Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2012/08/23

Umar RA Galakkan Bahasa Arab




Penulis tidak tahu judul yang lebih pas: Membumikan Bahasa Arab? Atau Galakkan Bahasa Arab. Maksud dari tulisan ini sederhana; Islam berjaya bertepatan ketika bahasa Arab membumbung; dan roboh dari kejayaan ketika bahasa Arab diabaikan.

K Iskandar dan KH Mudzakkir pernah berkata, “Dengan bahasa Arab, maka kita akan lebih mudah memahami Al-Qur’an dan Assunnah.” 
Bahkan pada Ustadz Abdul-Mannan MurisanKH Nurhasan pernah berkata, “Mencari ikan dengan alat, lebih mudah daripada tanpa alat. Mengaji bagi yang menguasai bahasa Arab juga akan lebih mudah paham, daripada yang tidak tahu bahasa Arab.”
Ketika merobohkan Kekholifahan Islam yang terakhir di Turki, kaum Salibis memaksa bangsa Turki agar adzan dengan bahasa Turki. Agar bangsa Turki meninggalkan hingga akhirnya bodoh dari bahasa Arab.
Setidaknya tulisan ini akan mengilhami pada kaum Muslimiin bahwa bahasa Arab pemersatu umat Islam ini barokahnya luar biasa. Di dalam kamus bahasa Arab bernama Lisanul-Arab, dijelaskan: لسان العرب - (ج 1 / ص 154)
وكَتَب عمرُ بنُ الخطاب إِلى أَبي موسى خُذِ الناسَ بالعَرَبيَّةِ فإِنه يَزيدُ في العَقْل ويُثْبِتُ المروءة وقيل للأَحْنَفِ ما المُرُوءة ؟ فقال العِفَّةُ والحِرْفةُ وسئل آخَرُ عن المُروءة فقال المُرُوءة أَن لا تفعل في السِّرِّ أَمراً وأَنت تَسْتَحْيِي أَن تَفْعَلَه جَهْراً.
Artinya:
Pada Abi Musa RA, Umar bin Al-Khatthab menulis surat, “Galakkan bahasa Arab pada manusia! Karena bahasa ini menambah akal (kecerdasan)! Dan meneguhkan Al-Muruah!.[1]
Ditanyakan pada Al-Achnaf, “Apakah Al-Muruah?.
Dia menjawab, “Terjaga dan perwira."
Jawab Alim selain beliau ketika ditanya (dengan pertanyaan yang sama), "Kalau kamu malu melakukan perkara dengan terang-terangan; kamu pun juga tidak melakukan di waktu rahasia!.”


[1] Wa di awal lafal ‘wakataba (وكَتَب)’ tidak diartikan, karena ibtidaiyah atau istiknaf. Khudz (خُذ) diartikan galakkan, karena melihat kontek yang ada. Perbandingannya seperti:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ [الأعراف/199]
Artinya: Galakkan pemaafan! Perintahkan kebajikan! Dan berpalinglah dari orang-orang bodoh!


2012/08/22

Bedah Kitab Kuning





Sebagian dari kitab kuning ada yang bernama Addurrul-Mantsur (الدر المنثور) yang artinya mutiara ditaburkan. Kitab tafsir ini ditulis oleh Jalaluddiin Assayuthi. Beliau menulis tafsir Ayat 87 Surat Al-Baqarah, dan urutan Nabi-Nabi setelah Musa AS:

وَلَقَدْ آَتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِنْ بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ وَآَتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ.

Artinya:
Dan niscaya sungguh Kami telah memberi Kitab pada Musa AS, dan telah meneruskan dengan Rasul-Rasul mulai dari setelahnya AS. Kami juga telah memberi Keterangan-Keterangan pada Isa bin Maryam, dan telah memperkuat dia dengan Ruh Qudus AS. Masyak setiap Rasul datang dengan membawa yang diri kalian tidak cocok; kalian takabur? Sebagian kalian dustakan; sebagian kalian bunuh?.

الدر المنثور - (ج 1 / ص 158)
أخرج ابن عساكر من طريق جويبر عن الضحاك عن ابن عباس في قوله { ولقد آتينا موسى الكتاب } يعني التوراة جملة واحدة مفصلة محكمة { وقفينا من بعده بالرسل } يعني رسولاً يدعى اشمويل بن بابل ، ورسولاً يدعي مشتانيل ، ورسولاً يدعى شعيا بن أمصيا ، ورسولاً يدعى حزقيل ، ورسولاً يدعى أرميا بن حلقيا وهو الخضر ، ورسولاً يدعى داود بن أيشا وهو أبو سليمان ، ورسولاً يدعى المسيح عيسى ابن مريم ، فهؤلاء الرسل ابتعثهم الله وانتخبهم للأمة بعد موسى بن عمران ، وأخذ عليهم ميثاقاً غليظاً أن يؤدوا إلى أممهم صفة محمد صلى الله عليه وسلم وصفة أمته

Artinya:
Ibnu Asakir mengeluarkan Riwayat dari jalur Juwaibir dari Addhahhak dari Ibnu Abbas RA. Mengenai Firman Allah, “وَلَقَدْ آَتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ,” yang artinya: Dan niscaya sungguh Kami telah memberi Kitab pada Musa AS. Yakni seluruh kitab Taurat langsung, dirinci pasal-pasal dan hukum-hukumnya. 
وَقَفَّيْنَا مِنْ بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ’ artinya: Dan Kami meneruskan dengan Rasul-Rasul mulai dari setelahnya. Yakni Rasul yang disebut:

1.     Nabi Isymawil bin Babil AS.
2.     Nabi Masytanil AS.
3.     Nabi Syakya bin Amshiya AS.
4.     Nabi Chizqil AS.
5.     Nabi Armiya bin Chalqiya yang dikenal dengan nama lain Nabi Khadhir AS. [1] 


Rasul-Rasul ini diutus dan dipilih oleh Allah, untuk umat manusia setelah Nabi Musa bin Imran AS. Allah telah menyumpah dengan tegas atas mereka, agar mereka menyampaikan pada umat-umat mereka ‘mengenai sifat Muhammad dan umatnya SAW.

Dunia akan Hancur


Lafal ‘dunia’ berasal dari ‘dunya (الدُّنْيَا)’, bahasa Arab yang artinya lebih pendek atau lebih cepat. Lawan katanya ‘akhirat (الْآَخِرَةِ)’ yang artinya hari akhir yang sangat panjang.
Semua yang berada di dunia, berumur pendek. Karena dunianya sendiri juga berumur pendek. Intan yang diyakini oleh manusia ‘abadi’ sebetulnya tidak abadi. Karena jika telah kiamat, akan hancur menjadi debu atau lebih kecil lagi. Allah menjelaskan di dalam Al-Qur’an:
إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا [الواقعة/4-6].
Artinya:
Ketika bumi digoncangkan dan gunung-gunung dihancurkan; maka menjadi debu yang berterbangan.[1]
وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا [الكهف/8].
Artinya:
Dan sungguh yang di atas bumi niscaya akan Kami jadikan debu yang tandus.[2]

Kesimpulan: Jika di hari kiamat nanti, intan yang sangat kuat saja akan hancur, apalagi benda-benda selain itu.


[1] Haba (هَبَاءً) lebih kecil daripada debu. Benda-benda ini akan tampak pada ruangan gelap yang dari atasnya ditembus oleh sinar matahari. Melayang-layang di dalam sinar karena terbawa oleh udara.
[2] Lajaailuuna (لَجَاعِلُونَ) diartikan ‘niscaya akan Kami jadikan’ karena isim fail ini bimakna mudhorik.

2012/08/21

Ledakan Tangisan Para Sahabat




Di hari yang indah itu, Rasulillah SAW terperanjat oleh Wahyu yang disampaikan oleh Jibril AS:
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا [النصر/1-3].
Artinya:
Ketika Pertolongan Allah dan Kemenangan telah datang. Dan kau telah melihat manusia masuk ke dalam Agama-Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah untuk memuji Tuhanmu! Dan istighfarlah! Sungguh Dia Maha memberi tobat.
Rasulullah bertanya, “Berarti sebentar lagi saya akan wafat?.”
Jibril menjawab, “Namun akhirat niscaya lebih baik untukmu, daripada dunia (وَلَلْآَخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَى).”
Rasulullah perintah pada Bilal, “Kumpulkan orang-orang, agar sholat berjamaah!.”
Bilal berteriak, “Assholatu jamiah (الصَّلَاةُ جَامِعَةٌ)!.”

Tak lama kemudian, para sahabat Rasulillah SAW datang ke Masjid, untuk mengikuti sholat berjamaah.

Setelah sholat selesai, Rasulillah berdiri untuk menyampaikan khutbah yang membuat semua hadirin lebih dari terperangah. Bahkan semua hadirin menangis karena perasaan mereka kacau. Mereka tak sanggup ditinggalkan untuk selamanya, menghadap yang Maha Kuasa, oleh Rasulullah SAW.

Sabda nabi SAW mengejutkan mereka, “Bagaimana saya di kalangan kalian, selama ini menurut kalian?.”
Jawaban mereka ricuh bersau-sautan. Intinya mereka berkata, “Semoga Allah membalas kebaikan pada nabi SAW yang telah berjasa pada kami. Sungguh Baginda telah menyayang kami seperti seorang ayah menyayang putranya. Terkadang seperti kakak penyayang yang melindungi adiknya. Baginda telah menyampaikan Amanat-Amanat dan Wahyu Tuhan pada kami. Juga telah mengajak menuju Jalan Tuhan Baginda, dengan hikmat dan nasehat memikat. Semoga Allah memberi balasan paling utama pada nabi SAW yang telah berjasa besar pada umatnya.” 

Hadirin terperanjat oleh sabda nabi SAW, “Muslimiin semuanya! Demi Allah, dan bertumpu pada hak saya atas kalian. Siapapun kalian yang pernah teraniaya oleh saya, saya minta agar mengqisos saya. Mumpung hukum Qisos  belum ditegakkan di Hari Kiamat!.”

Karena sabda tersebut diulang-ulang, Ukasyah bin Michshon berdiri untuk berjalan dan menyeberangi hadirin yang duduk di depannya.
Di depan nabi SAW dia berkata, “Fidaka Abi waummi (فِدَاكَ أَبِي وَأُمِّي / Tebusan Baginda ayah dan ibu saya).[1] Kalau Baginda tadi minta kami tidak hanya sekali atau dua kali, niscaya saya tidak datang ke hadirat Baginda. Saya pernah berperang bersama Baginda. Ketika kita telah menang, dan telah berpaling untuk pulang, unta saya berjalan sejajar dengan unta Baginda. Sontak saya turun dari unta untuk mendekat, untuk mencium paha Baginda.
Sontak Baginda mengangkat sebilah pelepah kurma, untuk memukul lempeng saya.
Saya tidak tahu apakah saat itu Baginda sengaja memukul saya, ataukah sebetulnya bertujuan memukul unta Baginda?.”
Rasulullah SAW bersabda, “Ya Ukasyah! Saya memperlindungkan dirimu pada Kehalalan Allah, dari kesengajaan Rasulilah SAW 'memukul' kau. Hai Bilal! Pergilah ke rumah Fathimah! Untuk mengambil sebilah pelepah kurma! Bawa kemari!.”

Fathimah RA bertanya, “Sebilah pelepah kurma ini akan dipergunakan oleh ayah untuk apa? Padahal ini bukan hari haji dan bukan hari perang?.”
Bilal menjawab, “Ya Fathimah! Betapa kau lupa pada akhlaq ayah kau yang sangat agung? Sungguh Rasulullah SAW sedang berpamitan pada para sahabatnya, akan segera mininggalkan dunia. Beliau minta agar dirinya diqisos.”
Fathimah RA terkejut dan bertanya, “Ya Bilal! Siapa yang tega mengqisos Rasulillah SAW? Bilal! Kalau begitu katakan pada Chasan (الْحَسَنُ) dan Chusain (الْحُسَيْن)! Agar menghadapi lelaki yang akan mengqisos  Rasulillah SAW! Lelaki itu agar mengqisos mereka berdua saja! Chasan dan Chusain jangan membiarkan lelaki itu mengqisos Rasulillah SAW!.”

Bilal RA masuk Masjid, untuk menyerahkan sebilah pelepah kurma pada Rasulillah SAW.
Rasulillah SAW menyerahkan pelepah kurma pada Ukasyah RA.
Abu Bakr dan Umar RA terperangah, lalu cepat-cepat berdiri dan berkata, “Hai Ukasyah! Kami berdua telah berdiri di depanmu! Qisoslah kami berdua! Jangan mengqisos Rasulallah SAW!.”
Rasulullah SAW bersabda, “Hai Aba Bakr dan Umar! Menyingkirlah! Allah telah tahu kedudukan dan pangkat kalian berdua!.”

Ali bin Abi Thalib RA (عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ) berdiri untuk berkata, “Hai Ukasyah! Saya masih hidup di hadirat Rasulillah SAW! Saya takkan rela jika kau memukul Rasulillah SAW! Qisoslah pungung dan perutku dengan tanganmu! Pukullah seratus kali! Rasulullah SAW jangan kau qisos!.”
Nabi SAW perintah, “Hai Ali! Duduk! Allah azza wajalla telah tahu kedudukan dan niat baikmu!.” 

Chasan dan Chusain berdiri untuk berkata, “Hai Ukasyah! Bukankah kau telah tahu bahwa kami berdua cucu Rasulillah SAW? Kau mengqisos kami hukumnya sama dengan mengqisos Rasulillah?.”
Nabi SAW perintah, “Berdirilah hai hiburan mataku! Allah takkan lupa pada peristiwa ini!” Lalu bersabda, “Hai Ukasyah! Pukullah saya sekarang juga, jika kau ingin memukul!.”
Ucapan Ukasyah, “Ya Rasulallah, dulu Baginda memukul perut, ketika saya telanjang dada" mengejutkan hadirin.
Hadirin makin terkejut, saat menyaksikan Rasulallah SAW menyingkapkan busana, agar perutnya tampak, agar diqisos. Tangisan mereka meledak, “Betulkan Ukasyah ini berani memukul Rasulillah SAW di depan mata kami?!.”

Ukasyah terkesima ketika menyaksikan kulit perut Rasulillah SAW halus mulus seperti kain Qabathi (الْقَبَاطِيّ). Dia tak mampu menahan gerak refleknya yang cepat, memeluk dan mencium perut Rasulillah SAW. Dan berkata, “Fidaka abi waummi (فداك أبى وأمى/Tebusan Baginda ayah dan ibu saya). Siapa yang tega mengqisos Baginda?.”

Nabi SAW bersabda, “Kau ini akan mengqisos, apa akan memaafkan saya?!.”
Ukasyah menjawab, “Saya telah memaafkan Baginda, dengan berharap Allah mengampuni saya di hari Kiamat nanti.”
Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa ingin menyaksikan orang yang sekelas saya di surga nanti! Lihatlah orang tua ini!.”

Sontak hadirin berdiri untuk berebut mencium pertengahan dua mata Ukasyah bin Michson (عُكَّاشَةُ بْنُ مِحْصَنٍ). Dan berkata, “Kau yang lebih beruntung di sini! Kaulah yang lebih beruntung di sini! Meraih Derajat Surga yang tinggi, sekelas Rasulillah SAW.”


HR Al-Maudhuat (الموضوعات - (ج 1 / ص 297). Thabarani juga meriwayatkan Hadits ini di dalam Al-Kabir.

[1] Kalimat penghormatan.

2012/08/16

KW 17: Diserang dan Dirampok


(Bagian ke-17 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Khalid dan pasukannya menempati sebelah depan dari seluruh pasukan yang ditata menjadi lima titik itu. Abu Ubaidah di bagian belakang bersama 1.000 pasukan, menjaga harta rampasan dan wanita, serta anak-anak. Ada pasukan Abu Ubaidah yang terkejut ketika melihat debu beterbangan di kejauhan. “Apa gerangan yang tampak dari jauh itu?,” tanya Abu Ubaidah padanya.
“Sepertinya debu yang beterbangan itu dari kaum berjumlah banyak sekali,” jawabnya.
“Penduduk Syam ingin sekali menghalau kita. Dan pasukan berkuda itu berlari menuju kemari,” kata Abu Ubaidah. 
Semakin lama arak-arakan pasukan berkuda yang panjang sekali itu semakin tampak jelas membanjir. Pada saat Abu Ubaidah omong-omong; pasukan berkuda yang datang makin mendekat. Yang berada di depan pasukan itu Paulus, didampingi sejumlah pasukan berkuda pilihan. Saudara laki-laki Paulus bernama Petrus (بطرس) bergerak cepat untuk menjarah harta dan para harem (الحريم) Muslimiin.[1] Petrus berhasil menjarah harta karena kaum Muslimiin sibuk melawan serangan gerombolan yang dibawa Paulus. Petrus menggondol hasil rampokannya menuju arah Damaskus. Setelah dia lari jauh, berhenti untuk mengamati apa yang terjadi pada saudarnya.

Begitu Petrus berhasil merampok harta Muslimiin; Abu Ubaidah berkata, “Demi Allah kali ini kebenaran telah menyertai Khalid: dia telah berkata ‘biarkan saya di saqah (bagian belakang), namun saat itu saya tidak memperbolehkan’.”
Kali ini Paulus benar-benar telah mendekati Abu Ubaidah. Paulus dinaungi panji, beberapa bendera dan beberapa salib, oleh orang-orang dekatnya.
Sejumlah wanita Muslimat berteriak; sejumlah anak-anak menangis, karena takut serangan pasukan Paulus yang ganas; 1.000 pasukan Muslimiin bertempur melawan perampok berjumlah sekitar 6.000 orang. Di belakang kawanan perampok itu; 10.000 pasukan kafir, masih dalam perjalanan.

Paulus telah membabatkan senjatanya pada Abu Ubaidah yang telah siaga untuk menangkis. Abu Ubaidah kualahan melayani serangan Paulus; pasukan Muslimiin yang lain sibuk melawan perampok banyak sekali yang kesetanan. 
Bebu-debu beterbangan keudara tinggi dan pedang-pedang berdenting karena tertangkis pedang atau perisai. Daerah Sahura (سحورا) menjadi ramai dan riuh.  

Al-Waqidi sejarawan Islam terkenal menulis pengakuan Suhail bin Shobach (سهيل بن صباح) yang mengikuti peperangan itu: “Ketika itu saya mengendarai kuda berkaki putih yang pernah saya kendarai di waktu Perang Yamamah. Saya segera mempersiapkan senjata dan kuda itu untuk menghadap Khalid. Kuda kupacu secepat-cepatnya hingga mendekat Khalid. Saya berkata dengan keras pada Khalid ‘pimpinan kami! Lindungilah Abu Ubaidah dan para harem. Mereka telah dirampok orang-orang Damaskus berjumlah banyak sekali. Bahkan sejumlah wanita dan anak-anak telah disandra. Kami yang di belakang tak mampu mengimbangi keganasan mereka’. Khalid berkata ‘innaa llillaahi wa innaa ilaiHi rooji’uun.[2] Tadinya saya sudah berkata ‘biarkan saya berada di barisan belakang, tapi dia tidak menyetujui. Ini upaya Allah agar kodar-Nya terwujud’.”
Khalid perintah Abu Rafi’ agar memimpin 1.000 pasukan berkuda untuk menempati posisi depan. Lalu perintah Abdur Rahman agar memimpin 2.000 pasukan berkuda.[3]
“Serang para perampok itu!" Perintah Khalid pada Abdur Rohman.
Abdur Rohman bergerak cepat membawa pasukannya untuk menyerang perampok yang mengacau di barisan belakang.
Khalid menata barisan lainnya untuk dibawa menyusul Abdur Rohman yang telah membawa lari pasukan kebarisan belakang. 

[1] Harem (الحريم): Tawanan perang wanita.
[2] إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ.
[3] عبد الرحمن بن أبي بكر الصديق