SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2015/04/01

PS 95: Pembebasan Syam







Kedatangan mereka di medan perang, mengejutkan pasukan Harbis yang mengepung dan menyerang pasukan Sa’id, yang hanya berjumlah sedikit. Serangan pasukan Balbek yang bertubi-tubi telah berhasil merobohkan 70 pasukan Muslimiin. Ada yang meninggal; ada yang luka parah.
Pasukan Sa’id kuwalahan menghadapi serangan mereka yang terlalu banyak yang makin lama makin ganas. 
Harapan ‘menang’ pasukan Balbek sirna, oleh pekikan tahlil dan takbir dari bala-bantuan di bawah pimpinan Dhirar, yang telah mendekat. Bala-bantuan itu bergerak cepat, menyerang. Pasukan Balbek ada yang tewas, ada yang kabur, karena serangan pasukan Dhirar bertubi-tubi. Mereka yang ketinggalan di belakang, menjadi korban keganasan pasukan Dhirar.
Pasukan Balbek bagaian belakang, berguguran semakin banyak. Namun barisan depan mereka tetap juga berlari kencang dengan kuda, untuk menyelamatkan diri, menuju ceruk-ceruk gunung.
Dengan berkendaraan kuda, pasukan Dhirar mengejar untuk menyerang mereka dengan sejumlah anak panah.

Dalam waktu singkat, berita "Pasukan Muslimiin Berguguguran dan 'Menderita Parah'." Sampai pada Abu Ubaidah
Mengenai jumlah pasukan Balbek yang tewas, juga dilaporkan.
Setelah mendengar berita bahwa ‘pasukan Dhirar telah mengepung’ pasukan Harbis di gunung, Abu Ubaidah agak lega.

Abu Ubaidah mendapat laporan bahwa pasukan Dhirar kekurangan perbekalan dan air minum.

Abu Ubaidah membaca, “Al-Hamdu lillah” Lalu perintah, “Hai semuanya! Ambillah harta dan tenda kalian untuk dipindahkan ke dekat kota! Allah telah bermakar atas musuh kalian, untuk mewujudkan Janji Pertolongan-Nya, untuk kalian!.”

Pasukan Muslimiin berlari dengan kuda mereka, untuk memindahkan tenda dan harta, ke dekat beteng, yang sebelumnya pernah mereka tempati. 

Di luar beteng telah dipenuhi deretan tenda pasukan Muslimiin. Kuda dan unta mereka, merumput. Hamba sahaya mereka, mencari kayu bakar. Beberapa orang menyalakan api untuk memasak makanan. Mereka agak lega karena Harbis dan pasukannya telah pergi jauh ke gunung.

Pasukan Balbek yang berada di atas beteng masih banyak, mereka berselisih pendapat. Banyak di antara mereka yang menampar pipi dan berteriak, dengan bahasa mereka. Kebanyakan pasukan Muslimiin tidak tahu arti bahasa mereka.
Pada penerjemah, Abu Ubaidah bertanya, “Mereka berkata apa?.”
Penerjemah menjawab, “Mereka berkata ‘oh celaka ini’. Betapa musibah yang menimpa kita sangat besar. Kampung kita akan segera rusak dan kaum lelaki kita akan tewas.”

Sore itu sangat dingin. Abu Ubaidah memanggil seorang agar menyampaikan pesan, “Katakan pada Sa’id bin Zaid: ‘Hai putra Zaid! Suruhlah pasukanmu agar waspada dan agar semangat dalam berjihad! Semoga Allah menyayangmu! Jangan kau biarkan seorang dari pasukan Balbek ‘kabur!’.”
Utusan berlari kencang dengan kuda menuju Sa’id untuk menyampaikan perintah. Setelah menerima pesan, Sa’id perintah, “Kepung mereka! Jangan ada yang kabur!.”

Sa’id membatasi agar yang mencari kayu bakar hanya 100 orang berpedang. Malam itu beberapa pasukan menyalakan tumpukan kayu bakar, sambil bertahlil dan bertakbir.

Pertempuran hampir berakhir. Yang gelisah tidak hanya pasukan Balbek, bahkan Harbis juga berputus asa. Pada pasukannya, dia berkata, “Celaka kalian! Usaha kita sia-sia, dan tak mungkin ada bala-bantun yang datang kemari! Kalau melawan pasti juga akan kalah, karena kita telah kehabisan tenaga, karena terlalu lapar dan haus! Kalau pengepungan ini diperpanjang sehari atau dua hari lagi, kita bisa mati kelaparan! Siasat kita keliru, kalau melawan, justru kita akan tewas.”
Pertanyaan beberapa bathriq, “Lalu sebaiknya bagaimana tuan?.”
Harbis menjawab, “Saya akan menipu mereka dengan cara pura-pura mengajukan permohonan damai, sebagaimana yang pernah mereka tawarkan. Sebagai jaminan, kita membukakan pintu gerbang kota, untuk mereka. Namun jika kita telah masuk ke kota, mereka segera kita serang. Selain itu, kesempatan tersebut, kita gunakan minta bantuan pada penguasa kota Ainul-Jauz (عين الجوز) dan penguasa kota Jausiyah (جوسية). Agar menyerang pasukan Arab dari luar kota. Kita menyerang dari atas beteng. Melalui siasat ini Al-Masih akan menolong hingga kita menang.”
Beberapa bathriq menjawab, “Ketahuilah tuan ‘selamanya penguasa kota Jausiyah takkan menolong tuan’, karena sedang sibuk dengan urusannya yang banyak. Bisa jadi mereka juga sedang diserang oleh pasukan Muslimiin seperti kita. Kami mendengar berita bahwa penduduk Jausiyah sedang mengajukan permohonan damai pada pasukan Arab. Sedangkan penduduk Ainul-Jauz, sedang berdagang ke Syam. Saya yakin mereka juga sudah mengajukan permohonan damai pada kaum Arab. Sekarang silahkan mempertimbangkan kebijakan yang tepat. Sebaiknya kita mengajukan permohonan damai pada mereka.”

Harbis menerima usulan para bathriq. Ketika subuh telah datang, rasa lapar dan haus menyerang, hingga mereka sangat menderita. Harbis naik tebing, dan berteriak, “Hai semua orang Arab! Ada nggak di antara kalian yang memahami bahasa saya? Saya Bathriq Harbis! Saya ingin berbicara dengan pimpinan kalian.”

Beberapa penerjemah menghadap Sa’id, untuk berkata, “Tuan! Orang kafir bernama Harbis ini, penguasa Balbek. Dia memohon agar tuan sudi berbicara dengan dia.”  
Sa’id perintah, “Datangilah untuk ditanya apa maunya!?.”
Penerjemah datang pada Harbis, untuk bertanya, “Bagaimana maksudmu?.”
Harbis menjawab, “Saya ingin pimpinan kalian dan seluruh pasukannya, menjamin selamat, agar saya bisa berbicara penting mengenai perdamaian.”




0 komentar:

Posting Komentar