Di hari yang indah itu, Rasulillah SAW terperanjat oleh Wahyu
yang disampaikan oleh Jibril AS:
إِذَا جَاءَ نَصْرُ
اللَّهِ وَالْفَتْحُ وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ
أَفْوَاجًا فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
[النصر/1-3].
Artinya:
Ketika Pertolongan Allah dan Kemenangan telah datang. Dan kau telah melihat manusia masuk ke
dalam Agama-Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah untuk memuji
Tuhanmu!
Dan istighfarlah!
Sungguh Dia Maha memberi tobat.
Rasulullah bertanya, “Berarti sebentar lagi saya akan wafat?.”
Jibril menjawab, “Namun akhirat niscaya lebih baik untukmu, daripada dunia (وَلَلْآَخِرَةُ
خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَى).”
Rasulullah perintah pada Bilal, “Kumpulkan orang-orang, agar sholat berjamaah!.”
Tak lama kemudian, para sahabat Rasulillah SAW datang ke Masjid,
untuk mengikuti sholat berjamaah.
Setelah sholat selesai, Rasulillah berdiri untuk menyampaikan khutbah yang
membuat semua hadirin lebih dari terperangah. Bahkan semua hadirin menangis
karena perasaan mereka kacau. Mereka tak sanggup ditinggalkan untuk selamanya,
menghadap yang Maha Kuasa, oleh Rasulullah SAW.
Sabda nabi SAW mengejutkan
mereka, “Bagaimana saya di kalangan kalian, selama ini menurut
kalian?.”
Jawaban mereka ricuh bersau-sautan. Intinya mereka berkata,
“Semoga Allah membalas kebaikan pada nabi SAW yang telah berjasa pada kami.
Sungguh Baginda telah menyayang kami seperti seorang ayah menyayang putranya.
Terkadang seperti kakak penyayang yang melindungi adiknya. Baginda telah
menyampaikan Amanat-Amanat dan Wahyu Tuhan pada kami. Juga telah mengajak
menuju Jalan Tuhan Baginda, dengan hikmat dan nasehat memikat. Semoga Allah
memberi balasan paling utama pada nabi SAW yang telah berjasa besar pada
umatnya.”
Hadirin terperanjat oleh sabda nabi SAW, “Muslimiin semuanya!
Demi Allah, dan bertumpu pada hak saya atas kalian. Siapapun kalian yang pernah
teraniaya oleh saya, saya minta agar mengqisos saya.
Mumpung hukum Qisos belum ditegakkan di Hari Kiamat!.”
Karena sabda tersebut
diulang-ulang, Ukasyah bin Michshon berdiri untuk berjalan dan menyeberangi
hadirin yang duduk di depannya.
Di depan nabi SAW dia berkata, “Fidaka
Abi waummi (فِدَاكَ أَبِي وَأُمِّي /
Tebusan Baginda ayah dan ibu saya).[1] Kalau
Baginda tadi minta kami tidak hanya sekali atau dua kali, niscaya saya tidak
datang ke hadirat Baginda. Saya pernah berperang bersama Baginda. Ketika kita telah menang,
dan telah berpaling untuk pulang, unta saya berjalan sejajar dengan unta Baginda. Sontak saya
turun dari unta untuk mendekat, untuk mencium paha Baginda.
Sontak Baginda mengangkat sebilah pelepah kurma, untuk memukul
lempeng saya.
Saya tidak tahu apakah saat itu Baginda sengaja memukul saya,
ataukah sebetulnya bertujuan memukul unta Baginda?.”
Rasulullah SAW bersabda, “Ya Ukasyah! Saya memperlindungkan
dirimu pada Kehalalan Allah, dari kesengajaan Rasulilah SAW 'memukul' kau. Hai
Bilal! Pergilah ke rumah Fathimah! Untuk mengambil sebilah pelepah kurma! Bawa kemari!.”
Fathimah RA bertanya, “Sebilah pelepah kurma ini akan
dipergunakan oleh ayah untuk apa? Padahal ini bukan hari haji dan bukan hari
perang?.”
Bilal menjawab, “Ya Fathimah! Betapa kau lupa pada akhlaq ayah
kau yang sangat agung? Sungguh Rasulullah SAW sedang berpamitan pada para
sahabatnya, akan segera mininggalkan dunia. Beliau minta agar dirinya diqisos.”
Fathimah RA terkejut dan bertanya, “Ya Bilal! Siapa yang tega
mengqisos Rasulillah SAW? Bilal! Kalau begitu katakan
pada Chasan (الْحَسَنُ) dan Chusain (الْحُسَيْن)! Agar menghadapi lelaki yang akan mengqisos Rasulillah SAW! Lelaki itu agar mengqisos mereka
berdua saja! Chasan dan Chusain jangan membiarkan lelaki itu mengqisos Rasulillah
SAW!.”
Bilal RA masuk Masjid, untuk menyerahkan sebilah pelepah kurma
pada Rasulillah SAW.
Rasulillah SAW menyerahkan pelepah kurma pada Ukasyah RA.
Abu Bakr dan Umar RA terperangah, lalu cepat-cepat berdiri dan
berkata, “Hai Ukasyah! Kami berdua telah berdiri di depanmu! Qisoslah
kami berdua! Jangan mengqisos Rasulallah SAW!.”
Rasulullah SAW bersabda, “Hai Aba Bakr dan Umar! Menyingkirlah!
Allah telah tahu kedudukan dan pangkat kalian berdua!.”
Ali bin Abi Thalib RA (عَلِيُّ بْنُ أَبِي
طَالِبٍ) berdiri untuk
berkata, “Hai Ukasyah! Saya masih hidup di hadirat Rasulillah SAW! Saya takkan
rela jika kau memukul Rasulillah SAW! Qisoslah pungung dan perutku
dengan tanganmu! Pukullah seratus kali! Rasulullah SAW jangan kau qisos!.”
Nabi SAW perintah, “Hai Ali! Duduk! Allah azza wajalla telah
tahu kedudukan dan niat baikmu!.”
Chasan dan Chusain berdiri untuk berkata, “Hai Ukasyah! Bukankah
kau telah tahu bahwa kami berdua cucu Rasulillah SAW? Kau mengqisos kami
hukumnya sama dengan mengqisos Rasulillah?.”
Nabi SAW perintah, “Berdirilah hai hiburan mataku! Allah takkan
lupa pada peristiwa ini!” Lalu bersabda, “Hai Ukasyah! Pukullah saya sekarang
juga, jika kau ingin memukul!.”
Ucapan Ukasyah, “Ya Rasulallah, dulu Baginda
memukul perut, ketika saya telanjang dada" mengejutkan hadirin.
Hadirin makin terkejut, saat menyaksikan Rasulallah SAW
menyingkapkan busana, agar perutnya tampak, agar diqisos. Tangisan mereka meledak,
“Betulkan Ukasyah ini berani memukul Rasulillah SAW di depan mata kami?!.”
Ukasyah terkesima ketika menyaksikan kulit perut Rasulillah SAW halus mulus
seperti kain Qabathi (الْقَبَاطِيّ). Dia tak mampu
menahan gerak refleknya yang cepat, memeluk dan mencium perut Rasulillah SAW.
Dan berkata, “Fidaka abi waummi (فداك أبى وأمى/Tebusan Baginda ayah
dan ibu saya). Siapa yang tega mengqisos Baginda?.”
Nabi SAW bersabda, “Kau ini akan mengqisos, apa akan
memaafkan saya?!.”
Ukasyah menjawab, “Saya telah memaafkan Baginda, dengan berharap
Allah mengampuni saya di hari Kiamat nanti.”
Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa ingin menyaksikan orang yang
sekelas saya di surga nanti! Lihatlah orang tua ini!.”
Sontak hadirin berdiri untuk berebut
mencium pertengahan dua mata Ukasyah bin Michson (عُكَّاشَةُ
بْنُ مِحْصَنٍ). Dan berkata, “Kau yang lebih beruntung di sini! Kaulah yang lebih beruntung di sini! Meraih Derajat Surga yang tinggi, sekelas Rasulillah SAW.”
HR Al-Maudhuat (الموضوعات
- (ج 1 / ص 297). Thabarani juga meriwayatkan Hadits ini di dalam Al-Kabir.