Nastarus kembali menuju panggung kehormatan yang ternyata telah roboh menewaskan orang banyak. Dalam kepanikan, dia mencari Damis tawanannya yang telah kabur dengan kuda, mendekati Chazim yang membawahi pasukan berjumlah banyak.
Nastarus menghadap Hiraqla untuk melaporkan musibah yang menewaskan dan melukai rakyat berjumlah banyak. Dia berkata, “Demi Al-Masih, kaum Arab ini syaitan-syaitan.”
Pasukan Anthakiyah ribut mencari Damis yang kabur. Sebagian mereka memperhatikan Hiraqla berkata, “Dia pasti masih di sekitar kita! Mungkin menyusup di pasukan kita, yang sama-sama Arabnya.”
Di beberapa tempat terjadi keributan mengenai tawanan Nastarus bernama Damis, yang kabur. Diperkirakan menyusup di pertengahan pasukan Nashrani Arab.
Damis menghunus pedang dan mengayunkan sekuat tenaga ke leher, hingga kepala Chazim putus bersimbah darah. Dan dilemparkan hingga pasukan Nashrani terkejut. Mata mereka terbelalak, tangan seakan-akan beku karena syok, ketika menyaksikan kepala pimpinan mereka terlempar.
Damis memacu kuda secepat-cepatnya, menuju pasukan Muslimiin yang segera memekikkan tahlil dan takbir. Damis datang pada Abu Ubaidah, untuk menyampaikan laporan mengenai yang telah dia lakukan.
Jabalah marah ketika mendengar khabar bahwa anak pamannya bernama Chazim tewas dibunuh oleh Damis. Jabalah datang pada Hiraqla untuk berkata, “Pembesar negeri Romawi, saya tidak tahan menahan kesabaran atas tindakan kaum Arab. Kami akan segera menyerang mereka.”
Hiraqla bertanya, “Ada apa?.”
Ketika akan pergi ke Anthakiyah, untuk menolong Raja Hiraqla, Raja Filanthanus membutuhkan harta berjumlah banyak. Untuk bekal para pasukannya. Dia akan memasuki rumah keramat di dalam kuil yang belum pernah dibuka itu.
Ketika dia akan membuka pintunya, para stafnya melarang. Ada yang berkata, “Raja yang mulia. Sejak pintu rumah ini dikunci yaitu 700 tahun yang lalu; 170 tahun sebelum Al-Masih muncul, hingga detik ini, belum pernah dibuka. Ayah dan kakek-kakek Tuan berpesan agar pintu rumah ini dikunci terus. Yang membangun kuil ini, kakek Tuan bernama Siwi bin Qithus yang dinastinya bertahan selama 390 tahun. Beliau menyampaikan pesan sebagaimana ayahnya, dan mengangkat putranya sebagai penggantinya. Hingga akhirnya kerajaan berada di tangan Tuan. Kerajaan ini di tangan Tuan telah 100 tahun.”