Pada Jaisyuz-Zachf (جيش الزحف) pasukan andalannya, Khalid berkata, “Peperangan ini luar
biasa.”
Khalid berdoa, “Ya Allah! Tolonglah pasukan Muslimiin” Lalu berkata pada Abu Ubaidah, “Yang mulia! Ternyata para pasukan yang datang kemari pembawa
gada itu! Disatukan dengan rantai.”
Abu Ubaidah menjawab, “Yang bisa mengalahkan mereka
hanya kaum yang tabah” Lalu bertanya, “Bagaimana sebaiknya, hai Ayah Sulaiman?.”
Dari lautan pasukan itu, Mahan memilih 100.000 prajurit gagah
berani, agar menyerang di bagian depan.
Khalid segera menyadari keadaan. Dia berkata pada Abu Ubaidah,“Sebaiknya yang mulia menempati tempat yang ditempati oleh Said bin Zaid, di belakang,
bersama 200 hingga 300 sahabat Rasulillah SAW. Agar kaum di sana sungkan pada
Allah dan pada baginda yang mulia. Agar mereka tidak kabur.”
Saat itu nama Said bin Zaid sangat masyhur, hampir seperti Abu Ubaidah. Karena dia tergolong ‘sepuluh orang pasti masuk surga’, berdasarkan Sabda Rasulillah SAW.
Dalam suasana mencekam itu, Said dipanggil agar menempati tempat Abu Ubaidah.
Abu Ubaidah mundur menempati tempat Said.
Abu Ubaidah mundur menempati tempat Said.
Abu Ubaidah memilih 200 hingga 300 pasukan berkuda dari Yaman.
Di antara mereka ada beberapa orang Muhajiriin dan Anshar. Mereka lah yang
mendampingi Abu Ubaidah, bersebelahan dengan Said bin Zaid. [1]
Menurut laporan Waraqah bin Muhalhil Attanukhi (ورقة بن مهلهل التنوخي), pembawa panji Abu Ubaidah di dalam Perang Yarmuk:
Awal pasukan Islam yang menyerang, pemuda dari Al-Azd yang cerdas. Dia berkata, “Yang mulia! Saya ingin mengobati lukahati saya, dengan memerangi musuh saya dan musuh Islam! Dalam perang ini, saya ingin meraih pahala mati Syahid! Bolehkah? Jika yang mulia ingin menyampaikan pesan ‘untuk Rasulallah!’ Akan saya sampaikan pada beliau SAW!” pada Abu Ubaidah.
Dengan menangis terharu, Abu Ubaidah berkata, “Sampaikan salam
saya pada baginda SAW! Dan katakan ‘kami telah menyaksikan ‘Janji Tuhan
untuk kami! Ternyata benar!’.”
Abu Ubaidah menyerahkan kuda agar dikendarai.
Pemuda itu memacu kuda untuk persiapan menyerang.
Kedatangannya disambut oleh lelaki Romawi berkuda.
Kedatangannya disambut oleh lelaki Romawi berkuda.
Pemuda itu mendekati lawan sambil melantunkan syair:
Tak lama lagi kita akan berperang
Dengan pedang telanjang
Semoga saya berhasil meraih keberuntungan
Di dalam Firdaus yang menawan
Pemuda itu bertempur melawan lawannya. Dan pedangnya menembus
hingga musuhnya roboh dan sakarat. Dia merampas harta dan kuda musuh yang telah
tewas, untuk diserahkan pada lelaki dari kaumnya. Lalu bergerak ke tengah
medan, menantang perang.
Seorang datang untuk melawan. Namun beberapa jurus kemudian tewas oleh tebasan pedangnya.
Musuh yang ketiga dan keempat bernasib sama, tewas oleh tebasan
pedangnya.
Musuh yang kelima yang mampu mengalahkan pemuda itu.
Kaum dari suku pemuda itu marah, karena dia yang jagoan.
Mereka bergerak untuk menyerang, untuk membalaskan kematian saudara sekakek.
Arak-arakan pasukan Romawi yang berdatangan, jauh lebih banyak,
bagaikan kawanan belalang yang tak terhitung. Yang mereka dekati, pasukan
Muslimiin yang berada di sayap kanan.
Dengan penuh semangat, Abu Ubaidah berkata, “Hai! Musuh-Musuh
Allah telah mendekat! Bersiaplah! Ketahuilah bahwa Allah bersama kalian!
Semangatlah dalam menghadapi serangan untuk menyambut Pertolongan Tuhan.”
Abu Ubaidah memandang langit lalu berdoa, “Ya Allah! Hanya
kepadaMu kami menyembah! Dan hanya kepadaMu kami mohon Pertolongan! Hanya
kepadaMu kami meyakini sebagai satu-satunya Tuhan! Dan meyakini bahwa tidak ada
yang membandingi Kau! Musuh-MusuhMu ini mengkufuri Kau dan Ayat-AyatMu!
Dan mereka menganggap Kau berputra! Ya Allah buatlah mereka kabur! Dan
hati mereka kacau-balau ketakutan! Turunkan Ketenangan pada kami!
Tetapkanlah kami pada kalimat taqwa! Amankan kami dari AdzabMu wahai yang
takkan menyelisihi janji! Ya Allah tolonglah kami mengalahkan mereka! Wahai
yang telah berfirman di dalam KitabNya ‘dan berpeganglah pada Allah! Dia Pelindung kalian. Sebaik-baik Pelindung, Sebaik-baik Penolong’.” [Qs
Al-Chajj 78/الحج: 78]. [2]
Tiba-tiba pasukan Romawi menyerang sayap kanan dengan sengit.
Disambut oleh kaum Al-Azd, kaum Madzchaj, kaum Chadhramaut,
dan kaum Khaulan.
Serangan yang menggila dilawan dengan garang. Tiba-tiba bala
bantuan pasukan Romawi berdatangan banyak sekali. Namun pasukan Muslimiin tidak
mundur.
Ketika bala bantuan Romawi yang ketiga, berjumlah sangat banyak,
datang menyerang, pasukan Muslimiin terdesak dan surut ke belakang.
Karena jumlah tidak sebanding.
Pimpinan Muslimiin di bagian itu, Amer bin Madikarib yang sangat dihormati, yang telah berumur 120 tahun. Dia berteriak, “Hai kaum Zubaid!
Hai kaum Zubaid! Kenapa mundur meninggalkan musuh? Apakah kalian senang namanya
tercoreng dan hina? Jangan takut terhadap serangan anjing-anjing ini! Apa
kalian tak tahu bahwa Allah mengamati kalian yang berjihad dengan tabah? Jika telah tahu kalian tabah! Allah akan segera menurunkan PertolonganNya! Masyak kalian
berlari meninggalkan surga menuju neraka dan Kemurkaan yang Maha Kuasa?!.”
Kaum Zubaid berjumlah sekitar 500 orang berkuda, yang
lain berjalan kaki, tidak jadi berlari, karena nasehat pimpinan mereka.
Lalu kembali lagi untuk mengerumuni pimpinan dan menyerang pasukan Romawi
dengan serangan paling ganas.
Kaum Chimyar, Chadhramaut, Khaulan, dan yang lain, berdatangan membantu menyerang.
Pasukan Romawi tersapu ke belakang dan tewas. Apalagi
ketika kaum Daus di bawah pimpinan Abu Hurairah berdatangan untuk menyerang.
Abu Hurairah RA pembawa panji yang menggerakkan pasukannya, “Hai
semuanya! Berperang ini upaya agar kita bisa memeluk para bidadari bermata
indah, di sisi Tuhan seluruh alam! Tidak ada tempat yang lebih menyenangkan
Allah untuk kita, daripada medan perang ini! Ketahuilah bahwa kaum
yang tabah, lebih diutamakan oleh Allah, mengalahkan lainnya, yang tidak
berjihad dan tidak tabah!” agar menyerang.
Ucapan Abu Hurairah sangat berpengaruh pada kaum Daus. Mereka
mengerumuni Abu Hurairah RA untuk bersama-sama melancarkan
serangan terganas atas lawan.
Peperangan berkecamuk dengan sengit.
Titik serbu yang diutamakan oleh pasukan Romawi, bagian sayap
kanan.
Pasukan sayap kanan mundur bersama kuda mereka, karena serangan terlalu ganas dan bertubi-tubi. Para wanita Muslimaat berteriak,
“Hai para wanita Arab! Ayo kita turun untuk memberi semangat pasukan! Agar mereka
kembali lagi menghadapi lawan!.”
Ufairah bintu Ghoffar berpakaian menyerupai pria, karena akan berperang. Dia berteriak, “Hai wanita Arab! Ayo kita beri semangat pasukan
kita! Angkatlah anak-anak kalian! Untuk menyuruh pasukan kita bertempur dan
berjihad!.”
Sejumlah wanita melemparkan batu pada pasukan Muslimiin yang
lari ke belakang. Anak perempuan Ash bin Munabbih berteriak, “Allah akan
menghina lelaki yang tidak berjuang membela istri!.”
Beberapa wanita berkata, “Kalian bukan
suami kami yang hebat! Jika tidak melindungi kami dari serangan kaum kafir
ini!” pada para suami yang lari.
Khaulah bintil-Azwar, Khaulah bintu Tsalabah, Kaub ibnatu Malik
(كعوب ابنة مالك), Salma bintu Hasyim, Nakm bintu Fayadh (ونعم ابنة فياض), Hind bintu Utbah, dan Lubna bintu Jarir, menggerakkan para wanita
Muslimaat, agar ikut berjihad.
Pengaruh syair yang dilantunkan, luar biasa.
Pasukan Muslimiin yang telah berlari, berbalik maju lagi untuk
menyerang. Bahkan serangan mereka ganas sekali hingga pasukan Romawi kocar-kacir dan
berjatuhan.
Hind bintu Utbah muncul membawa tongkat, diikuti para
wanita Muhajiraat. Dengan semangat, dia membaca syair pemacu semangat
jihad:
Kami anak-anak perempuan Thariq
Berjalan membawa namariq [3]
Bagai burung Qutha yang aduhai
Barangsiapa enggan berpisah dengan kami
Taklukkan musuh untuk kami
Jika kalian berlari kalah
Sebaiknya kita berpisah
Lelaki perkasa adalah
Pelindung para Muslimah
[1] Said bin Zaid RA, sahabat nabi SAW yang menganggap ‘dosa sangat
besar’ pada Pembunuhan Utsman bin Affan RA, ketika Islam telah berjaya. Bukhari meriwayatkan tentang itu: صحيح البخاري - (ج 12 / ص 246)
3578 - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ
بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنَا قَيْسٌ
قَالَ سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ زَيْدٍ يَقُولُ لِلْقَوْمِ لَوْ رَأَيْتُنِي مُوثِقِي
عُمَرُ عَلَى الْإِسْلَامِ أَنَا وَأُخْتُهُ وَمَا أَسْلَمَ وَلَوْ أَنَّ أُحُدًا
انْقَضَّ لِمَا صَنَعْتُمْ بِعُثْمَانَ لَكَانَ مَحْقُوقًا أَنْ يَنْقَضَّ.
Arti (selain
isnad)nya:
Qais berkata, “Saya
pernah mendengar Said bin Zaid berkata pada kaum ‘kalau saya melihat saat saya diikat
oleh Umar, (karena) saya dan sudara perempuannya (beragama Islam). Saat itu
Umar belum Islam. Kalau gunung Uhud telah diqadar remuk-redam karena perlakuan
kalian (yang kejam) atas Utsman, niscaya saat itu benar-benar remuk-redam.
ثم
رمق إلى السماء بطرفه وقال: اللهم إياك نعبد وإياك نستعين ولك نوحد ولا نشرك بك
شيئاً وأن هؤلاء أعداؤك يكفرون بك وبآياتك ويتخذون لك ولداً: اللهم زلزل أقدامهم
وارجف قلوبهم وأنزل علينا السكينة وألزمنا كلمة التقوى وآمنا عذابك يا من لا تخلف
الميعاد، اللهم انصرنا عليهم يا من قال في كتابة العزيز: " واعتصموا بالله هو
مولاكم فنعم المولى ونعم النصير.
0 komentar:
Posting Komentar