Setelah Thalchah menjelaskan dirinya mengaku sebagai nabi hingga diperangi oleh Khalid dan pasukannya, lelaki itu marah dan mengusir, “Pergi! Saya tak sudi melindungi kau di sini!.”
Thalchah dan istrinya pergi ke Syam dan bertobat pada Allah.
Ketika berita Abu Bakr Wafat sampai padanya, dia berkata, “Lelaki yang menegakkan jihad itu telah wafat. Siapakah yang menggantikan dia?.”
Dan takut menghadap Umar untuk menyatakan telah bertobat. Rasa takut bertemu Khalid yang terlalu ganas, juga selalu menghantui dirinya. Dia takut Khalid tahu bahwa dirinya tinggal di Syam.
Thalchah berpinah ke Qaisariyah (Caesarea) untuk bersembunyi di suatu Jazirah. Ketika arak-arakan pasukan Filasthin datang, dia berkata, “Saya akan menyelinap pada pasukan ini, untuk berupaya menebus dosa, dan mendekat pada Allah, dan pada Muslimiin.”
Ketika Syurachbil hampir disembelih oleh Bathriq Qidamun, Thalchah memacu kuda secepat-cepatnya, untuk menyerang Bathriq tersebut. Ternyata Syurachbil bergerak cepat untuk meloloskan diri dari tindihan yang merenggang. Thalchah mengayunkan pedang sekuat tenaga, hingga leher Bathriq Qidamun putus dan darahnya tumpah, terguyur air hujan.
Dengan mata berlinang Thalchah berkata, “Tapi saya takut Khalid, ya Amer. Dia akan membunuh saya.”
Thalchah mengirup nafas panjang dan merasa lega. Dan berkata, “Saya akan segera mengantar surat yang kau maksud pada Umar RA.”
Amer menulis surat untuk Umar RA. Surat diberikan pada Thalchah yang segera membawanya menuju Madinah, untuk diberikan pada Umar RA.
Di Madinah, tidak ada Umar RA, karena sedang pergi ke Makkah. Thalchah menyusul dan menjumpai beliau, sedang menggelayut pada selambu Ka’bah. Thalchah menirukan menggelayut dan berkata, “Ya Amiral Mukminiin, saya telah bertobat pada Allah azza wajalla.”
Beberapa hari kemudian Thalchah pergi ke Madinah, mengikuti Umar RA.