Beruntung sekali mata-mata bernama Ishmah tidak menjelaskan di dalam suratnya pada raja negeri Izaz, bahwa ada pasukan Arab di bawah pimpinan Malik Al-Asytar akan menyerang.
Di dalam persembunyian, Malik mengikat tawanannya bernama Thariq, lalu menunggu kedatangan raja negeri Rawandat dan 500 pasukannya.
Ketika malam telah kelam, derap kaki kuda mengusir sepi. Malik dan pasukannya menyergap dan mengikat raja dan 500 pasukannya.
Thariq berkata, “Sebetulnya saya pernah menyatakan Islam pada Umar, tetapi Muhammad SAW pernah bersabda ‘barang siapa murtad, maka bunuhlah!’.”
Malik senang dan berkata, “Semoga Allah memberi kau petunjuk dan menetapkan keimananmu.” Lalu berkata, “Ya Hamba Allah, saya ingin dosa yang telah kau lakukan lebur.”
Thariq bertanya, “Maksud kau bagaimana?.”
Malik berkata, “Pergilah menuju raja negeri Izaz! Untuk memberi tahu bahwa raja negeri Rawandat akan datang untuk menolong.”
Thariq menjawab, “In syaa Allah akan saya lakukan. Kalau meragukan kejujuranku, silahkan kau menyuruh orang kepercayaanmu agar mengawasi aku. Malam telah larut; sementara yang berjaga di benteng berpintu gerbang dikunci rapat itu 'sangat banyak'. Untuk itu saya hanya bisa berteriak dari bibir jurang.”
Thariq berkata pada kemenakan Malik, “Ini jelas ada peperangan atau pembunuhan di dalam benteng.” Mereka berdua menyimak kegaduhan dan teriakan dari dalam benteng.
Lawan adalah lelaki pemberani yang pernah diutus oleh ayahnya, agar mengirimkan hadiah pada Raja Yuqana yang masih kerabatnya. Di sana, Lawan ditempatkan pada rumah mewah agar senang.
Dalam waktu beberapa bulan itu Lawan sering memasuki istana Yuqana.
Dia pernah terkejut saat melihat puri Yuqana yang cantik jelita dikelilingi sejumlah pelayan dan kasim (pelayan rendahan). [2] Lawan jatuh cinta pada putri itu dan pulang, untuk memberitahukan isi hatinya pada ibunya di Izaz.
Ibunya berkata, “Akan saya laporkan agar ayahmu mengutus utusan, untuk melamar dan menikahkan dia denganmu. Berapa maskawin yang diminta akan kami berikan.”
Di saat Lawan sedih karena dilanda rindu terhadap putri itu; Raja Yuqana dan 100 pasukan Arab datang ke kerajaan Izaz, dan ditawan oleh ayahnya.
Ayah Lawan berpesan, “Jagalah!.”
Lawan berpikir, “Sungguh Raja Yuqana putra paman saya ini, lebih tahu mengenai segala agama. Kalau Islam tidak benar, tentu Raja Yuqana tidak Islam. Karena sebelumnya Raja Yuqana memerangi kaum Arab dengan mati-matian. Saya juga heran kenapa pasukan Yuqana bisa ditaklukkan oleh kaum Arab yang lemah? Karena Allah menolong mereka. Saya sangat mencintai putri dia. Mereka akan saya lepas dan saya akan mengikuti agama mereka, dengan syarat Yuqana menikahkan saya dengan putrinya. Saya akan memeluk agama yang benar, dan akan segera menyunting putrinya.”
Bersambung.