Umar RA berdoa, “Ya Allah! Sayangi! Selamatkan! Dan lipatlah yang jauh
untuk Abdullah bin Qurth! Sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [1]
Abdullah bin Qurth berkata, “Saya keluar
dari Masjid Nabawi melalui pintu gerbang Chabasyah (الحبشة). Hati saya berkata ‘jika saya tidak berziarah untuk mendoakan
salam pada Rasulallah di makamnya,
‘merupakan kesalahan’. Karena siapa tahu saya
takkan melihat lagi makam itu,
untuk selamanya’.”
Abdullah bergegas memasuki makam
Rasulallah SAW. Aisyah dan janda nabi lainnya
berada di sisi makam. Ali memangku Chusain (الحسين). Abbas memangku Chasan (الحسن) RA. [2]
Mereka membaca Surat Al-An’am. Ali RA membaca surat
Hud. Setelah mendoakan salam pada Rasulallah, Abdullah ditanya oleh Ali, “Kau
akan segera pulang ke Syam?.”
Abdullah menjawab, “Betul wahai putra
paman Rasulallah. Saya yakin jika telah sampai ke sana, pasukan kita telah
berhadap-hadapan dengan lawan. Saya khawatir jika pasukan melihat saya tidak
membawa bala bantuan, akan merasa kecewa dan menggerutu. Saya tergesa-gesa
karena ingin sampai ke sana sebelum perang berkecamuk, sehingga ada kesempatan
nasehat, agar mereka tabah.”
Ali bertanya, “Apa kau tadi tidak minta
agar Umar mendoakan kau?
Tak tahukah kau bahwa doa dia takkan ditolak oleh Allah? Dan Rasulullah SAW
pernah bersabda mengenai kehebatan dia:
‘kalau
ada nabi lagi setelahku, niscaya Umar bin Khatthab lah orangnya’.
Umar pula yang hukumnya menyamai hukum Al-Kitab (Al-Qur’an),
hingga (Nabi) Al-Musthafa SAW bersabda ‘kalau siksaan tadi turun, tidak ada
yang selamat kecuali Umar bin Khatthab’. Tak tahukah kau bahwa Allah telah menunkan
Ayat-Ayat yang jelas karena
dia. Dia orang yang zuhud dan
bertaqwa. Dia orang yang menyamai Nabi Nuh AS. Jika dia telah mendoakan kau, maka dikabulkan
oleh Allah.”
Abdullah berkata, “Karena kefahaman saya seperti kau, maka itu
telah saya laksanakan. Tetapi saya
ingin minta tambahan doa kau, dan doa
Abbas paman Rasulillah SAW.”
Abbas dan Ali RA mengangkat tangan dan
berdoa, “Ya Allah! Sungguh kami
bertawassul dengan ini nabi Al-Mushthafa (pilihan)! Dan
rasul Al-Mujtaba (Pilihan)! Yang namanya pernah dipergunakan
bertawassul oleh Nabi Adam AS! Hingga Kau mengabulkan dan mengampuni dosanya!
Permudahkanlah perjalanan Abdullah! Lipatlah yang jauh menjadi dekat! Dan
bantulah sahabat-sahabat NabiMu dengan Pertolongan! Sungguh Engkau Maha
mendengar doa.” [3]
Ali RA perintah, “Hai Abdullah! Berangkatlah! Saya yakin Allah
takkan menolak doa Umar! Abbas! Ali! Chasan! Chusain! Dan para istri Rasulillah
SAW! Doa yang ini tadi, dengan tawassul pada makhluq
paling mulia SAW!.”
Abdullah keluar dari makam Rasulillah SAW, dengan berbahagia. Dia
bergerak cepat, mengendarai dan memacu
unta, menyusuri jalan sangat
panjang. Doa Umar, Ali, Abbas dan para janda Rasulillah SAW, menjadi bekal
perjalanan paling dibanggakan.
Abdullah di Madinah hanya beberapa jam.
Dia meninggalkan Madinah setelah asar. Malam
dan dingin segera menyelimuti bumi. Tali
kendali unta kendaraan dilepas dari genggamannya. Dia
terkejut oleh kendaraannya yang berjalan cepat luar biasa, hampir seperti terbang. Perjalanan
yang biasanya ditempuh dalam waktu seminggu dengan kecepatan maksimal, hanya ditempuh dalam
waktu tiga hari. Suara terindah yang didengarkan sewaktu sampai kota Yarmuk, adzan asar yang
menggema bersaut-sautan menggetarkan sukma. [4]
Abdullah memasuki tenda untuk mengucapkan
salam pada Abu Ubaidah, panglima
yang telah ditinggalkan selama 10 hari. Dia melaporkan perjalanannya bisa cepat
sekali ‘berkat doa Umar, Ali,
Abbas, Chusain dan Chasan RA’.
Abu Ubaidah mendengarkan laporan dengan
takjub. Dan menjawab, “Kau benar
hai putra Qurth! Sungguh mereka
orang-orang yang dimuliakan oleh Allah! Doa
mereka makbul!.”
Abu Ubaidah membuka dan membaca surat di
pertengahan pasukan Muslimiin. Mereka
berbahagia saat mendengar surat Umar
yang mereka cintai dan mereka rindukan ‘dibaca’. Beberapa orang menitikkan airmata. Suara riuh bersaut-sautan, “Yang mulia!
Kami semua bertekat ‘ingin
mati Syahid!’ Dan berdoa semoga Allah
mengabulkan.”
Semangat berperang telah berkobar, karena nasehat Umar melaui surat
yang dibacakan. Banyak mata berkaca-kaca karena ‘ingin berperang’ disaksikan
oleh yang Maha Kuasa.
[1] Tentang ini, Al-Waqidi
menulis: اللهم ارحمه
وسلمه واطو له البعيد إنك على كل شيء قدير.
Baca: Allaahummar hamhu wa sallimhu wathwi lahul baiida innaKa alaa kulli
syai’in qadiir.
[2] Mungkin Aisyah
beranggapan ‘pengharaman ziarah kubur’ atas wanita, ada pengecualian ‘jika yang
dikubur’ suami, ayah, atau mahram. Ibnu Chajar menjelaskan, “Setelah Umar
dikubur di kamar Rasulillah, maka Aisyah memasang korden penyekat.”
[3] Tentang itu, Al-Waqidi
menulis: اللهم إنا نتوسل
بهذا النبي المصطفى والرسول المجتبى الذي توسل به آدم فأجبت دعوته، وغفرت خطيئته
إلا سهلت على عبد الله طريقه وطويت له
البعيد وأيدت أصحاب نبيك بالنصر إنك سميع الدعاء.
Baca:Allaahumma innaa natawassalu bihaadzan nabiyyil mushthafaa warrasuulil
mujtabal ladzii tawassala bihii Aadamu fa ajabta da’watahu wa ghawafarta
khathii’atahu illaa sahhalta alaa Abdillahi thariiqahu wa thawwaita lahul
ba’iida wa ayyadta ashchaaba NabiyyiKa binnashri innaKa Samii’ud duaa’. Namun kami tidak mengamalkan Riwayat ini, karena wirai (hati-hati takut Allah).
فلما كانت صلاة
العصر من اليوم الثالث أشرفت على اليرموك وسمعت ضجيج أذان المسلمين.
Mulungan Sleman Yogyakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi
Mulungan Sleman Yogyakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi
0 komentar:
Posting Komentar