Lafal
‘dunia’ berasal dari ‘dunya (الدُّنْيَا)’, bahasa Arab
yang artinya lebih pendek atau lebih cepat. Lawan katanya ‘akhirat (الْآَخِرَةِ)’ yang artinya hari akhir yang sangat panjang.
Semua
yang berada di dunia, berumur pendek. Karena dunianya sendiri juga berumur
pendek. Intan yang diyakini oleh manusia ‘abadi’ sebetulnya tidak abadi. Karena
jika telah kiamat, akan hancur menjadi debu atau lebih kecil lagi. Allah
menjelaskan di dalam Al-Qur’an:
إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا وَبُسَّتِ
الْجِبَالُ بَسًّا فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا [الواقعة/4-6].
Artinya:
Ketika
bumi digoncangkan dan gunung-gunung dihancurkan; maka menjadi debu yang
berterbangan.[1]
وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا
جُرُزًا [الكهف/8].
Artinya:
Dan
sungguh yang di atas bumi niscaya akan Kami jadikan debu yang tandus.[2]
Kesimpulan: Jika di hari kiamat nanti,
intan yang sangat kuat saja akan hancur, apalagi benda-benda selain itu.
[1] Haba
(هَبَاءً) lebih kecil daripada debu. Benda-benda ini akan tampak pada
ruangan gelap yang dari atasnya ditembus oleh sinar matahari. Melayang-layang di
dalam sinar karena terbawa oleh udara.
[2] Lajaailuuna
(لَجَاعِلُونَ) diartikan ‘niscaya akan Kami jadikan’ karena isim fail
ini bimakna mudhorik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar