SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

Tampilkan postingan dengan label Bahasa Arab. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bahasa Arab. Tampilkan semua postingan

2015/06/22

Kata dari Bahasa Arab Artikel Menarik




Kalau ingin tahu makna, “Kata dari bahasa Arab,” dengan tepat, pelajarilah Kamus bahasa Arab. Dan kitab kamus mengenai itu yang unggul “Lisanul-Arab.” Di sana dijelaskan:
“(Istilah) Hakamu adalah Allah SubhanaHu wa Taala, yakni Lebih adilnya para hakim.” Dia juga disebut “Al-Hakiim SubhanaHu wa Taala” Yang berkuasa menghukumi.
Menurut Allaits, “Al-Hakam adalah Allah Taala.” Al-Azhari menjelaskan, “Termasuk Sifat-Sifat Allah:
1.     Al-Hakam.
2.     Al-Hakiim.
3.     Dan Al-Haakim.
Makna (tiga) Nama ini hampir sama. Allah lebih tahu mengenai yang dikehendaki. Kita berkewajiban iman bahwa itu semua Nama-NamaNya.
Ibnul-Atsir membahas Nama-Nama Allah Taala:
1.     Al-Hakam.
2.     Dan Al-Hakiim.
Duanya bermakna Maha Menghukumi, yakni penentu.
Hakiim, se-wazan (sebentuk) fa’iil bermakna faa’il. Atau bermakna, “Dia yang menentukan dan menepatkan segala sesuatu.
“Hakiim” fa’iil bermakna muf’il. Ada yang berkilah, “Al-Hakiim, bijaksana, yakni sangat pandai. Lafal “Hikmah” istilah untuk menjelaskan ‘kemampuan mengetahu rahasia sesuatu’, berkat ilmunya yang tinggi.” [1]




[1] لسان العرب (12/ 140)
حكم: اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَحْكَمُ الحاكمِينَ، وَهُوَ الحَكِيمُ لَهُ الحُكْمُ، سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى. قَالَ اللَّيْثُ: الحَكَمُ اللَّهُ تَعَالَى. الأَزهري: مِنْ صِفَاتِ اللَّهِ الحَكَمُ والحَكِيمُ والحاكِمُ، وَمَعَانِي هَذِهِ الأَسماء متقارِبة، وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا أَراد بِهَا، وَعَلَيْنَا الإِيمانُ بأَنها مِنْ أَسمائه. ابْنُ الأَثير: فِي أَسماء اللَّهِ تَعَالَى الحَكَمُ والحَكِيمُ وَهُمَا بِمَعْنَى الحاكِم، وَهُوَ الْقَاضِي، فَهو فعِيلٌ بِمَعْنَى فاعِلٍ، أَوْ هُوَ الَّذِي يُحْكِمُ الأَشياءَ وَيُتْقِنُهَا، فَهُوَ فَعِيلٌ بِمَعْنَى مُفْعِلٍ، وَقِيلَ: الحَكِيمُ ذُو الحِكمة، والحِكْمَةُ عِبَارَةٌ عَنْ مَعْرِفَةِ أَفْضَلِ الأَشياء بِأَفْضَلِ الْعُلُومِ.

2015/04/19

Hikmah



Ahli nahwu bernama Ibnu Malik berkata, “Wafa’latun limarrotin kajalsatin wafi’latun lihaiatin kajilsah.” [1]

Artinya “(Semua lafal yang sewazan) fa’lah untuk menyatakan dilakukan sekali, seperti ‘jalsah’ duduk sekali. (Semua lafal yang sewazan) fi’lah untuk menyatakan ‘tingakah, gaya, atau model’, seperti ‘jilsah’ model atau tingkah duduk(nya).”

Karena, “Hikmah”  Sewazan dengan ‘jilsah’  maka artinya ‘kelakuan atau ucapan benar’.
Mujahid menjelaskan,  “Benar ketika berkata dan berbuat.” [2]

Jika Firman Allah dikaji, maka makin jelas, “Dan niscaya Kami benar-benar telah memberi ‘hikmah’ pada Luqman. (Berbentuk ajaran) ‘bersyukurlah! Pada Allah. Lalu Allah menjelaskan faidah dari ‘hikmah’ bersyukur, ‘barangsiapa bersyukur, maka bersyukur untuk dirinya’. (Dan menjelaskan bahayanya kufur (tidak bersyukur)) ‘barangsiapa kufur, maka Allah Maha Kaya, Maha Terpuji’.” [3]




[1] ألفية ابن مالك (ص: 41)
وفعلة  لمرّة  كجلسة ... وفعلة  لهيئة  كجلسة.
[2] تفسير القرطبي (3/ 330)
قَالَ مُجَاهِدٌ: الْإِصَابَةُ فِي الْقَوْلِ وَالْفِعْلِ.
[3] {وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ} [لقمان: 12].

2014/04/05

Bedah Asshichah



والنَبْوَةُ والنَباوَةُ: ما ارتفع من الأرض. فإنْ جعلت النَبِيَّ مأخوذاً منه، أي أنه شُرِّفَ على سائر الخلق فأصله غير الهمز، وهو فعيل بمعنى مفعول، وتصغيره نبى، والجمع أنبياء.
Artinya:
Annabwatu dan Annabawatu, adalah bagian tanah yang tinggi. Jika dibaca, “Annabiy,” maka asalnya dari lafal ‘Annabwatu’ tersebut. Maksudnya, karena dia dimuliakan mengalahkan semua makhluq. Aslinya lafal, “Nabik (نَبِيءٌ) tidak menggunakan huruf hamzah. Dia se-wazan faiil bimakna maful. Bentuk tashghir-nya, “Nubai” jamaknya ‘Anbiyak (أنبياء)’.

2013/09/14

Lisanul-Arab




Lisanul-Arab kamus bahasa Arab sohor di kalangan ulama lughot. Kamus ini lebih berbobot daripada Al-Munjid, karena isinya lebih banyak. Melalui kamus ini kita bisa membaca: لسان العرب (3/ 385)
والمُلَبِّدُ مِنَ الْمَطَرِ: الرَّشُّ؛ وَقَدْ لَبَّد الأَرضَ تَلْبِيدًا. ولُبَدٌ: اسْمُ آخَرِ نُسُورِ لُقْمَانَ بْنِ عادٍ، سَمَّاهُ بِذَلِكَ لأَنه لَبِدَ فَبَقِيَ لَا يَذْهَبُ وَلَا يَمُوتُ كاللَّبِدِ مِنَ الرِّجَالِ اللَّازِمِ لِرَحْلِهِ لَا يُفَارِقُهُ؛ ولُبَدٌ يَنْصَرِفُ لأَنه لَيْسَ بِمَعْدُولٍ، وَتَزْعُمُ الْعَرَبُ أَن لُقْمَانَ هُوَ الَّذِي بَعَثَتْهُ عَادٌ فِي وَفْدِهَا إِلى الْحَرَمِ يَسْتَسْقِي لَهَا، فَلَمَّا أُهْلِكُوا خُيِّر لُقْمَانُ بَيْنَ بَقَاءِ سَبْعِ بَعْرات سُمْر مِنْ أَظْبٍ عُفْر فِي جَبَلٍ وَعْر لَا يَمَسُّها القَطْرُ، أَو بَقَاءِ سَبْعَةِ أَنْسُرٍ كُلَّمَا أُهْلِكَ نَسْرٌ خلَف بَعْدَهُ نَسْرٌ، فَاخْتَارَ النُّسُور فَكَانَ آخِرُ نُسُورِهِ يُسَمَّى لُبَداً.

Artinya:
Al-Mulabbid (Becek lengket) dari hujan, artinya ‘guyuran’ (hujan). Sungguh hujan telah membuat tanah lengket secara nyata.
Lubad nama akhir burung Nasr (milik) Luqman bin Ad. Luqman menamakan burung tersebut Lubad, karena burung itu lengket dan menetap. Tidak bisa pergi dan tidak mati. Seperti kaum lelaki yang lengket pada rumah mereka; tidak bisa keluar dari rumah. Lafal ‘Lubad’ bisa ditashrif karena bukan ma’dul (dibelokkan).
Kaum Arab yakin bahwa Luqman inilah yang pernah diutus oleh Ad (kaum Nabi Hud AS), untuk berkunjung ke Tanah Haram, untuk beristisqa’ (memohon hujan pada Allah), untuk kaumnya.
Ketika mereka telah dibinasakan oleh Allah (dengan hujan dan angin); Luqman disuruh memilih akan hidup:
1.    Sepanjang umur tujuh unta liar, yakni kawanan kijang berwarna terang, di gunung Wa’r kering, yang tak tersentuh air hujan.
2.    Atau seumur tujuh burung Nasr. Tiap seekor burung mati; diteruskan lagi dengan burung Nasr lainnya. Luqman memilih beberapa burung Nasr (untuk dipelihara). Burung yang terakhir dinamakan Lubad.

Catatan “Luqman ini” bukan yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an yang diberi hikmah oleh Allah.


Ponpes Mulya Abadi Mulungan

2012/04/01

Bedah Bahasa Arab

Pesan melalui huruf.

Di dalam bahasa Arab, banyak sekali pesan atau pernyataan yang diutarakan melalui huruf. Termasuk di antaranya dengan hufur alif (أَ) dan waw (وَ) dan lainnya. Oleh karena itu kitab nahwu bernama Alfiyah dan kitab ilmu Al-Qur’an bernama Al-Itqan, menjelaskan secara panjang lebar megenai huruf-huruf yang sebetulnya merupakan pesan atau pernyataan.
Contoh hufur alif (أَ) dan waw (وَ) yang sebetulnya pesan atau pernyataan:

أَوَلَمْ يَرَ الْإِنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ [يس/77-83]
Baca:
Awalam yarol insaanu annaa kholaqnaahu min nuthfatin fa idzaa huwa khoshiimun mubiin. Wa dhoroba lanaa matsalan wanasiya kholqohuu qoola man yuchyil ‘idlooma wa hiya romiim. Qul yuchyiihalladziii ansya’ahaaa awwala marrotin wa Huwa bikulli kholqin ‘aliim. Alladzii ja’ala lakum minassyajaril akhdhori naaron fa idzaa antum minhu tuuqiduun. Awalaisalladii kholaqos samaawaati wal ardo bi qoodirin ‘alaa an yakhluqo mitslahum. Balaa wa Huwal Khollaaqul ‘Aliim. Innamaaa amruhuu idzaa arooda syai’an an yaquula lahuu kun fayakuun. Fa subchaanal ladzii bi yadihii malakuutu kulli syai’in wa ilaihi turja’uun.

Artinya:
Masyak manusia itu tidak mengerti bahwa sungguh Kami (Allah) telah membut dia dari nuthfah (sperma)?. Namun tahu-tahu dia justru membantah nyata sekali. Dia membuat gambaran dialamatkan pada Kami, namun melupakan pada dirinya: dia berkata ‘siapa yang akan menghidupkan tulang-belulang yang dalam keadaan keropos ini?’'.
Katakan 'yang akan menghidupkannya yang telah membuatnya pertama kali, memang Dia Maha Tahu pada segala mahkluq. Yaitu yang telah menjadikan api dari pohon-pohon yang hijau untuk kalian: tahu-tahu kalian bisa menyalakan darinya. Masyak yang telah membuat beberapa langit dan bumi tidak mampu membuat pada yang semisal mereka?. Tentu bisa karena Dialah Al-Khollaq (yang Maha mencipta) yang Maha Tahu’. Sungguh urusan-Nya ketika menghendaki sesuatu, berfirman ‘jadi!’, maka jadi. Maha Suci yang di Tanga-Nya kerajaan segala sesuatu, dan kalian akan dikembalikan kepada-Nya.”

Ela bertanya, “Kenapa wa (وَ) dalam awalam (أَوَلَمْ) tidak diartikan?.”
Titik dan Yu Sane menjawab, “Karena hanya menunjukkan bahwa kalimat sebelumnya belum berakhir (wawu athof).”
Liti dan Tengah bertanya, “Kenapa idzaa (إِذَا) dalam kalimat fa idzaa (فَإِذَا) diartikan tahu-tahu?.”
Titik dan Yu Sane menjawab, “Karena untuk menyatakan di luar dugaan (Charful fuj’ah).”
Beberapa orang bertanya, “Maksud kalimat: membuatkan gambaran dialamatkan pada Kami bagaimana?.”
Titik dan Yu Sane menjawab, “Menyodorkan pernyataan dialamatkan pada Allah.”
Dila bertanya, “Kenapa lanaa (لَنَا) diartikan ‘dialamatkan pada Kami?’.”
Liti menjawab, “Karena lam-nya untuk menyatakan ‘dialamatkan’ (ta’lil).”
Ada yang bertanya, “Kok kalimatوَهِيَ  (wahiya) diartikan ‘yang dalam keadaan?’.”
Liti menjawab, “Karena wa (وَ)nya untuk menyatakan keadaan (Chaliyyah).”
Ela bertanya, “Kenapa wa Huwa (وَهُوَ) diartikan ‘memang Dia?’.”
Yu Sane menjawab, “Karena wa (وَ)nya untuk menghubungkan dengan kalimat sebelumnya (wawu athof).”
Ela bertanya, “Kenapa alladzii (الَّذِي) diartikan yaitu yang?’.”
Liti menjawab, “Karena sebagai memperjelas kalimat sebelumnya (badal).”
Titik bertanya, “Kenapa huruf a (أَ) dalam kalimatأَوَلَيْسَ  (awalaisa) diartikan masyak?.”[1]
Mas Liti menjawab, “Karena untuk menyatakan ingkar (lil ingkar) pada orang yang menyodorkan pernyataan dialamatkan pada Allah itu.”
Beberapa orang bertanya, “Apa bedanya inna (إِنَّ) dan innamaa (إِنَّمَا)?.”
Yu Sane menjawab, “Artinya sama, hanya kalau innamaa (إِنَّمَا) untuk menjelaskan rahasia yang harus diketahui.”
Dila dan Titik bertanya, “Kenapa ada an (أَنْ) sebelum yaquula (يَقُولَ)?.”
Liti menjawab, “Kalau dalam bahasa English seperti to, kalau dalam bahasa Arab namanya mashdariyyah.
Gambar pohon Al-Markhu dan Al-Afar bisa dilihat di: http://mulya-abadi.blogspot.com/2011/10/pohon-al-markhu-dan-al-afar.html

Huruf-huruf selain di atas yang merupakan pesan atau pernyataan, sangat banyak. Para ulama berkata, “Sesulit apapun, kalimat dalam Al-Qur’an, Al-Hadits, dan kitab-kitab berbahasa Arab lainnya, akan segera diketahui jika huruf-huruf pesan atau pernyataan tersebut diketahui dengan tepat.”


[1] A (أَ) yang diartikan masyak adalah lilinkar (untuk menyatakan ingkar dalam sebuah pertanyaan). Sedangkan pertanyaan yang diharapkan dijawab ‘ya’ atau biar disetujui, namanya litaqrir (agar dijawab setuju atau dijawab ‘ya).

2011/08/03

Berbahasa Arab





Bersamaan membesarnya Islam, maka bahasa Arab pun makin terkenal. Setelah Umar atau Ali RA menyuruh Abul-Aswad agar menyusun kitab Nahwu, dalam waktu cepat bahasa Arab mendunia. Diperkirakan sebelum meledaknya Perang Salib, bahasa paling terkenal bahasa Arab. Hal itu bisa dilogika dengan sederhana: 1), Kebanyakan lafal atau kata dalam bahasa Indonesia atau Malaisia saat ini berasal dari bahasa Arab.[1] 2), Sebelum Perang Salib meledak, kekuatan paling dahsyat di dunia adalah Arab.

Karena yang membidani lahirnya negara Yahudi adalah English, maka sudah sewajarnya kalau kaum Yahudi menjayakan bahasa English. Kaum Yahudi berhasil menjayakan bahasa English, karena persatuan dan ketaan mereka pada pimpinan luar biasa. Akhirnya kaum Salibis menyingkirkan bahasa Arab dari kaum Muslimiin. Kesultanan Turki ditumbangkan dan penduduk Turki diperintah agar adzan dengan bahasaTurki.

Mengenai agar Muslimiin mencintai dan mempergunakan bahasa Arab, Thobaroni meriwayatkan: المعجم الكبير للطبراني - (9 / 387)
11278 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بن عَبْدِ اللَّهِ الْحَضْرَمِيُّ، حَدَّثَنَا الْعَلاءُ بن عَمْرٍو الْحَنَفِيُّ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بن يَزِيدَ الأَشْعَرِيُّ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُمَا، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ:أُحِبُّوا الْعَرَبَ لِثَلاثٍ: لأَنِّي عَرَبِيٌّ، وَالْقُرْآنُ عَرَبِيٌّ، وَكَلامُ أَهْلِ الْجَنَّةِ عَرَبِيٌّ.
Arti (selain isnadnya):
Dari Ibnu Abbas RA: Sesungguhnya Rasulallah SAW telah bersabda, “Cintailah bahasa Arab karena tiga: 1), Sungguh saya orang Arab. 2), Al-Qur’an bahasa Arab. 3), Bahasa orang surga, Arab.”   

Memang dalam matan Hadits di atas, tidak dijelaskan agar bahasa Arab dipergunakan di dalam khotbah saja. Tetapi lebih pas jika Hadits itu diamalkan di dalam khotbah jumat, karena semua Majlis adalah Muslimiin. Sekarang banyak orang yang bertanya, “Masyak kalau khotbah jumahnya bahasa Indonesia tidak sah?.”

Sebaiknya Firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ وَإِنْ تَسْأَلُوا عَنْهَا حِينَ يُنَزَّلُ الْقُرْآنُ تُبْدَ لَكُمْ عَفَا اللَّهُ عَنْهَا وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ  قَدْ سَأَلَهَا قَوْمٌ مِنْ قَبْلِكُمْ ثُمَّ أَصْبَحُوا بِهَا كَافِرِينَ  [المائدة : 101 ، 102], dikaji lagi.
Baca: Yaaa ayyuhalladziina aamanuuu laa tas’aluu ‘an asy-yaaa’a in tubda lakum tasu’kum. Wa in tas’aluu ‘anhaa chiina yunazzalul Qur’aanu tubda lakum. ‘Afaa Allaahu ‘anhaa wa Allahu Ghafuurun Chaliim. Qad sa’alahaa qaumun min qablikum tsumma ashbachuu bihaa kaafiriiin.
Artinya: Hai khususnya orang-orang yang telah beriman, jangan bertanya mengenai beberapa sesuatu yang jika dijelaskan justru akan menyusahkan pada kalian! Jika kalian menanyakan ketika Al-Qur’an diturunkan, maka dijelaskan pada kalian. Allah telah mengampuni tentang itu, dan Allah Maha Pengampun Maha Penyayang. Sungguh telah ada kaum sebelum kalian, yang menanyakan tentang hal itu, lalu menjadi kaum kafir, karenanya.  

Ayat-ayat ini bukannya melarang kita bertanya, tetapi ajaran bahwa setiap bertanya harus hati-hati. Jangan sampai justru mengakibatkan kita susah atau kafir. Ditinjau dari sababun nuzul (sebab turun)nya saja, sudah mengerikan: Ketika seorang melontarkan pertanyaan yang kurang menguntungkan; Rasulullah SAW murka hingga semua sahabatnya SAW menangis ketakutan. Karena Umar RA bersimpuh atas dua lututnya dan membaca, “Radhiinaa billaahi Rabban wa bil Islaami diinan wa bi Muhammadin nabiyyan,[2] maka kemarahan nabi reda.
Ketika para sahabat nabi hampir terpengaruh oleh cemoohan panjang kaum Yahudi mengenai Qiblat yang dilontarkan melalui pertanyaan bernada sinis; Allah berfirman panjang lebar agar Hamba-HambaNya tidak terpengaruh. Akhir dari Firman itu:
وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي وَلِأُتِمَّ نِعْمَتِي عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ.
Baca: Wa min chaitsu kharajta wawalli wajhaka syathral Masjidil-Charam. Wa chaitsu maa kuntum fawalluu wujuuhakum syathrahu li’allaa yakuuna linnaasi ‘alaikum chujjatun illal ladziina dlalamuu minhum. Fa laatakhsyauhum wakhsyaunii wa li’utimma ni’matii ‘laikum wa la’allakum tahtaduun.
Artinya: Dan dari mana kau keluar, maka hadapkanlah wajahmu lurus Masjidal-Charam. Di mana pun kalian berada, hadapkanlah wajah kalian ke arahnya! Agar tidak ada chujah untuk manusia atas kalian, kecuali orang-orang yang telah lalim dari mereka. Maka jangan khawatir pada mereka! Khawatirlah pada-Ku! Ini bertujuan agar Aku sempurnakan Nikmat-Ku atas kalian, dan agar kalian mendapat hidayah.  

Kalau Allah tidak menurunkan ayat-ayat di atas dan ayat-ayat sebelumnya, mungkin kaum Muslimiin telah terpengaruh kaum Yahudi. Termasuk yang perlu diperhatikan dalam Firman itu, “Ini bertujuan agar Aku sempurnakan Nikmat-Ku atas kalian, dan agar kalian mendapat hidayah.”
Karena kaum Muslimiin dulu mentaati Allah, maka Allah menyempurnakan Nikmat dan Hidayah-Nya untuk mereka. Kalau kaum Muslimiin zaman sekarang tahu seberapa Nikmat Allah yang diberikan pada mereka saat itu, barangkali akan mentaati Allah dengan serius.


Sebagaimana ketika kaum Muslimiin mempertahankan qiblat lalu Allah menyempurnakan Nikmat dan Hidayah-Nya; kalau kaum Muslimiin mencintai dan mempergunakan bahasa Arab pun, manfaatnya akan ganda. Sebaliknya: Terlalu serius dengan pertanyaan, bisa jadi justru akan memetik kesusahan dan kerugian, sebagaimana yang telah kita saksikan dan rasakan. Karena salah dalam bicara atau bertanya.

[1] Selain bahasa Indonesia dan Malaisia pun barang kali juga banyak yang berasal dari bahasa Arab.
[2] رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم نَبِيًّا. Artinya: Kami telah ridho bertuhan Allah, beragama Islam,  dan bernabi Muhammad.