Dengan penuh tawakkal, mereka berdzikir dan berdoa pada Allah. Mereka terperangah ketika Khalid mengalunkan syair:
Bersiaplah saudara
semua, berjuang yang giat
Datangi musuh
dari dekat
Dengan berharap
mendapat
Keuntungan dan
kebahagiaan yang berlipat
Kurbankan jiwa demi Allah semata
Semoga Allah
menganugrahkan Kebaikan
dan
Pertolongan untuk membereskan
Persengketaan
Enampuluh pahlawan terpilih telah datang
satu persatu hingga hampir lengkap,
ke hadapan Khalid. Yang akhir datang justru orang hebat berpengaruh besar
bernama Zubair bin Al-Awwam RA (الزبير بن العوام), diantar oleh istri
bernama Asma bintu Abi Bakr (أسماء بنت أبي بكر) yang masyhur. Yang paling akhir muncul Abdur Rohman bin Abi Bakr (عبد الرحمن بن أبي بكر) saudara Asma.
Asma mengantar dan berdoa untuk Zubair suaminya, Abdur Rohman saudaranya, dan seluruh pasukan. Agar mereka pulang dengan selamat
dan mendapat pertongan besar.
Di pertengahan kaum yang melepas rombongan Khalid, Asma berpesan, “Saudaraku! Dampingilah anak bibi
Rasulillah SAW! Jika perang telah berkecamuk! Mengamuklah seperti
pamanmu! Jangan terpenguh oleh siapapun!” pada saudaranya.
Selain dia juga telah menyampaikan
pesan, pada pasukan berkuda
yang akan segera berangkat. Saat mendebarkan semakin mencekam; 60 pasukan
berkuda telah mulai berjalan. Khalid yang sangat berwibawa berada di
tengah mereka, menyusuri jalan
sejauh 9 mil.
Tenda yang berjajar sangat banyak, sebagai tempat Raja
Jabalah, 60.000 pasukannya, dan jongos-jongosnya. Semakin tampak
nyata.
Jabalah dan pasukannya mengamati rombongan Khalid dari jauh makin
mendekati. Rombongan yang hanya sedikit itu dikira akan memohon damai dengan
bersyarat. Dengan berbahagia,
Jabalah berteriak,
“Hai pasukan Ghassan! Cepat bersiaplah berperang membela Salib! Perangilah kaum yang
mengkufuri Salib itu!.”
Pasukan Jabalah berdiri dan berbaris
dengan menghunus senjata. Salib telah diangkat, semua telah siaga sepenuhnya. Matahari
telah mulai meninggi,
menerangi baju perang, rajut besi pelindung
leher, dan helm perang. Sinar matahari memantul menyilaukan, menghambat langkah pasukan. Mereka menunggu pasukan Khalid RA yang
terdiri dari para sahabat Rasulillah SAW.
Teriakan Khalid, “Hai para penyembah berhala dan Musuh Rohman! Mari bertempur melawan kami” yang makin mendekat. Mengejutkan Jabalah dan pasukannya.
Jabalah mulai sadar bahwa Khalid dan
pasukannya bukan utusan yang akan memohon damai, tetapi akan melawan 60.000
pasukannya. Jabalah maju ke depan pasukannya yang melaut, untuk melantunkan syair:
Akan
menggempur yang mencela kami dan perbuatan kami
Kau kan tahu yang
ahli berperang adalah kami
Kami hadir; sejumlah
Salib telah terpampang
Kalian akan menjadi
korban keganasan pedang
Khalid membalas menggertak, “Saya! Mari segera
berperang!.”
Jabalah menjawab, “Kami telah mempersiapkan peperangan sepenuhnya.
Sementara kalian justru menunggu serangan kami! Cih! Demi kebenaran Al-Masih!
Setelah ini kami takkan mengabulkan permohonan damai kalian untuk selamanya!
Undanglah kawan-kawan kalian untuk melawan kami yang telah siap
menunggu serangan!.”
Khalid membentak, “Hai Jabalah! Apa kau menyangka kami
hanya utusan yang akan minta damai?!.”
Jabalah berteriak, “Memang!.”
Khalid membentak, “Persangkanmu keliru!
Demi Allah, kami datang untuk bertempur! Jika
kau meremehkan jumlah kami yang hanya sedikit! Allah akan menolong kami melawan kalian!.”
Jabalah menggertak, “Hai pemuda! Kau dan pasukanmu terlalu
percaya diri! Kami para pahlawan Ghassan! Lakhm! Dan Judzam! Yang ahli berperang!.”
Khalid membentak, “Jangan sombong dulu! Meskipun jumlah kami
sedikit, tetapi tiap seorang kami akan mampu melawan 1.000 pasukan! Pasukan
yang kami tinggal di belakang sana justru ingin segera menyerang kalian! Jika mereka tidak
berperang rasanya justru tak tahan! Seperti orang haus melihat air segar!.”
Jabalah membentak, “Hai saudara keturunan Makhzum! Sejak dulu
saya kagum pada kecerdasanmu! Dulu saya menganggap kau pahlawan hebat! Namun
kenapa sekarang kau gila! Pasukanmu hanya 60 orang akan melawan pasukan kami
berjumlah 60.000 orang?! Di sini ada tokoh-tokoh besar yang ahli berperang?!
Bersiaplah untuk tewas semuanya!.”
Jabalah berteriak lagi, “Hai pasukan Ghassan! Serang!.”
Pimpinan pasukan berkuda itu suaranya sangat
berwibawa. Teriakannya membuat hati bergetar. Membuat pasukannya segera
bergerak cepat, menyerang Khalid dan pasukannya. Serbuan mereka yang terlalu banyak
itu membuat pasukan Khalid berkumpul di tengah arena tempur. Serangan mereka yang
menggila dilawan dengan gagah berani.
Dentingan pedang, teriakan, gertakan,
rintihan, dan derap kaki kuda, membuat bising dan ribut. Debu-debu berterbangan. Semakin serangan pasukan
Nashrani membabi buta, justru semakin banyak yang tewas berserakan, oleh tebasan dan
tusukan pedang kaum Muslimiin.
Di tempat berbeda, pasukan induk Muslimiin di sisi Abu Ubaidah, menangis, mengkhawatirkan Khalid dan pasukannya yang hanya berjumlah 60
orang. Dengan ketakutan, sebagian mereka berkata, “Khalid terlalu
percaya diri, karena membanggakan pasukannya yang terdiri dari para sahabat
Rasulillah SAW. Serangan pasukan
Romawi sangat ganas.”
Di tempat berbeda, perasaan pasukan induk Romawi yang
di sisi Raja Mahan ‘lega’, karena tahu bahwa Jabalah dan pasukannya telah
melancarkan serangan ganas atas pasukan Muslimiin. Mereka berkata,
“Jabalah pasti berhasil membantai dan menghabisi pasukan Arab.”
Peperangan berlangsung lama, hingga
matahari merayap ke tengah langit tinggi. Saat
itu barisan pasukan Muslimiin telah bercerai berai, karena sama mencari posisi paling
menguntungkan. Ubadah bin Shamit (عبادة بن الصامت)
berkata, “Sungguh Allah memberi Pertolongan melalui Khalid, Zubair, Abdur
Rohman, Fadhl bin Abbas, Dhirar bin Al-Azwar, dan Abdullah bin Umar RA. Saya
menyaksikan mereka berenam bersatu menghadapi kepungan dan serangan lawan berjumlah sangat
banyak.”
Makin lama peperangan semakin sengit. Jumlah pahlawan
Nashrani gagah berani yang tewas berserakan, oleh tusukan pedang ‘makin banyak’.
Ubadah berkata, “Saat itu saya menyerang
dengan garang. Sebagai menghibur diri karena luka, saya berkata ‘mereka juga banyak
yang luka, bahkan lebih berat’.”
Dalam keadaan yang mengerikan itu, Khalid berperang
sambil berteriak, “Hai para sahabat Rasulillah! Bisa jadi di sini kita akan berkumpul
di alam Barzakh!.” [3]
Khalid melancarkan serangan paling ganas
atas lawan yang mengepung. Amukan Khalid, Hasyim, Marqal, sangat mengerikan. Sehingga banyak sekali, lawan yang tewas tertebas pedang.
Sejumlah pasukan berkuda Nashrani yang dendam dan marah, bergerak cepat untuk
mengepung dan menyerang,
hingga mereka bertiga kewalahan melawan.
Zubair bin Al-Awwam dan Fadhl, mendatangi kaum pengeroyok tiga pahlawan tersebut. Fadhl membentak,
“Menyingkirlah hai anjing-anjing! Yang kalian keroyok ini para sahabat Rasulillah SAW! Kami
berdua pahlawan berkuda! Ini Zubair, dan saya Fadhl putra paman Rasulillah!.”
Zubair dan Fadhl mengamuk dengan pedang, membantu Khalid bertiga. Dalam waktu cepat pengeroyok berjumlah banyak itu roboh dan tewas, tertebas dan tertusuk
pedang mematikan. Fadhl melancarkan 20 jurus bertubi-tubi, hingga musuh
menyingkir. Dia bersama Zubair
bergabung pada mereka bertiga.
Lima pahlawan Muslimiin bersatu untuk
mengamuk atas ribuan musuh, dengan serangan
paling ganas. Hingga petang.
Matahari hampir tenggelam. Mayat-mayat pasukan Nashrani berserakan
bermandi darah merah. Peperangan masih berkecamuk.
0 komentar:
Posting Komentar