SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2015/04/14

PS 109: Pembebasan Syam






Beberapa Muslimiin silih berganti menyampaikan usulan baik pada Abu Ubaidah, kecuali Khalid bin Al-Walid RA. Dia hanya diam saja.

Pada Khalid, Abu Ubaidah bertanya, “Hai Ayah Sulaiman! Kau lelaki pemberani! Ahli berkuda perkasa yang memiliki pandangan cemerlang dan siasat yang jitu! Bagaimana pendapatmu mengenai ‘usulan Qais bin Hubairah’?!.”

Seluruh Majlis memperhatikan Khalid menjawab, “Saya menyetujui usulan Qais. Walaupun sesungguhnya saya punya pandangan tersendiri. Saya tidak mau bertentangan dengan pendapat kaum Muslimiin.”   
Mereka memperhatikan Abu Ubaidah berkata, “Jika kau memiliki pandangan yang baik, katakan! Kami akan mempertimbangkan usulanmu!.”

Khalid menjawab, “Ketahuilah yang mulia! Jika kau tinggal di sini berarti terjebak! Karena kota Jabiyah ini dekat kota Kaisarea (Qaisariyyah/قَيْسَارِيَّة) yang rajanya bernama Qusthanthin (قُسْطَنْطِينَ), putra Raja Hiraqla. Qusthanthin telah menyiapkan 40.000 pasukan berkuda dan para pemuda kota Yordan (الأُرْدُنّ). Mereka telah berkumpul di kerajaan Qusthanthin karena mengkhawatirkan serangan kita. Saya justru mengusulkan agar kita pergi ke kota Yarmuk, di sebelah kota Adzriat (أذرعات). Karena jika Amirul Muminiin Umar bin Khatthab RA akan mengirim bala bantuan, juga dekat. Selain itu, tempat yang luas itu akan leluasa untuk pasukan berkuda berjumlah banyak.”

Semua pasukan Muslimiin yang telah menyimak ucapan Khalid, berkata, “Kami menyetujui usulan Khalid.” Walau jantung berdebar-debar.

Abu Sufyan bin Charb (أَبُو سُفْيَانَ بْنُ حَرْبٍ) berkata, “Yang mulia! Laksanakan usulan Khalid! Perintahlah dia pergi ke dekat kota Ramadah (الرَّمَادَةُ)! Sebagai ‘penghalang’ antara pasukan kita dan pasukan Romawi, yang berada di kota Yordan, agar kita tenang. Karena kita yang berjumlah banyak sekali, jika menyeberangi hutan ini, pasti akan menimbulkan suara gaduh dan ribut. Sehingga mudah diketahui oleh lawan. Jika pasukan dari Yordan menyerbu kita, yang akan melawan, pasukan Khalid.”
Khalid menimpal, “Demi Allah hai Putra Charb (حَرْبٍ)! Sungguh kau telah menyampaikan keinginanku! Memang demikian yang saya inginkan.”  

Abu Ubaidah menyetujui usulan Khalid dan Abu Sufyan bin Charb. Dan perintah agar pasukan Muslimiin segera meninggalkan Jabiyah, menuju Yarmuk. Dia juga perintah agar Khalid menggerakkan pasukannya bernama Jaisuzzahf (جيش الزحف) yang terkenal (pasukan pengobrak-abrik). Mereka terdiri dari 4.000 pasukan berkuda. Tugas pasukan Khalid selain itu, mengamati pasukan Romawi yang akan menyerang pasukan Muslimiin dari belakang.


Pasukan Muslimiin yang banyak sekali, mengalir bersamaan derap kaki kuda yang menggemuruh. Suara derap kaki kuda mereka mencapai jarak dua Farsakh (6 Mil).
Pasukan Romawi yang berada di kota Yordan mendengar gemuruh derap kaki pasukan berkuda yang mengalir menuju Yarmuk.
Pasukan Romawi di Yordan menyangka bahwa pasukan Muslimiin lari pulang menuju kota Chijaz (الْحِجَاز), karena ketakutan menghadapai pasukan Romawi yang jumlahnya jauh lebih banyak.

Pasukan Romawi bergerak cepat untuk menyerbu pasukan Muslimiin bagian belakang. Namun Khalid berteriak keras pada pasukannya, “Serbu! Ini pertanda kita akan menang!.”

Pasukan Khalid menghunus pedang, dan memegang tombak, untuk menyerbu. Yang bergerak menyerang paling cepat Khalid, Dhirar bin Al-Azwar, Marqal (المرقال), Thalchah bin Naufal (طلحة بن نوفل), Zahid bin Al-Aswad, Amir bin Thufail, Ibnu Akkaliddam (ابن أكال الدم) dan lainnya.
Serbuan pasukan Khalid terlalu ganas, sehingga pasukan Romawi terdesak dan berlari pontang-panting. Serangan pasukan Khalid yang disebut Jaisuzzahf makin menggila, hingga musuh tewas dan ditangkap. Sisa-sisa mereka berlari menuju Yordan, menghindari serangan pasukan yang ganas mematikan.
Khalid dan pasukan Jaisuzzahf  membatalkan pengejaran, karena lawan yang dikejar telah bergabung pada pasukan induk di Yordan, yang jumlahnya banyak sekali.   

Abu Ubaidah sang panglima dan pasukannya, telah sampai Yarmuk, membelakangi kota Adzriat (أذرعات). Di kaki gunung besar itulah, Abu Ubaidah RA menempatkan wanita Muslimaat dan anak-anak. Mereka disuruh naik agar mencari tempat yang aman. Sejumlah pria diperintah agar berjaga di sudut-sudut jalan dan mengamati keadaan.

Ketika Khalid dan pasukannya datang membawa sejumlah rampasan perang, Abu Ubaidah sangat berbahagia dan berkata, “Berbahagialah! Ini pertanda kita akan mendapat pertolongan dan kemenangan!.”

Pasukan Muslimiin di Yarmuk telah siaga penuh, untuk menghadapi musuh yang akan datang sewaktu-waktu.

Di tempat yang beda, Raja Qusthanthin bin Hiraqla terkejut, ketika mendengar khabar ‘sebagian pasukan Muslimiin telah mengalahkan pasukannya’. Pasukan induk yang jauh lebih banyak justru berpindah ke Yarmuk.

Kepada raja-raja yang telah bergerak menggiring pasukan menuju Yarmuk, Raja Qusthanthin mengirim berita, “Anggapan kalian bahwa pasukan Muslimin remeh atau lemah, keliru! Perangilah mereka hingga habis semuanya!.”

Raja Mahan membaca surat Raja Qusthanthin di hadapan para raja dan para bathriq (patriach) yang berkumpul di hadapannya. Dia perintah agar pasukan Romawi yang melaut, meneruskan perjalanan ke Yarmuk. Arak-arakan pasukan yang mengalir itu mencaci-maki penduduk kota-kota yang telah ditaklukkan oleh kaum Muslimiin, “Kalian celaka! Meninggalkan agama kalian untuk mengalah pada kaum Arab!.”
Penduduk menjawab, “Justru kalian yang lebih pas untuk dicaci-maki daripada kami. Karena kalian telah menghindari serangan mereka dan meningglkan kami diserbu. Hingga kami terpaksa berdamai dengan mereka. Akhirnya kaum Arab makin yakin dengan kebenaran yang mereka yakini.”  

Pasukan Romawi telah memenuhi daerah dekat Ramadah (الرمادة) dan Jaulan (الجولان), yang bernama Al-Jabal (الجبل). Jarak tempuh tempat itu dari pasukan Muslimiin, 3 Farsakh (9 Mil). Pasukan Romawi mengalir terus memenuhi kawasan yang sangat luas di Yarmuk.
Dari mereka ada 60.000 pasukan berkuda dipimpin oleh Raja Jabalah. Bergerak berarak-arak menutupi panglima besar mereka bernama Raja Mahan dan pasukannya, menuju tempat yang lurus pasukan Muslimiin. Mereka pasukan berkuda Arab Nashrani dari Ghasan, Lakhm, dan Judzam.

Kaum Muslimiin dipimpin oleh sejumlah sahabat Rasulillah SAW
Mereka takut dan membaca,“Laa Chaula walaa quwwata illaa bi Allah Al-Aliyyil-Adliim.”  [1] Artinya: Tiada upaya mupun kekuatan, kecuali karena Allah yang Maha Agung Maha Dahsyat.

Kini pasukan Romawi yang melaut itu bagai ombak, atau bagai jutaan belalang. Membuat pasukan Muslimiin pucat ketakutan, karena terlalu banyak.
Kaum Muslimiin terus-menerus membaca, “Laa Chaula walaa quwwata illaa bi Allah Al-Aliyyil-Adliim.”

Abu Ubaidah berdoa, “Rabbanaa afrigh alainaa shabran wa tsabbit aqdaamanaa wanshurnaa alal qaumil kaafiriin.” [2] Artinya: Ya Tuhan kami! Tuangkan semangat atas kami! Dan tetapkan tumit-tumit kami! Dan tolonglah kami mengalahkan kaum kafir.

Abu Ubaidah perintah agar sejumlah orang Dzimi (taklukan), masuk ke lautan pasukan Romawi. Untuk mengecek jumlah mereka semuanya dan peralatan perang mereka. Dia berkata, “Saya berharap Allah menjadikan mereka semua sebagai taklukan dan jarahan kita.”  

Pasukan Raja Jabalah dan Raja Mahan telah berdatangan semuanya, menempati kawasan lurus pasukan Muslimiin. Riuh dan ributnya ucapan mereka, dan ringkikan kuda, membahana ; bagaikan suara hujan lebat mengguyur bumi.






In syaa Allah bersambung.



[1] فتوح الشام (1/ 154)
فلما نظر أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى كثرة جيوش الروم قالوا: لا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم.
[2] فتوح الشام (1/ 154)
 وأبو عبيدة رضي الله عنه يقول: {رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْراً وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ} [البقرة: 250].  


Mulungan Mulya Abadi
 Ponpes Kutubussittah Melati Sleman Yogyakarta Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar