SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

2015/05/02

PS 117: Pembebasan Syam







Di Sabtu pagi yang indah, Umar mengimami shalat subuh. Mereka dikejutkan oleh derap kaki kawanan kuda membawa kaum berjumlah banyak. Mereka berdatangan terus, tak henti-henti. Setelah dicek ternyata mereka jamaah dari kota Shadwan, Sabak, dan Hadhramaut wilayah Yaman. Mereka berjumlah 6.000 orang, mendengar berita bahwa pasukan Muslimiin di Yarmuk terancam. Sehingga datang ke Madinah, untuk minta idzin bergabung pada pasukan Muslimiin di sana.

Suara mereka yang dipimpin oleh Jabir bin Khaul Ar-Rabi (جابر بن خول الربعي), riuh menggemuruh, bagai hujan lebat mengguyur bumi.
Jabir dan tokoh lainnya menghadap, mengucapkan salam pada Umar sebagai Amiral Mukminiin RA. Umar perintah agar para tamu dijamu dan diberi tempat yang layak.

Bila sore telah pergi dan malam telah datang, 1.000 pasukan Muslimiin dari kota Makkah, Thaif, Nakhla, dan Tsaqif, mengalir menuju Madinah, di bawah pimpinan Said bin Amir (سعيد بن عامر).
Said dan sejumlah tokoh menghadap, menyampaikan salam pada Umar. Lalu menempatkan pasukannya, di sisi pasukan Yaman.
Di hari Ahad yang riuh itu, Umar RA mempersiapkan perbekalan 7.000 pasukan Muslimiin. Di depan hadirin, Umar memasang panji pada tongkat, untuk diserahkan pada Said bin Amir, sebagai pimpimpinan yang membawahi mereka semua.

Ribuan orang telah bergerak, mengikuti Said. Tetapi Umar berteriak, “Tunggu! Saya akan menyampaikan pesan!.”
Umar didampingi oleh tokoh-tokoh besar: Utsman bin Affan, Abbas, Ali bin Abi Thalib, dan Abdur Rohman RA. Dia berjalan mendekat untuk berkata, “Hai Said! Saya menunjuk agar kau memimpin mereka semuanya. Namun begitu, kau bukan orang yang paling baik di antara mereka, kecuali jika kau bertaqwa. Pesanku padamu:
1.     Sayangilah mereka semuanya semampumu.
2.     Yang melakukan kesalahan jangan kau hina.
3.     Yang lemah jangan kau remehkan.
4.     Jangan mengutamakan yang kuat.
5.     Jangan menuruti hawa nafsu.
6.     Hindarilah jalan yang sulit.
7.     Jangan mengistirahatkan mereka di tengah jalan raya.
8.     Allah Pengganti saya mengawasi kau dalam memimpin.”
Ali RA juga menyampaikan pesan, “Ingat-ingatlah pesan Amiiral Mukminiinpimpinanmu yang karena hebatnya; nabi pernah bersabda:
Taatilah dia! Niscaya kalian mendapat petunjuk dan kebenaran!
Silahkan berangkat! Jika kalian bertemu lawan yang sulit dikalahkan! Suratilah Umar sebagai Amiral Mukminiin! Jika saya telah diperintah ke sana! Gunung Syam akan saya angkat untuk menimbun mereka dan kaum Musyrikiinin syaa Allah.”   [1]

Mereka senang mendapat pengarahan Umar dan Ali RA. Dan terkesima oleh syair pemacu semangat yang dilantunkan oleh Said bin Amir:
Kami akan berjalan membawa pasukan agung
Berjalan dan berkuda menuju Abu Ubaidah sahabat nabi agung
Menolong dia dan Agama Allah Taala
Menaklukkan kaum Kafir laknat hina
Penyembah Salib Penetang Allah Taala

Said yang sudah terbiasa pergi ke Syam, setahun dua kali itu, mengajak agar pasukan berjalan cepat. Dia sengaja melewati Jalan Bushra yang sangat panjang.

Dia tersesat hingga kebingungan mencari jalan yang nyaman untuk pasukannya. Sebisa mungkin dia mencari jalan datar, agar nyaman dilalui oleh arak-arakan pasukannya yang panjang sekali.
Semakin lama dia semakin yakin bahwa dirinya tersesat jalan, sehingga berhenti dengan kebingungan. Sejumlah Muslimiin berdatangan untuk bertanya, “Lalu kita akan ke mana?.”

Selama dua hari bingung, namun Said berjalan terus, ke arah Bushra. Orang-orang yang bertanya dijawab, “Tenang! Kita akan sampai ke sana.”
Di hari kesepuluh, Said menyaksikan gunung tinggi dari kejauhan. Dia mengingat-ingat gunung apakah itu? Namun tidak terjawab. Hatinya berkata, “Jangan-jangan saya telah menyengsarakan pasukan.”

Setelah mengamati gunung yang menjulang makin dekat, hati Said berkata, “Betulkan ini gunung Balbek (Balabak/بعلبك)?.”
Gunung yang siangnya tampak dari jauh itu, sorenya telah mulai didaki, melalui jalan paling nyaman. Arak-arakan itu menyusuri jalan yang di sisinya jurang luas. Di tengah jurang ada pohon sangat besar dan tinggi sekali. Setelah mengamati, Said ingat: ternyata pohon itu yang pernah dilihat dari jauh jika sedang lewat.
Said berkata, “Berbahagialah! Kita akan segera sampai kota Syam.”
Said dan pasukannya menuruni jurang yang medannya sangat sulit. Kebanyakan pasukan yang dibawa, berjalan kaki. Kuda-kuda dan unta-unta hanya dipergunakan membawa perbekalan. Ada beberapa orang yang mengusung perbekalan bergantian.









[1] Mungkin Ali RA yakin bahwa dirinya mampu membawa gunung (maksudnya batu-gunung yang besar) karena pernah mendapat doa nabi SAW yang luar biasa. Pintu gerbang kastil Khaibar yang takkan terbawa oleh 40 lelaki perkasa, diangkat dengan satu tangan dengan sangat ringan, dan di ayun-ayun hingga perang usai. Ketika pintu gerbang dilemparkan dan berdebam, orang-orang terkejut dan terheran-heran oleh kekuatan Ali RA yang luar biasa, berkat doa nabi SAW untuknya.  


Mulungan Sleman Yogyakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi

0 komentar:

Posting Komentar