SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2015/04/08

PS 101: Pembebasan Syam





Keributan membisingkan membuat Batriq Nakas ketakutan dan turun dari tempat tinggalnya yang megah. Dia bergegas mendatangi dan memasuki biara agung, untuk berkata pada sejumlah tokoh, “Hai kaum Syaizar! Kalian tahu bahwa Raja Hiraqla telah mengangkat saya sebagai penguasa kota ini! Tugas saya mengamankan kota, istri, dan harta kalian.”

Batriq Nakas bergerak cepat, membuka dan mengeluarkan senjata dari gudang, dibagi-bagikan pada mereka. “Lawanlah mereka!” Perintahnya. 

Mereka telah berkumpul untuk bertempur di bawah komando Batriq Nakas.

Khalid bin Al-Walid muncul bersama teman-teman dan pasukan elitnya.
Tak lama kemudian Yazid bin Abi Sufyan (saudara ipar nabi SAW) dan pasukannya, juga muncul.
Bahkan Abu Ubaidah sang panglima bersama pasukan yang jumlahnya banyak sekali, juga muncul. 

Di saat kaum Syaizar telah jatuh mental, Abu Ubaidah mengirimi surat pada mereka:

بسم الله الرحمن الرحيم
Adapun selanjutnya, hai penduduk Syaizar! Beteng kalian kalah kokoh dibanding beteng Balbek dan Rostan. Keberanian pasukan di sana juga mengungguli keberanian kalian. Jika kalian telah membaca suratku, segeralah tunduk padaku! Jangan menentang! Karena akan merugikan diri kalian sendiri. Kalian tahu sendiri bahwa kami kaum baik yang adil. Contohlah penduduk Syam selain kalian! Yang telah tunduk padaku.
والسلام

Surat dilipat lalu diberikan pada seorang dari Syaizar, agar diantar sampai tujuan.

Orang-orang dekat Bathriq Nakas menerima lalu memberikan surat itu pada sang bathriq. Bathriq Nakas membaca surat dengan keras, di pertengahan pasukan dan rakyatnya. Lalu berteriak, “Sebaiknya mereka ini kita apakan?!.”
Mereka menjawab, “Yang mulia! Mereka benar beteng kita remeh jika dibanding beteng Rostan, Balbek, Damaskus, dan Bushro[1] Sebetulnya tuan lebih tahu daripada kami, bahwa keberanian dan kepandaian berperang kaum Chimsh di atas kita. Ternyata mereka semua telah tunduk pada kaum Arab. Bahkan penduduk Palestin dan Yordan (الْأُرْدُنّ) pun juga telah tunduk pada mereka. Bagaimana mungkin kita mampu melawan mereka, sedangkan beteng kita lemah? Jika tuan tidak mengabulkan permintaan mereka, berarti tuan yang membuat sengsara pada kami, dan yang akan memberi jalan rusaknya kota kita.”  

Perselisihan antara pendukung raja negeri Syaizar dan yang kontra, makin lama makin memuncak, sehingga ribut dan gaduh. Akhirnya suara mereka yang bisa ditangkap, hanya gertakan dan teriakan. Suara lain yang jumlahnya melaut, hampir seperti suara hujan lebat mengguyur bumi.
Bathriq Nakas murka karena ditentang oleh rakyatnya. Dia perintah para punggawanya agar menghajar siapa saja yang menentang kehendaknya. Orang-orang yang dihajar kesakitan, marah, lalu mengamuk. Sejumlah rakyat yang kemarahan mereka telah memuncak, menghunus dan menebaskan pedang pada para pegawai raja yang semena-mena. Para pegawai raja marah, karena luka dan banyak teman mereka yang tewas. Terjadilah peperangan yang seru antara pelayan raja dengan rakyat. Peperangan makin brutal hingga rakyat yang jauh lebih banyak, kesetanan. Rebahnya para pegawai raja yang bersimbah darah, tidak membuat rakyat iba. Bahkan dengan membabi buta, mereka membunuh para pegawai yang masih hidup. Bahkan membunuh pada Bathriq Nakas raja mereka. 

Doa pasukan Muslimiin, “Ya Allah, rusaklah mereka melalui saudara mereka” Dikabulkan oleh yang Maha Kuasa.
Mutlak semua pendukung raja, tewas oleh amukan rayat yang berjumlah sangat banyak.

Dengan tanpa membawa pedang, sejumlah masyarakat berdatangan menghadap Abu Ubaidah RA. Mereka mengucapkan salam hormat lalu berkata, “Yang mulia! Kami telah membunuh bathriq kami, karena kami lebih cinta pada tuan.”
Abu Ubaidah berkata, “Hai penduduk Syaizar! Semoga Allah membuat wajah kalian menjadi cerah dan rizqi kalian melimpah. Kalian telah membereskan pekerjaan kami dengan baik.”
Pada pasukannya, dia berkata, “Sadarkah kalian bahwa bangsa Romawi ini telah membunuh raja dan pegawainya, karena salut dan tunduk pada kalian? Saya berpandangan sebaiknya mereka kita beri imbalan dan anugrah.”
Mereka menjawab, “Bagus! Semoga kebaikan kau melimpah pada selain mereka, dan semoga Allah segera menaklukkan negeri-negeri yang belum takluk untuk kita.”  
Pada kaum Syaizar, Abu Ubaidah berkata, Berbahagialah! Saya takkan memaksa kalian memasuki agama kami. Namun barang siapa memasuki agama kami, dia memiliki hak seperti kami, dan menanggung kewajiban yang sama seperti kami. Mengenai hasil bumi yang harus kalian berikan pada kami, bisa diundur dua tahun lagi, baru disetorkan. Bagi yang masih tetap menetapi agamanya (Nashrani) berkewajiban membayar upeti, namun kewajiban menyetorkan hasil bumi mulai tahun depan.”

Kaum Syaizar berbahagia dengan keputusan itu. Mereka berkata, “Kami telah memahami dan akan mentaati tuan. Istana bathriq kami, kami serahkan pada tuan, karena tuanlah yang lebih berhak menempati. Semua pegawai bathriq kami yang ada di sana, dan semua berabot maupun harta kekayaannya, kami serahkan pada tuan.”  

Semua kekayaan yang di dalam istana itu, oleh Abu Ubaidah dibagi lima. Yang seperlima diberikan untuk Sabilillah, selain itu dibagi-bagi pada pasukan, dengan rata.

Pada pasukannya, Abu Ubaidah menyeru, “Hai Muslimiin semuanya! Sungguh Allah telah menyerahkan kota ini pada kita, dengan jalan yang sangat mudah. Hari ini tempo perjanjian kita dengan penduduk Chimsh juga telah selesai. Sekarang marilah kita pergi lagi ke sana! Semoga Allah menyayang kita semua.”




In syaa Allah bersambung.

0 komentar:

Posting Komentar