SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2015/05/21

PS 125: Pembebasan Syam






Pada Jaisyuz-Zachf (جيش الزحف) pasukan andalannya, Khalid berkata, “Peperangan ini luar biasa.”
Khalid berdoa, “Ya Allah! Tolonglah pasukan Muslimiin” Lalu berkata pada Abu Ubaidah, “Yang mulia! Ternyata para pasukan yang datang kemari pembawa gada itu! Disatukan dengan rantai.”
Abu Ubaidah menjawab, “Yang bisa mengalahkan mereka hanya kaum yang tabah” Lalu bertanya, “Bagaimana sebaiknya, hai Ayah Sulaiman?.”

Dari lautan pasukan itu, Mahan memilih 100.000 prajurit gagah berani, agar menyerang di bagian depan. 

Khalid segera menyadari keadaan. Dia berkata pada Abu Ubaidah,“Sebaiknya yang mulia menempati tempat yang ditempati oleh Said bin Zaid, di belakang, bersama 200 hingga 300 sahabat Rasulillah SAW. Agar kaum di sana sungkan pada Allah dan pada baginda yang mulia. Agar mereka tidak kabur.”

Saat itu nama Said bin Zaid sangat masyhur, hampir seperti Abu Ubaidah. Karena dia tergolong ‘sepuluh orang pasti masuk surga’, berdasarkan Sabda Rasulillah SAW.


Dalam suasana mencekam itu, Said dipanggil agar menempati tempat Abu Ubaidah
Abu Ubaidah mundur menempati tempat Said.

Abu Ubaidah memilih 200 hingga 300 pasukan berkuda dari Yaman. Di antara mereka ada beberapa orang Muhajiriin dan Anshar. Mereka lah yang mendampingi Abu Ubaidah, bersebelahan dengan Said bin Zaid.  [1]

Menurut laporan Waraqah bin Muhalhil Attanukhi (ورقة بن مهلهل التنوخي), pembawa panji Abu Ubaidah di dalam Perang Yarmuk:


Dengan menangis terharu, Abu Ubaidah berkata, “Sampaikan salam saya pada baginda SAW! Dan katakan ‘kami telah menyaksikan ‘Janji Tuhan untuk kami! Ternyata benar!’.”
Pemuda itu memacu kuda untuk persiapan menyerang. 
Kedatangannya disambut oleh lelaki Romawi berkuda.
Pemuda itu mendekati lawan sambil melantunkan syair:

Tak lama lagi kita akan berperang
Dengan pedang telanjang
Semoga saya berhasil meraih keberuntungan
Di dalam Firdaus yang menawan

Pemuda itu bertempur melawan lawannya. Dan pedangnya menembus hingga musuhnya roboh dan sakarat. Dia merampas harta dan kuda musuh yang telah tewas, untuk diserahkan pada lelaki dari kaumnya. Lalu bergerak ke tengah medan, menantang perang.

Seorang datang untuk melawan. Namun beberapa jurus kemudian tewas oleh tebasan pedangnya.

Musuh yang ketiga dan keempat bernasib sama, tewas oleh tebasan pedangnya.

Musuh yang kelima yang mampu mengalahkan pemuda itu.

Kaum dari suku pemuda itu marah, karena dia yang jagoan. Mereka bergerak untuk menyerang, untuk membalaskan kematian saudara sekakek.

Arak-arakan pasukan Romawi yang berdatangan, jauh lebih banyak, bagaikan kawanan belalang yang tak terhitung. Yang mereka dekati, pasukan Muslimiin yang berada di sayap kanan.

Dengan penuh semangat, Abu Ubaidah berkata, “Hai! Musuh-Musuh Allah telah mendekat! Bersiaplah! Ketahuilah bahwa Allah bersama kalian! Semangatlah dalam menghadapi serangan untuk menyambut Pertolongan Tuhan.”
Abu Ubaidah memandang langit lalu berdoa, “Ya Allah! Hanya kepadaMu kami menyembah! Dan hanya kepadaMu kami mohon Pertolongan! Hanya kepadaMu kami meyakini sebagai satu-satunya Tuhan! Dan meyakini bahwa tidak ada yang membandingi Kau! Musuh-MusuhMu ini mengkufuri Kau dan Ayat-AyatMu! Dan mereka menganggap Kau berputra! Ya Allah buatlah mereka kabur! Dan hati mereka kacau-balau ketakutan! Turunkan Ketenangan pada kami! Tetapkanlah kami pada kalimat taqwa! Amankan kami dari AdzabMu wahai yang takkan menyelisihi janji! Ya Allah tolonglah kami mengalahkan mereka! Wahai yang telah berfirman di dalam KitabNya dan berpeganglah pada Allah! Dia Pelindung kalian. Sebaik-baik Pelindung, Sebaik-baik Penolong’.” [Qs Al-Chajj 78/الحج: 78].  [2]

Tiba-tiba pasukan Romawi menyerang sayap kanan dengan sengit. Disambut oleh kaum Al-Azd, kaum Madzchaj, kaum Chadhramaut, dan kaum Khaulan.
Serangan yang menggila dilawan dengan garang. Tiba-tiba bala bantuan pasukan Romawi berdatangan banyak sekali. Namun pasukan Muslimiin tidak mundur.

Ketika bala bantuan Romawi yang ketiga, berjumlah sangat banyak, datang menyerang, pasukan Muslimiin terdesak dan surut ke belakang. Karena jumlah tidak sebanding.

Pimpinan Muslimiin di bagian itu, Amer bin Madikarib yang sangat dihormati, yang telah berumur 120 tahun. Dia berteriak, “Hai kaum Zubaid! Hai kaum Zubaid! Kenapa mundur meninggalkan musuh? Apakah kalian senang namanya tercoreng dan hina? Jangan takut terhadap serangan anjing-anjing ini! Apa kalian tak tahu bahwa Allah mengamati kalian yang berjihad dengan tabah? Jika telah tahu kalian tabah! Allah akan segera menurunkan PertolonganNya! Masyak kalian berlari meninggalkan surga menuju neraka dan Kemurkaan yang Maha Kuasa?!.”

Kaum Zubaid berjumlah sekitar 500 orang berkuda, yang lain berjalan kaki, tidak jadi berlari, karena nasehat pimpinan mereka. Lalu kembali lagi untuk mengerumuni pimpinan dan menyerang pasukan Romawi dengan serangan paling ganas.
Kaum Chimyar, Chadhramaut, Khaulan, dan yang lain, berdatangan membantu menyerang.

Pasukan Romawi tersapu ke belakang dan tewas. Apalagi ketika kaum Daus di bawah pimpinan Abu Hurairah berdatangan untuk menyerang. Abu Hurairah RA pembawa panji yang menggerakkan pasukannya, “Hai semuanya! Berperang ini upaya agar kita bisa memeluk para bidadari bermata indah, di sisi Tuhan seluruh alam! Tidak ada tempat yang lebih menyenangkan Allah untuk kita, daripada medan perang ini! Ketahuilah bahwa kaum yang tabah, lebih diutamakan oleh Allah, mengalahkan lainnya, yang tidak berjihad dan tidak tabah!” agar menyerang.

Ucapan Abu Hurairah sangat berpengaruh pada kaum Daus. Mereka mengerumuni Abu Hurairah RA untuk bersama-sama melancarkan serangan terganas atas lawan.
Peperangan berkecamuk dengan sengit.

Titik serbu yang diutamakan oleh pasukan Romawi, bagian sayap kanan.
Pasukan sayap kanan mundur bersama kuda mereka, karena serangan terlalu ganas dan bertubi-tubi. Para wanita Muslimaat berteriak, “Hai para wanita Arab! Ayo kita turun untuk memberi semangat pasukan! Agar mereka kembali lagi menghadapi lawan!.”

Ufairah bintu Ghoffar berpakaian menyerupai pria, karena akan berperang. Dia berteriak, “Hai wanita Arab! Ayo kita beri semangat pasukan kita! Angkatlah anak-anak kalian! Untuk menyuruh pasukan kita bertempur dan berjihad!.”

Sejumlah wanita melemparkan batu pada pasukan Muslimiin yang lari ke belakang. Anak perempuan Ash bin Munabbih berteriak, “Allah akan menghina lelaki yang tidak berjuang membela istri!.”

Beberapa wanita berkata, “Kalian bukan suami kami yang hebat! Jika tidak melindungi kami dari serangan kaum kafir ini!” pada para suami yang lari.

Khaulah bintil-Azwar, Khaulah bintu Tsalabah, Kaub ibnatu Malik (كعوب ابنة مالك), Salma bintu Hasyim, Nakm bintu Fayadh (ونعم ابنة فياض), Hind bintu Utbah, dan Lubna bintu Jarir, menggerakkan para wanita Muslimaat, agar ikut berjihad.

Walau hatinya berdebar, Khaulah melantunkan syair pemacu semangat jihad:


Pengaruh syair yang dilantunkan, luar biasa.
Pasukan Muslimiin yang telah berlari, berbalik maju lagi untuk menyerang. Bahkan serangan mereka ganas sekali hingga pasukan Romawi kocar-kacir dan berjatuhan.

Hind bintu Utbah muncul membawa tongkat, diikuti para wanita Muhajiraat. Dengan semangat, dia membaca syair pemacu semangat jihad:
Kami anak-anak perempuan Thariq
Berjalan membawa namariq  [3]
Bagai burung Qutha yang aduhai
Barangsiapa enggan berpisah dengan kami
Taklukkan musuh untuk kami
Jika kalian berlari kalah
Sebaiknya kita berpisah
Lelaki perkasa adalah
Pelindung para Muslimah





[1] Said bin Zaid RA, sahabat nabi SAW yang menganggap ‘dosa sangat besar’ pada Pembunuhan Utsman bin Affan RA, ketika Islam telah berjaya. Bukhari meriwayatkan tentang itu: صحيح البخاري - (ج 12 / ص 246)
3578 - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنَا قَيْسٌ قَالَ سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ زَيْدٍ يَقُولُ لِلْقَوْمِ لَوْ رَأَيْتُنِي مُوثِقِي عُمَرُ عَلَى الْإِسْلَامِ أَنَا وَأُخْتُهُ وَمَا أَسْلَمَ وَلَوْ أَنَّ أُحُدًا انْقَضَّ لِمَا صَنَعْتُمْ بِعُثْمَانَ لَكَانَ مَحْقُوقًا أَنْ يَنْقَضَّ.

Arti (selain isnad)nya:
Qais berkata, “Saya pernah mendengar Said bin Zaid berkata pada kaum ‘kalau saya melihat saat saya diikat oleh Umar, (karena) saya dan sudara perempuannya (beragama Islam). Saat itu Umar belum Islam. Kalau gunung Uhud telah diqadar remuk-redam karena perlakuan kalian (yang kejam) atas Utsman, niscaya saat itu benar-benar remuk-redam.

[2] Dalam Futuchus-Syam, dijelaskan mengenai hal itu: فتوح الشام - (ج 1 / ص 158)
ثم رمق إلى السماء بطرفه وقال: اللهم إياك نعبد وإياك نستعين ولك نوحد ولا نشرك بك شيئاً وأن هؤلاء أعداؤك يكفرون بك وبآياتك ويتخذون لك ولداً: اللهم زلزل أقدامهم وارجف قلوبهم وأنزل علينا السكينة وألزمنا كلمة التقوى وآمنا عذابك يا من لا تخلف الميعاد، اللهم انصرنا عليهم يا من قال في كتابة العزيز: " واعتصموا بالله هو مولاكم فنعم المولى ونعم النصير.

[3] Namariq: Bantal untuk mempernyaman duduk dan tidur.

0 komentar:

Posting Komentar