Panggung tinggi besar runtuh oleh penonton berjumlah ribuan, yang memanjat atap. Dan menewaskan kaum berjumlah sangat banyak.
Doa Meluluhkan Hati Seseorang
Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah
Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis
Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki
Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan
Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’
Hibah Menurut Bukhori
Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.
Masuk Surga Paling Awal
Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”
2015/07/21
Khalid Cerita Islami Ponpes Mulya
Panggung tinggi besar runtuh oleh penonton berjumlah ribuan, yang memanjat atap. Dan menewaskan kaum berjumlah sangat banyak.
2015/01/28
PS 13: Pembebasan Syam

Pada pasukannya, Khalid berteriak, “Inilah hari istimewa yang takkan ada lagi yang menandingi! Pasukan berkuda mereka akan segera melancarkan serangan! Ayo kita berjihad! Tolonglah Allah! Agar Allah menolong kita! Bergabunglah pada kaum yang menyerahkan diri pada Allah! Sepertinya bala-bantuan untuk kalian di bawah pimpinan Abu Ubaidah, akan segera datang kemari!.”
Banyak pasukan Damaskus yang terkejut, saat Khalid berteriak keras, menggerakkan pasukan. Mereka makin terkejut ketika tiba-tiba Syurachbil, Abdur Rohman, dan Dhirar bin Al-Azwar, melancarkan serangan ganas bertubi-tubi.
Setelah berhenti, Khalid mengucapkan rasa sukur pada Dhirar. Lalu perintah pada Abdur Rohman, “Serbulah mereka! Semoga Allah memberi Barakah padamu!.”
Beberapa lawan berguguran karena amukannya yang terlalu dahsyat.
Kalus berlari ke belakang. Seorang bathriq bawahannya maju untuk menghalang-halangi serangan Khalid. Sejumlah anak-panah melesat bertubi-tubi ke arah Khalid. Subhanallah, Khalid tidak memperdulikan sejumlah anak-panah yang melukai. Dia justru meningkatkan serangan ganasnya hingga duapuluh pasukan tewas berserakan.
Khalid memacu kudanya agar berlari-cepat, di antara barisan kawan dan lawan. Kudanya loncat dan lari cepat mengikuti kemauannya, dan segera menantang perang satu lawan satu.
Azazir mendekati Kalus untuk berkata, “Bukankah kau telah diperintah oleh raja untuk memimpin pasukan yang dikirim kemari, untuk memerangi kaum Arab? Ayo maju! Lindungi negeri dan rakyat!.”
Dia dan Azazir berundi, namun yang keluar undian dia.
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
Maha Suci Allah Robbul-'aalamiiiin
2012/01/17
KW 180: Perang Qabail (القبائل)
Tangan bathriq yang memegangi tangan Maisarah tiba-tiba lemas, karena terkejut dan takut. Bathriq ingin mengangkat Maisarah dari kudanya, namun tak mampu, karena tubuh Maisarah diikat dengan beberapa tali, pada pelana dan kudanya. Bathriq menarik Maisarah sekuat tenaga, namun tak mampu.
Khalid mendekat dengan menebaskan pedang sekuat tenaga, untuk memotong tangan kanan. Tetapi bathriq bergerak menyamping sehingga tangan kirinya tertebas pedang dan putus. Maisarah melepaskan diri dari bathriq.
Bathriq melarikan kudanya menuju pasukan Romawi, dengan mengaduh kesakitan. Sejumlah opsir Romawi berlari cepat untuk menolong dan mengobati tangan bathriq yang putus.
Khalid dan Maisarah bersalaman lalu bebicara mengenai 'serangan pasukan Romawi' yang ganas. Pembicaraan berlanjut hingga mengenai 'Abdullah bin Chudzafah Assahmi ditangkap' untuk dihadapkan pada Hiraqla.
Khalid terkejut dan bersedih, ketika mendengar khabar bahwa Abdullah ditangkap dan dihadapkan pada Hiraqla. Dan bersumpah, “Demi Allah, in syaa Allah saya akan memerangi mereka hingga kapanpun, hingga mereka melepaskan Abdullah.”
Pasukan Romawi sangat ketakutan pada Khalid yang datang bersama 3.000 pasukan berkuda. Saat itu nama Khalid di negeri Romawi sangat terkenal. Bahkan saking terkenalnya, Addhachak yang wajah dan gayanya mirip Khalid, pernah menjadi tontonan lautan pasukan dan rakyat Romawi, di negeri Anthakiyah. Saat itu Addhachak berperang melawan pengawal Raja Hiraqla, lalu ada yang berteriak, “Kurang ajar! Dialah Khalid yang telah megobrak-abrik tentara kita! Mampuslah kau! Ayo lawanlah jagoan kami yang ini!.”
Ucapan itu membuat orang-orang berlarian ingin memandang Khalid dari jarak dekat. Semakin lama semakin banyak yang menonton, hingga mereka seperti lautan insan. Bahkan tenda utama yang tinggi besar, roboh karena terlalu banyak penonton yang memanjat atap dan tiang-tiangnya. Anehnya banyak yang tak peduli terhadap orang-orang yang tewas tertimpa reruntuhan tenda utama itu, karena terlalu asyik menonton dan berharap orang yang disangka Khalid itu 'tewas' oleh serangan pahlawan mereka.
Pasukan Muslimiin istirahat dari perang hingga pagi. Di pagi yang indah itu, seorang lelaki tua berpakaian warna hitam sangat sederhana, muncul dari celah pasukan Romawi, menghadap pada Khalid RA. Dengan tubuh bergetar dia bergerak untuk sujud, tetapi Khalid melarang, “Jangan bersujud padaku! Apa ujuanmu datang kemari?.”
Lelaki itu menjawab, “Panglima perang kami mengajukan permohonan damai pada kalian, dan sanggup mengembalikan orang kalian yang ditawan. Beliau juga berjanji akan memberi yang kalian minta.”
Dengan bergetar lelaki itu bertanya, “Apakah yang mulia pimpinan mereka ini?.”
Khalid menjawab, “Betul!.”
Dengan bergetar, lelaki itu bertanya, “Maukah yang mulia mengundurkan peperangan ini selama sehari-semalam? Agar kami bisa mempersiapkan semuanya? Dan agar Bathriq yang mulia sembuh dari sakitnya? Kami akan berperang setelah itu.”
Khalid menjawab, “Silahkan!.”
Lelaki itu kembali menghadap panglima perangnya. Pada seluruh pasukannya, sang panglima berkata, “Mereka telah menyetujui usulan kita bahwa 'peperangan sudah berakhir'. Mari kita pulang!.”
Pasukan Romawi menyalakan obor-obor dan berkemas untuk pulang. Arak-arakan panjang itu berduyun-duyun pulang dengan mematikan obor, agar tidak kelihatan.
Di pagi yang menegangkan itu, arak-arakan pasukan Muslimiin telah bergerak mendekati perkemahan pasukan Romawi. Tetapi mereka terkejut karena tenda-tenda dan penghuninya yang dicari telah tiada, tinggal barang-barang yang tidak bisa dibawa dan sampah berjumlah banyak sekali. Puluhan ribu pasukan Romawi telah kabur semalam.
Khalid marah karena rencana akan menyalamatkan Abdullah menemui jalan buntu, dan merasa tertipu. Dia telah menggerakkan tali kendali agar kudanya berlari, tetapi Maisarah berteriak, “Jangan dikejar! Medannya terlalu sulit! Kita kembali saja.”
Khalid dan teman-teman di pertengahan arak-arakan pasukan, pulang dengan perasaan susah. Karena memikirkan nasib Abdullah bin Chudzafah yang ditawan.
Abu Ubaidah dan pasukan Muslimiin di Chalab menyambut kedangan Khalid, Maisarah, dan pasukan Muslimiin, 'dengan sangat bahagia'. Maisarah dikerumuni oleh orang banyak untuk ditanya, mengenai kejadian di dalam Perang Qabail. Ketika Maisarah berkisah tentang Abdullah bin Chudzafah ditawan oleh lawan, Abu Ubaidah dan kaum Muslimiin sedih sekali.
Abu Ubaidah berdoa, “Ya Allah, buatkanlah dia jalan keluar dari kesulitannya agar bisa lolos.”
Abu Ubaidah menulis surat untuk Umar RA, memberitakan bahwa pasukannya telah melaksanakan perintah Umar, agar ke Addurub (Gunung-Gunung). Perjalanan dilanjutkan ke Qabail hingga terjadi peperangan dan menang. Sayang, Abdullah ditawan oleh lawan.
Bersambung.
2012/01/16
KW 179: Perang Qabail (القبائل)
Di medan perang di Qabail, Maisarah dan pasukannya dikepung dan diserang dengan garang, oleh lautan pasukan Romawi. Suara dentingan pedang, benturan perisai, teriakan, derap kaki kuda, bentakan, dan hiruk-pikuk, membisingkan telinga.
Penerjemah menjawab, “Dia mengaku sebagai jagoan yang tak terkalahkan, dan menantang berkelahi pada kalian yang merasa jago.”
Maisarah berteriak, “Siapa berani melawan?!.”
Sang bathriq membentak-bentak dengan kasar, tetap lelaki dari Annakha itu hanya diam, meskipun tahu maksudnya. Sang bathriq marah dan mengayunkan tongkat besi sekuat tenaga, ke arahnya. Tetapi yang terpukul hingga hancur justru kepala kuda, “Prak! Grubyuk!.”
Karena kuda ditarik dengan cepat.
Kuda roboh dan tewas, otak dan darahnya berhamburan. Yang mengendarai bergerak cepat untuk berdiri.
Maisarah berteriak, “Mundurlah!.”
Lelaki dari Annakha itu mundur teratur lalu lari cepat sekali, dikejar bathriq berkendaraan kuda. Abdullah bin Chudzafah muncul untuk melindungi lelaki yang sedang berlari, untuk bergabung pada pasukan Muslimiin. Abdullah bergerak cepat memukulkan pedang pada bathriq yang telah menyiapkan tangkisan dan serangan. Berkali-kali tusukan pedang Abdullah membentur baju besi sang bathriq.
Sambaran tongkat besi sang bathriq berkali-kali ditangkis dengan perisai oleh Abdullah yang makin lama makin payah karena tongkat besi yang ditangkis sangat berat. Pedang Abdullah terayun menebas cepat sekali ke leher. Leher sang bathriq ditarik kebelakang, tetapi tetap saja putus dan terlempar bersama kepalanya yang terbungkus helm besi, bersimbah darah, ke arah pasukan Romawi.
Abdullah bergerak menangkap, sebelum kepala berhelm perang jatuh ke tanah.
Tubuh bathriq terbungkus baju besi terhuyung jatuh, “Bleg!”; Tongkat besinya juga jatuh, “Blang!.”
Dalam waktu cepat, berita kematian tokoh besar itu sampai ke telinga Raja Hiraqla.
Setelah Abdullah pergi, seorang bathriq lainnya maju untuk membentak, “Kurang ajar! Yang kau bunuh ini orang dekat Raja Hiraqla! Kau harus saya bunuh! Atau saya tangkap untuk saya serahkan pada raja, agar dihukum!.”
Matanya berkaca-kaca, lalu menumpahkan air mata, bersama ledakan tangisan, ketika melihat kepala sahabatnya tergolek bermandi darah. Dia berteriak, “Hai kaum Arab! Kalian pasti akan ditindak oleh Allah, karena telah menganiaya pada kami! Yang telah membunuh teman saya ini kemarilah! Akan saya beri hukuman!.”
Pandangan seluruh pasukan terarah pada sang bathriq yang marah dan menantang perang.
Abdullah telah memacu kuda untuk mendekati sang batriq. Tetapi Maisarah mencegah karena dia sudah lelah: “Jangan! Saya saja yang melawan!.”
Abdullah memohon, “Yang mulia, yang ditantang adalah saya. Kalau anda yang melawan berarti saya dianggap tidak berani.”
Maisarah berkata, “Kau sudah terlalu capek. Saya kasihan.”
Abdullah memohon, “Masyak yang mulia mengasihani saya, justru karena terlalu capek, untuk menyelamatkan diri dari api neraka? Demi kehidupan yang pernah dijalani oleh Rasulillah SAW, siapapun tidak boleh melawan dia kecuali saya.”
Sang bathriq terkejut ketika melihat kuda, helm, dan pedang temannya yang tewas, telah dikuasai oleh Abdullah. “Berarti kau yang telah membunuh teman saya!” Geramnya.
Tangan sang bathriq bergerak cepat sekali untuk menangkap dan menarik tangan Abdullah.
Pedang Abdullah lepas. Abdullah diringkus untuk diserahkan pada pasukan Romawi. “Ikatlah tanganya dengan rantai! Dan serahkan pada Raja Hiraqla sekarang juga!” perintah sang bathriq.
Beberapa orang bergerak untuk mengikat tangan Abdullah dengan rantai, untuk dilarikan dan diserahkan pada Raja Hiraqla.
Sang bathriq belum puas. Dia kembali ke medan perang untuk menantang berkelahi lagi.
Tiga orang Muslimiin telah bergerak untuk melawan bathriq, tetapi Maisarah berteriak, “Jangan! Yang akan melawan orang laknat ini saya sendiri.”
Maisarah menyerahkan panjinya pada Said bin Zaid: “Peganglah panji ini! Saya akan melawan dia. Jika menang, panji ini akan saya pegang lagi! Jika kalah, saya justru akan mengambil Pahala Allah!.”
Said memegang panji; Maisarah keluar dari barisan sambil membaca syair:
Debu-debu beterbangan oleh hentakan sepatu kuda dua orang yang berperang mati-matian.
Kaum Muslimimiin mengamati dan mendoakan kemenangan untuk Maisarah.
Kaum Romawi mengamati dan mendoakan kemenangan untuk sang bathriq.
Bathriq terperanjat saat melihat kepulan debu di kejauhan makin mendekat. Dan bertanya, “Demi kebenaran agamamu, siapa yang berdatangan membawa panji itu?.”
Maisarah tidak menoleh, tetapi menjawab, “Demikian itu bagi Allah hal yang remeh.”
Bathriq bersumpah, “Demi agamaku, ucapanmu benar.”
Sebetulnya bathriq berkata begitu dengan tidak tulus.
KW 178: Perang Qabail (القبائل)
Maisarah menjawab, “Saya hanya ingin mendengarkan pendapat kalian. Saya juga ingin mengutus lelaki agar melaporkan keadaan kita pada yang mulia Abu Ubaidah, dan bahwa bala bantuan musuh berdatangan banyak sekali. Semoga yang mulia Abu Ubaidah segera mengirimi kita bala bantuan.”
Said menjawab, “Yang mulia benar.”
Maisarah memanggil seorang dari empat orang dzimmi, untuk diperintah dan diberi imbalan yang menggiurkan. “Ajaklah satu temanmu untuk menemani kau pergi pada Abu Ubaidah. Laporkan pada beliau ‘bala bantuan dari dalam benteng, desa-desa, dan utusan seluruh negeri mereka, telah berdatangan untuk menggempur kami!’. Ceritakan pada beliau apa yang kau saksikan di sini!.”
Dua lelaki dzimmi itu memacu kuda secepat-cepatnya menuju kota Chalab (Aleppo). Sesampainya ke tujuan, mereka berdua jatuh pingsan karena terlalu capek.
Kaum Muslimiin berkata, “Guyurlah air!” hampir serempak.
Mereka berdua menjawab, “Demi Allah tidak. Tetapi bala bantuan musuh yang akan dikerahkan agar memerangi Maisarah dan pasukannya 'berjumlah banyak' sekali, dan dari mana-mana.”
Mereka berdua menjelaskan pada Abu Ubaidah mengenai apa saja yang telah disaksikan. Mengenai pasukan Muslimiin membuang sarung pedang untuk berperang mati-matian, Damis ditangkap musuh, tetapi berhasil meloloskan diri bersama 10 kawannya, juga dilaporkan.
Abu Ubaidah dan kaum Muslimiin mendengarkan laporan itu, dengan tegang.
Khalid berdiri untuk berkata, “Selamat yang mulia,” dan menyalami. Lalu mempersilahkan Abu Ubaidah duduk di tempat sederhana.
Abu Ubaidah perintah pada dua lelaki dzimmi itu: “Ceritakan pada Khalid mengenai yang telah kalian saksikan berkenaan kaum Muslimiin!.”
Khalid menyimak dengan serius pada laporan dua lelaki itu hingga selesai. Lalu berkata dengan suara berwibawa, “Sungguh sejak menolong kita, Allah tak pernah lagi menghinakan kita. Segala puji syukur hanya untuk Allah yang telah perintah, agar kita bersabar menghadapi cobaan seberat apapun. Dia berfirman ‘hai orang-orang yang beriman, sabar! Selalu sabarlah! Selalu menyambunglah (pada amalan)! Dan bertakwalah! Agar kalian beruntung’. Dia juga berfirman ‘sungguh Allah menyertai orang-orang yang sabar’.”
Ucapan Khalid selanjutnya membuat kaum Muslimiin lebih tercengang: “Saya akan meneruskan berjihad di Jalan Allah. Apapun yang diperlukan oleh Allah dan RasulNya akan saya penuhi. Semoga Allah menyelamatkan dan memberi saya pahala mati syahid.”
Dengan gerak cepat, Khalid memasuki tenda untuk mengambil baju perang dan pecinya yang barakah. Lalu bergabung pada pasukan Muslimiin yang telah bersiap akan berjalan menuju Qabail, untuk membantu Maisarah dan pasukannya. Abu Ubaidah berteriak, “Jangan semuanya yang berangkat!.”
Setelah arak-arakan itu pergi menjauh, 2.000 pasukan berkuda berikutnya diberangkatkan oleh Abu Ubaidah, agar menyusul.
Khalid mengangkat dua tangannya dan berdoa, “Ya Allah, buatkan jalan untuk kami menuju kesana. Lipatlah jarak yang jauh ini untuk kami, dan sesulit apapun buatlah mudah untuk kami.”
Di medan perang, Maisarah dan pasukannya dalam keadaan kesulitan, karena dikepung musuh yang jauh lebih banyak dari segala penjuru. Telah beberapa hari mereka berperang mati-matian mulai pagi hingga petang. Tiap hari bala bantuan pasukan Romawi yang berdatangan untuk menyerang semakin banyak. Tetapi Maisarah dan pasukannya pantang menyerah, meskipun telah berkali-kali tergores pedang, hingga tubuh mereka bermandi darah. Sepertinya mereka itu kaum yang tak bisa dibunuh oleh pasukan Romawi, karena Ijin Allah Taala.
Seluruh kekuatan lautan pasukan Romawi telah ditumpahkan untuk menghabisi pasukan Muslimiin secepat-cepatnya. Namun justru dari mereka semakin banyak yang tewas. Itu sebagai bukti bahwa orang yang ditolong oleh Allah, pasti akan menang.
Bersambung.
2012/01/15
KW 177: Perang Qabail (القبائل)
berteriak, “Buanglah sarung pedang kalian agar kita lebih serius berperang!.”
Keributan membisingkan itu adalah suara dentingan pedang; teriakan; bentakan; jeritan; dan derap kaki kuda puluhan ribu pasukan.
Kaum Muslimiin membuang sarung pedang; kaum Romawi juga membuang sarung pedang. Kaum Muslimiin sama berdoa agar Allah memberi kemenangan; kaum Musrik mengucapkan kalimat syirik. Kaum Muslimiin dari Sudan berperang mati-matian.
Umumnya sandi kaum Muslimiin, “Annashr!.” Hanya Muslimiin dari Sudan yang bersandi, “Ya Muhammad!.”
Ada hiruk-pikuk keras orang banyak mengejutkan. Beberapa pasukan Romawi mundur kebelakang. Ada pekikan keras, “Laa Ilaaha illaa Allah, Muhammad Rasul Allah!,” di pertengahan pasukan Romawi, yang disangka teriakan malaikat, oleh sebagian kaum Muslimiin.
Di titik pekikan itu, pasukan Romawi bercerai-berai. Tetapi akhirnya ketahuan bahwa pekikan itu dari Damis dan sepuluh temannya yang ditawan oleh lawan. Dengan perisai mereka menangkis tebasan pedang pasukan Romawi. Damis memasang perisainya dan mengamuk dengan membaca syair:
Yang selalu mendapat shalawat dari Penolong yang selalu dipuja
Pengeroyokan pasukan Romawi atas Damis dan sepuluh temannya morat-marit, setelah dihajar oleh pasukan Muslimiin dengan serangan terganas. Damis dan teman-temannya selamat tetapi tubuh bermandi darah.
Maisarah yang bergerak untuk mendekat, ditolak oleh Damis: “Jangan yang mulia! Demi Allah, mestinya saya yang datang pada yang mulia.”
Setelah Damis mendekat dalam keadaan berlumuran darah, Maisarah memeluk dan mencium pertengahan dua matanya. Maisarah bertanya, “Bagaimana kalian?.”
Damis menjawab, “Yang mulia! Pasukan Romawi mengeroyok dan membunuh kuda saya, lalu menawan saya. Saya dan teman-teman ditangkap dan tangan kami diikat dengan rantai, hingga kami berputus asa di dalam ikatan.
Di pertengahan malam saya bermimpi melihat Rasulallah SAW bersabda ‘ya Damis, kau nggak perlu bersedih! Kedudukan saya di sisi Allah sangat tinggi’. Lalu beliau SAW mengusapkan tangannya yang mulia untuk melepaskan rantai pengikat tangan saya. Semua teman saya juga diperlakukan demikan oleh beliau SAW. Lalu beliau bersabda ‘berbahagialah atas petolongan besar dari Allah ini. Saya nabi kalian bernama Muhammad SAW. Sampaikan salam saya pada Maisarah! Dan katakan padanya jazakallohu khoiro!’, lalu menghilang.
Ketika saya bangun ternyata pasukan yang menjaga kami sama tidur pulas karena terlalu capek. Kami mengambil pedang dan perisai untuk membunuh mereka yang tergolek. Berkat sabda nabi SAW di dalam mimpi itu, kami juga bisa membunuh pasukan berjumlah banyak selain mereka, dan bisa lolos kemari.”
Dua kubu telah menarik diri menuju tenda mereka masing-masing. Hanya mayat-mayat bergelimpangan yang tergolek tak bergerak.
Pasukan Romawi berkumpul untuk bersumpah, “Demi Al-Masih kami takkan lari meskipun harus tewas semuanya.”
Di malam yang kelam itu mereka diterangi oleh obor-obor menyala-nyala di atas gunung yang tinggi. Derap kaki kuda pasukan bantuan untuk mereka yang berdatangan, membahana. Jumlah arak-arakan bala-bantuan yang mengalir terus-menerus itu 20.000 orang. Gema suara derap kaki kuda dan hiruk-pikuk mereka sampai jarak yang jauh.
Bersambung.
2012/01/14
KW 176: Perang Qabail (القبائل)
Di hari kelima angin-angin bertsabih, Allah berfirman tentang itu: “Langit tujuh, bumi, dan yang di dalamnya, bertasbih padaNya. Tiada sesutupun kecuali bertasbih dengan PujianNya, tetapi kalian tidak paham tasbih mereka. Sungguh Dia Maha penyantun Maha pengampun.”
Nun jauh di sana tampak sebuah kota yang makin lama makin dekat. Setelah kota itu dimasuki, ternyata semua penduduknya pergi. Yang ada hanya suara ayam berlarian berkokok dan berkotek; beberapa kambing mengembik. Setelah diteliti dengan cermat, memang penduduknya sama pergi untuk menyelamatkan diri.
Kaum Muslimiin terkejut oleh teriakan Maisarah, “Hati-hati! Penduduknya sama kabur.”
Damis mengambil tiga pakaian dan ditanya, “Apa ini?.”
Dia menjawab, “Agar hangat dan untuk kenang-kenangan pernah kesini.”
Kota besar itu kini ramai oleh pasukan Muslimiin yang menjarah bahan makan, pakan kuda, dan lainnya yang bermanfaat. Lalu mereka meninggalkan tempat menuju hutan sangat luas bernama Qabail (القبائل). Di hutan itu, kuda-kuda mereka berbahagia karena banyak rumput hijau. Arak-arakan pasukan istirahat di situ. Kuda mereka ditambatkan pada pohon, agar berpesta rerumputan. Maisarah ingin sekali pulang ke Chalab (Aleppo) karena Abu Ubaidah berpesan: “Jangan pergi terlalu lama! Dan waspadalah!.”
Maisarah terkejut oleh datangnya seorang berkuda membawa tawanan. Maisarah bertanya, “Kenapa orang ini kau tangkap?.”
Lelaki berkuda itu menjawab, “Yang mulia, saya melihat dia terkadang nongol, terkadang bersembunyi, hingga saya tangkap. Ini saya serahkan pada yang mulia.”
Para bathriq (البطارقة /Patriarchs), para pengawal, para pejabat, dan masyarakat, besedih saat melihat Hiraqla menangis. Hiraqla berkata, “Saya khawatir kaum Arab mengejar kita.”
Lalu dia mengumpulkan 30.000 pasukan di bawah pimpinan 3 bathriq, untuk menjaga gunung-gunung, agar dia aman.”
Lelaki dzimmi bertanya pada tawanan, “Berapa jauh mereka dari sini?.”
Pada Maisarah, Abdullah bin Chudzafah Assahmi bertanya, “Kenapa yang mulia menundukkan wajah? Padahal di antara kita, ada lelaki yang sanggup melawan 1.000 pasukan?.”
Abdullah yang sangat kuat menjadi pusat perhatian pasukan Muslimiin. Dia yang berwajah menakutkan itu bersenjata tongkat besi berat, yang tak seorangpun mampu membawanya kecuali dia.
Beberapa Muslimiin bertanya pada kaum dzimmi: “Kalau di sana lebih luas, sebaiknya kita kesana?.”
Mereka menjawab, “Di negeri ini tidak ada yang lebih luas daripada tempat ini. Kalau kalian keberatan datang kesana, tunggulah di sini saja. Namun kalau kalian pulang akan lebih baik, mumpung mereka belum datang kemari.”
Si tawanan diajak memasuki agama Islam, namun menolak. Dalam waktu cepat tawanan itu tewas oleh siksaan Tuhan, melalui pedang yang ditebaskan oleh HambaNya.
Di sore yang menegangkan itu arak-arakan pasukan Romawi berdatangan bagaikan kawanan semut. Ketika hari mulai gelap, para pasukan menyalakan api penerangan malam. Tanah lapang yang semula sepi, kini menggemuruh bagaikan suara hujan lebat mengguyur bumi.
Di pagi cerah itu Maisarah mengimami shalat khauf pada Muslimiin. Seusai shalat dia berdiri untuk berkata, “Hai semuanya! Hari ini sangat istimewa. Sadarilah bahwa saudara kalian di sana, berdoa untuk kalian. Dan dunia ini hanyalah untuk lewat. Sedangkan kehidupan yang kekal adalah di akhirat. Nabi SAW pernah bersabda ‘surga di bawah kilauan pedang-pedang’. Yang kalian pikir jangan 'kalian hanya sedikit', semetara mereka berjumlah banyak sekali!. Allah berfirman ‘banyak golongan sangat sedikit 'telah mengalahkan' golongan sangat banyak, karena Ijin Allah. Dan Allah menyertai orang-orang Sabar’.”
Arak-arakan pasukan membawa obor di bawah komando Maisarah telah berdiri dan siap sepenuhnya. Yang di bagian terdepan, pasukan yang dipimpin oleh Damis.
Yang di sebelah kanan; pasukan yang dipimpin oleh Abdullah bin Chudzafah.
Yang di sebelah kiri; pasukan yang dipimpin oleh Saed bin Abi Saed Al-Chanafi.
Seorang lelaki dari mereka muncul dengan berkuda untuk berkata, “Orang rakus akan celaka! Kalian keterlaluan! Telah merebut wilayah Syam yang sangat luas, masih juga kurang puas! Hingga kalian datang kemari?. Bersiaplah untuk tewas oleh serangan pasukan kami berjumlah 30.000 orang berkuda. Kami semua telah bersumpah ‘demi Salib, kami takkan lari meskipun harus mati’. Kalau kalian ingin hidup, menyerahlah pada kami. Agar kalian diadili oleh Raja Hiraqla!.”
Damis memacu kuda dan bergerak cepat sekali untuk membunuh dia, dan berhasil.
Damis membelokkan dan memacu kuda sambil mengangkat panji dan berteriak, “Allahu Akbar! Allah akan menolong dan kami akan menang!.”
Ketika tidak ada dari mereka yang muncul lagi, Damis memacu kuda menuju barisan pasukan Romawi yang tengah, untuk membunuh seorang. Lalu memacu kuda secepat-cepatnya untuk bergabung pada pasukan Muslimiin.
Damis dikejar oleh lautan pasukan Romawi, tetapi pasukan Damis bergerak cepat untuk melindunginya, dan melawan mereka. Perang berkecamuk dengan sengit.
Pasukan Damis menjawab, “Serangan kami bagaikan api yang berkobar untuk membunuh kaum Kufar!.”
Peperangan berkecamuk hingga matahari di atas kepala menyengat mereka. Kaum Romawi yang tewas banyak sekali, sehingga kaum Muslimiin yakin pasti akan mengang, dan kaum Romawi yakin pasti akan kalah.
Dua kubu menarik pasukan mereka masing-masing.
Pasukan Muslimiin terkejut karena Damis dan sembilan orang lainnya tidak ada. Maisarah perintah, “Siapa yang sanggup mencari di mana mereka?.”
Pasukan Muslimiin terkejut oleh datangnya pasukan Romawi yang mendadak, untuk menyerang dengan garang. Amukan mereka semakin mengerikan dan tiap seorang harus melawan sepuluh atau duapuluh. Bahkan ada yang hingga melawan limapuluh pasukan Romawi. Cukup banyak pasukan Muslimiin yang gugur dan tertawan.
Bersambung.
Tulisan ini bisa dicari di: http://www.mulungan.org/index.php/component/content/article/34-kholid-bin-walid/401-kw-176-perang-qabail-