Pada
zaman Utsman bin Affan RA, Islam telah membahana. Hingga penduduk bumi semuanya
takut pada Islam. Ali penerus Utsman bentrok dengan Aisyah RA, tetapi musuh
Islam diam, karena sudah takluk sepenuhnya pada Islam. Ali bentrok dengan Muawiyah di daerah Shiffin, musuh juga diam, karena sangat takut pada Islam yang saat itu terlalu kuat.
Apalagi
pada zaman Tabiin; Kalimat Allah ‘berkibar’ di langit kejayaan. Karena tahu bahwa kejayaan tersebut berkat Al-Qur’an; maka banyak
orang menghafalkan Al-Qur’an. Di antara para Huffadz (Penghafal
Al-Qur’an), ada yang karena saking mahirnya; bertekat ‘saya di Makkah nanti’
akan berbicara dengan Firman Allah (Ayat Al-Qur’an). Maksudnya jika ada orang
bertanya, atau menyapa, atau menegur; dijawab dengan Ayat Al-Qur’an. Karena semua
pertanyaan manusia; pasti ada jawabannya di dalam Al-Qur’an.
Hajjaj melarang dia memandang dirinya, dan perintah agar melihat ke tanah. Said memandang ke tanah dengan tenang sekali. Bibirnya melontarkan jawaban yang diambil dari Firman
Allah, “مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ
وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى.”
Artinya:
Darinya, Kami telah mencipta kalian. Di dalamnya, Kami akan mengembalikan kalian. Darinya, Kami akan mengeluarkan kalian
pada ulangan yang lain.
Hati Hajjaj bergetar takut, tetapi tangannya mengayunkan pedang sekuat tenaga. Semua
orang yang memandang terkejut ketika kepala Said menggelundung, oleh tebasan pedang. Namun bibir Said melafalkan, “Laa Ilaaha illaa Allah” tiga kali. Yang pertama fasih. Yang
kedua dan ketiga cedal.