk mengamuk atas ribuan musuh, dengan serangan paling ganas. Hingga petang.

Matahari hampir tenggelamMayat-mayat pasukan Nashrani berserakan bermandi darah merah. Peperangan masih berkecamuk. 






In syaa Allah bersambung.



[1] Salibi : Salib.
[2] Ummihi artinya ibunya.

0 komentar:

Posting Komentar