Ketika telah membaca surat tentang, “Amer dan Pasukannya Selamat”
Abu
Ubaidah berbahagia. Lalu
menulis surat jawaban:
Abu Ubaidah perintah agar pasukannya
bersiap berangkat ke Sachil (Pantai).
Abdullah Yuqana raja Chalab (Aleppo) berdiri untuk berkata, “Yang mulia, Allah
telah menggulingkan kekufuran dan menjayakan Ketauhidan. Saya ingin berangkat
mendahului menuju kesana, dengan tujuan bisa mendahului berperang.”
Abu Ubaidah menjawab, “Ya Abdallah!
Kalau memang tujuanmu mendekat pada Allah, Allah juga akan mendekati kamu! Silahkan!.”
Abdullah
Yuqana bergegas menyiapkan pasukan yang terdiri dari kaum Chalab, berjumlah 4.000
pasukan berkuda. Derap kaki kuda mereka membahana; debu-debu beterbangan.
Mereka pergi sebelum Abu Ubaidah dan
pasukannya.
Di
antara pasukan Abu Ubaidah yang dibawa oleh Abdullah Yuqana, ada 3.000 bathriq
yang telah Islam, di bawah pimpinan Jirfas. Mereka telah menyadari
bahwa agama Islam, kelanjutan dari agama
Isa bin Maryam AS. Dan telah sadar bahwa Allah lah satu-satunya Tuhan yang
harus disembah yang mutlak tidak berputra dan diputrakan.
Setelah
kabur dari Jabiyah menuju kerajaan Qaisariyah, Raja Filasthin didampingi 80.000 pasukan, perintah agar 3.000 pasukan berkuda
dari kota Tharabulus datang, untuk memperkuat
pertahanan kerajaan.
Arak-arakan pasukan berkuda dari
Tharabulus berbondong-bondong mendatangi
undangan Filasthin. Dalam perjalanan panjang itu, mereka istirahat di hutan dan
mengikat kuda.
Tadinya Filanthinus bertemu di jalan
lalu bergabung pada pasukan Yuqana.
Jirfas memacu kuda untuk mendekati pasukan dari Tharabulus, lalu mengucapkan salam dan
bertanya, “Siapa kalian?.”
Mereka menjawab, “Kami kaum yang telah berlindung pada kaum
Arab. Tadinya, kami menyangka baik, ternyata mereka jahat
dan agama mereka jelek. Kami kaum Chalab (Aleppo), Qinasrin, Izaz, Darim, dan
Anthakiyah, yang akan menghadap pada Raja Hiraqla.”
Jirfas lega ketika mendengar jawaban mereka. Lalu dengan lembut, dia berkata, “Istirahatlah di sisi kami sejenak, untuk menghilangkan
lelah. Kalian pasti khawatir pada serangan kaum Arab.”
Jirfas yakin mereka tidak curiga bahwa
dirinya telah Islam.
Yuqana berpesan, “Hati-hati! Setahu kami, Abu Ubaidah berencana
pergi ke Sachil.”
Jirfas berkata, “Kekuasaan kita telah
hilang dan hari-hari indah kita tinggal kenangan. Ternyata Salib yang kita
sembah tidak bisa menolong kita.”
Arak-arakan kaum Romawi itu mau
istirahat di sisi pasukanYuqana. Setelah rasa capek hilang, dan telah diberi makanan, mereka pergi
meneruskan perjalanan. Jirfas hampir mengikuti, tetapi
dihalang-halangi, “Jangan! Suruhlah
pasukanmu agar mengenakan busana terbaik! Agar kalian berwibawa” oleh Yuqana.
Setelah rencana muslihatnya matang, Yuqana membawa pasukannya
menuju Sachil (pantai), untuk menangkap sejumlah orang di bawah pimpinan
Al-Charits bin Sulaim. Tangan
mereka diikat erat hingga belikat.
Ketika malam tiba, Al-Charits bin Sulaim dan kaumnya dikumpulkan untuk
diberi tahu, “Maaf saudara sekalian! Ini hanya siasat. Saya tidak murtad dari
Islam, dan takkan mencelakai kalian. Ini siasat agar kaum Romawi menyangka saya
telah menyerbu dan menangkap kalian kaum Arab” oleh Yuqana.
Setelah
tahu maksud Yuqana, Al-Charits dan kaumnya merasa tenang. Mereka berkata, “Kalau tujuan
kau bersiasat untuk menegakkan Agama Allah, maka Allah akan menolong kau
mengalahkan lawan.”
Beberapa pria disuruh oleh Yuqana, agar berpura-pura
membawa harta rampasan. Jirfas merasa tenang pada Yuqana, karena ternyata kaumnya dan binatang mereka hanya dikumpulkan, tidak dirampas.