Jumat tanggal 13 Mei tahun 2011, sebuah medsos mengangkat berita tentang LDII di halaman 14. Sayang sekali yang menyatakan LDII Sesat berdasarkan fatwa MUI tahun 2005 itu, setelah dilacak ternyata "Alamat rumah dan nomer HP-nya palsu" Terang Mas Prayitno.
Inilah termasuk yang dituding oleh Allah sebagai orang fasiq yang pernyataannya tidak boleh dipercaya. Allah berfirman, “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ."
Artinya: Hai orang-orang yang telah beriman secara khusus, jika orang fasiq datang membawa berita pada kalian, maka telitilah! Agar kalian tidak menimpakan (perlakuan) pada kaum dengan bodoh, akhirnya kalian menyesali atas yang telah kalian lakukan.
Menurut kitab Tanwirul-Miqbas dan lainnya, “Penyebab dari turunnya Ayat di atas ialah, Al-Walid bin Uqbah bin Abi Muaith (الْوَلِيدَ بْنَ عُقْبَةَ بْنِ أَبِي مُعَيْطٍ) memberitakan 'Kaum Banil-Mushtholiq' dengan tidak benar, sehingga hampir diserang oleh kaum Muslimiin.”
Abdur Rohman As-Suhaili menjelaskan, “Bahkan Rasulullah SAW juga telah hampir menyerang mereka. Tiba-tiba datang rombongan dari kaum Banil-Mushtholiq untuk menjelaskan bahwa Keterangan Al-Walid bin Uqbah Bin Abi Muaith Keliru. Yang benar justru kaum Banil-Mushtholiq berkumpul untuk menghormat utusan Rasulullah yang akan hadir pada mereka. Akhirnya turun ayat tersebut.”
Perlu diketahui bahwa Abu Dawud meriwayatkan mengenai dampak kejahatan seperti itu:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا مِنِ امْرِئٍ يَخْذُلُ امْرَأً مُسْلِمًا فِى مَوْضِعٍ تُنْتَهَكُ فِيهِ حُرْمَتُهُ وَيُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ إِلاَّ خَذَلَهُ اللَّهُ فِى مَوْطِنٍ يُحِبُّ فِيهِ نُصْرَتَهُ وَمَا مِنِ امْرِئٍ يَنْصُرُ مُسْلِمًا فِى مَوْضِعٍ يُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ وَيُنْتَهَكُ فِيهِ مِنْ حُرْمَتِهِ إِلاَّ نَصَرَهُ اللَّهُ فِى مَوْطِنٍ يُحِبُّ نُصْرَتَهُ »..
Artinya:
Rasulullah SAW bersabda, “Tiada orang menghina orang Islam di suatu tempat yang membuat harga dirinya jatuh, dan tercoreng nama baiknya, kecuali pasti Allah menghinakan dia di tempat yang dia menghendaki Pertolongan-Nya. Dan tiada orang menolong orang Islam, di tempat dirusak, harga dirinya, dan tercoreng nama baiknya, kecuali Allah menolong dia di tempat yang dia mengharapkan Pertolongan-Nya.
عَنْ أَبِى بَرْزَةَ الأَسْلَمِىِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ الإِيمَانُ قَلْبَهُ لاَ تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنِ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِى بَيْتِهِ »..
Artinya:
Dari Abi Barzah Al-Aslami, Rasulullah bersabda, “Hai golongan orang yang telah beriman hanya dengan ucapannya, namun imannya belum masuk ke hatinya, jangan menggunjing kaum Muslimiin! Dan jangan mencari-cari kesalahan mereka! Karena Allah juga akan mencari-cari kesalahan dia. Barang siapa kesalahannya dicari-cari oleh Allah, maka Allah akan mempermalukan dia di rumahnya.”
Kalau di rumahnya saja, oleh Allah, namanya telah dijatuhkan, tentunya di kalangan orang banyak namanya lebih jatuh.
عَنْ أَبِى بَكْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا - مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِى الآخِرَةِ - مِثْلُ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ »..
Artinya:
Dari Abi Bakroh, Rasulullah SAW bersabda, “Tiada satu dosa pun yang lebih memastikan Allah menggesakan siksaan untuk pelakunya di dunia, yang semisal kejahatan dan memutus hubungan kerabat, (Allah) juga mempersiapkan siksaan untuknya di akhirot.”
Baca: ‘An Abi Barzah Al-Aslami, qaala Rasulullah SAW, “Yaa ma’syara man aamana bilisaanihi walam yadkhulil iimaanu qalbahu laa taghtaabul muslimiina wa laa tattabi’uu ‘aurootihim. Fa innahu manittaba’a ‘aurootihim yattabi’ Allah ‘aurotah. Waman yattabi’ Allah ‘aurotahu yafdhoch fii baitih.”
Baca: ‘An Abi Bakroh qaala qaala Rasulullah SAW, “Maa min dzanbin ajdaru an yu’ajjila Allah Ta’ala lishoobihil ‘uquubata fiddunya ma’a maa yaddakhiru lahu fil aakhiroti mitslul baghyi wa qothi’atir rohim.”