Bab II
Di
saat bulan, segala bintang, langit dan bumi, bertasbih;[1]
Jibril memberi Wahyu yang akhirnya diberi nama Al-Qur’an pada Nabi Muhammad صَلّى
اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ. Tak lama kemudian Nabi mengajak umatnya
agar menyembah Allah, dan meninggalkan berhala-berhala. Namun dakwah yang
disampaikan dengan penuh ikhlas dan cinta, justru ditentang mati-matian
oleh mereka.
Beruntung
sekali beliau memiliki Tuhan yang sangat mencintai. Beruntung sekali dia punya
paman dan istri yang sangat mencintai. Bagi Nabi, Al-Qur’an adalah Anugrah
Allah yang paling agung. Beliau pernah bersabda:
“مَا
مِنَ الأَنْبِيَاءِ نَبِىٌّ إِلاَّ أُعْطِىَ مَا مِثْلُهُ آمَنَ عَلَيْهِ
الْبَشَرُ ، وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِى أُوتِيتُ وَحْيًا أَوْحَاهُ اللَّهُ إِلَىَّ
فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
Artinya
:
Tiada
Nabi dari Nabi-Nabi yang ada, kecuali pasti telah diberi Mukjizat agar diimani oleh
manusia. Hakikinya mukjizat
yang telah diberikan padaku, Wahyu (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan padaku.
Maka saya optimis, saya yang akan lebih banyak pengikutnya di hari kiamat.”
[HR
Bukhari].
Masjidil-Haram
dan sekitarnya yang dulu masih sangat sederhana, tempat keluarga besar Muhammad
SAW. Beliau cucu Nabi Isma’il yang karena barakahnya, maka ada sumur Zamzam. Di
saat Nabi masih kecil, sumur Zamzam berada di antara berhala Isaf dan Na’ilah,
dua berhala yang diyakini asalnya
dua manusia berzina di dalam
Ka’bah, akhirnya berubah menjadi batu dan disembah.
Dulu, tempat kaum Quraisy menyembelih hadiyu
haji atau umrah, berada di
dekat sumur Zamzam, yang memancarkan air pertama kali di saat Hajar ibu Isma’il
sangat sedih, karena kehabisan persediaan air. Padahal Isma’il bayinya sudah
sangat kehausan. Ia melakukan sa’i hingga
tujuh kali, di antara gunung Shafa dan Marwah hingga capek, untuk mencari orang
yang diharapkan bisa menolong.
Ibnu
Hisyam menulis “Tiba-tiba mendengar suara sejumlah binatang buas, hingga Hajar mengkhawatirkan keselamatan bayinya. Dia berlari kencang mendatangi Isma’il
bayinya; ternyata ada mata-air menyembur dari bawah tumit Jibril, karena
Perintah Allah. Saat itu, Isma’il AS menyingkirkan air tersebut dari pipinya, dan
meminum dengan tangannya.
Akhirnya
Hajar membuat pematang, agar air tidak pergi kemana-mana." [2] Walau bagi
orang-orang Quraisy, pernyataan Nabi 'sebagai Utusan Allah' sangat asing,
hingga Nabi dirintangi besar-besaran. Namun sebetulnya bagi kaum Yahudi,
terutama bagi tokoh-tokoh mereka, tidak asing mengenai Muhammad Utusan Allah."
Ibnu
Hisyam mencatat:
Chasan
bin Tsabit bercerita, “Demi Allah, saat itu saya masih sangat kecil, berumur
tujuh atau delapan tahun. [3] Namun saat
ini, saya masih bisa mengingat dengan baik, apa saja yang kudengar saat itu.
Ketika itu saya mendengar seorang Yahudi berteriak sekeras-kerasnya, ‘hai orang-orang Yahudi!’ di atas
rumah susun kota Yatsrib, yang akhirnya disebut kota Madinah.
Setelah
orang-orang berkumpul dan berkata ‘celaka kau, ada apa?’.
Dia
menjawab ‘semalam bintang Ahmad yang menunjukkan kelahiran (Nabi) Ahmad muncul’.”
Pada cucu Chasan bin Tsabit, Muhammad
bin Ischaq bertanya, “Di saat Rasulullah صَلّى
اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ datang ke Madinah, Chasan bin Tsabit
berumur berapa?.”
Dia
menjawab, “Enampuluh tahun.”
Rasulullah
صَلّى
اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ datang ke Madinah, di saat berumur
limapuluh tiga tahun. Berarti di saat Chasan bin Tsabit mendengar ucapan
tersebut, berumur tujuh tahun.
Ibnu
Hisyam menukil tulisan Ibnu Ischaq ke dalam kitabnya, mengenai Nabi Muhmmad, telah diketahui
sebagai Nabi terakhir, oleh kaum Yahudi zaman dahulu. Sejumlah guru Ashim
bin Umar berkata, “Selain karena Rahmat dan Hidayah Allah, yang mendorong kami
masuk Islam : kami dulu sering mendengar sejumlah pria Yahudi. Saat itu kami
masih Musyrik dan menyembah berhala. [4] Karena mereka
ahli kitab, maka memiliki ilmu yang tidak kami miliki. Saat itu, di antara kami
dan mereka sering kali ada keributan. Kalau kami di dalam keributan mengalahkan
mereka, hingga mereka tidak terima. Mereka berkata ‘sungguh saat ini telah
hampir waktunya 'seorang Nabi' diutus. Kami akan bergabung dia memerangi kalian,
seperti memerangi kaum Ad dan Iram’.
Dulu
kami sering kali mendengar perkataan tersebut dari mereka. Namun setelah Allah mengutus Rasul-Nya, justru kami yang merespond ajakannya menyembah Allah
Ta’ala. Di saat itulah, kami menyadari maksud dari ancaman mereka atas kami
dulu. Tegasnya bahwa kami justru mendahului mereka beriman padanya; sementara
mereka justru mengkufuri. Maka beberapa Ayat dari Surat Al-Baqarah ini turun
mengenai kami dan mereka:
وَلَمّا
جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللّهِ مُصَدّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ
قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الّذِينَ كَفَرُوا فَلَمّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا
كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ.
Artinya :
Dan
ketika Kitab dari sisi Allah mencocoki yang menyertai mereka, telah datang
pada mereka. Padahal sebelum itu mereka pernah berdoa-kemenangan untuk
mengalahkan kaum yang telah kafir. Namun setelah yang mereka kenal, datang
pada mereka; mereka justru mengkufuri padanya. Maka Laknat Allah atas
orang-orang Kafir.
Ibnu
Hisyam berkata “يَسْتَفْتِحُونَ,” di dalam Ayat tersebut, artinya memohon pertolongan. Namun ada lagi “يَسْتَفْتِحُونَ,”
yang diartikan minta keputusan hukum:
yaitu di dalam Kitab Allah Ta’ala “رَبّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ
قَوْمِنَا بِالْحَقّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ.
Artinya :
Wahai
Tuhan kami, hukumilah antara kami dan antara kaum kami, dengan hak.
Engkaulah Sebaik-baik yang menghukumi.”
Kaum Yahudi Terperangah
Seusai Perang Khaibar (Sapar tahun tujuh Hijriah / Agustus 628 M) kaum Yahudi terperangah, menyaksikan Nabi tidak meninggal setelah makan racun mereka. Saat itu, mata mereka makin terbuka menyaksikan Muhammad Utusan Allah SAW.
Bukhari
meriwayatkan :
“عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ - رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ - قَالَ لَمَّا فُتِحَتْ خَيْبَرُ
أُهْدِيَتْ لِلنَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - شَاةٌ فِيهَا سُمٌّ فَقَالَ
النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « اجْمَعُوا إِلَىَّ مَنْ كَانَ هَا هُنَا مِنْ
يَهُودَ » . فَجُمِعُوا لَهُ فَقَالَ « إِنِّى سَائِلُكُمْ عَنْ شَىْءٍ فَهَلْ
أَنْتُمْ صَادِقِىَّ عَنْهُ » . فَقَالُوا نَعَمْ . قَالَ لَهُمُ النَّبِىُّ - صلى
الله عليه وسلم - « مَنْ أَبُوكُمْ » . قَالُوا فُلاَنٌ . فَقَالَ « كَذَبْتُمْ ،
بَلْ أَبُوكُمْ فُلاَنٌ » . قَالُوا صَدَقْتَ . قَالَ « فَهَلْ أَنْتُمْ
صَادِقِىَّ عَنْ شَىْءٍ إِنْ سَأَلْتُ عَنْهُ » فَقَالُوا نَعَمْ يَا أَبَا
الْقَاسِمِ ، وَإِنْ كَذَبْنَا عَرَفْتَ كَذِبَنَا كَمَا عَرَفْتَهُ فِى أَبِينَا
. فَقَالَ لَهُمْ « مَنْ أَهْلُ النَّارِ » . قَالُوا نَكُونُ فِيهَا يَسِيرًا ثُمَّ
تَخْلُفُونَا فِيهَا . فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « اخْسَئُوا
فِيهَا ، وَاللَّهِ لاَ نَخْلُفُكُمْ فِيهَا أَبَدًا - ثُمَّ قَالَ - هَلْ
أَنْتُمْ صَادِقِىَّ عَنْ شَىْءٍ إِنْ سَأَلْتُكُمْ عَنْهُ » . فَقَالُوا نَعَمْ
يَا أَبَا الْقَاسِمِ . قَالَ « هَلْ جَعَلْتُمْ فِى هَذِهِ الشَّاةِ سُمًّا » .
قَالُوا نَعَمْ . قَالَ « مَا حَمَلَكُمْ عَلَى ذَلِكَ قَالُوا أَرَدْنَا إِنْ
كُنْتَ كَاذِبًا نَسْتَرِيحُ ، وَإِنْ كُنْتَ نَبِيًّا لَمْ يَضُرَّكَ.
Artinya :
Dari Abi
Hurairah RA : Ketika Khaibar telah ditaklukkan; seekor kambing (bakar) berracun,
dihidangkan pada Nabi صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ.
Tak lama kemudian Nabi bersabda ‘kumpulkan kaum Yahudi yang di sini!’.
Mereka
dikumpulkan di hadapan Nabi SAW yang lalu bersabda ’sungguh saya akan bertanya
kalian: bukankah kalian sanggup berkata jujur padaku?‘.
Mereka
berkata ‘ya’.
Mereka
berkata ‘fulan’.
Nabi bersabda
‘kalian telah berbohong, yang benar ayah kalian fulan’. (Nama ayah mereka
disebut satu-persatu).
Mereka
berkata ‘kau telah benar’.
Nabi bersabda
‘bukankah kalian sanggup berkata jujur padaku mengenai sesuatu yang saya
taanyakan ?’.
Mereka
berkata ‘sanggup ya Ayah
Qasim, jika kami berbohong kau mengetahui kebohongan kami, sebagaimana kau
telah mengetahui kebohongan kami tentang ayah kami’.
Nabi bersabda
pada mereka ‘siapakah ahli neraka?’.
Mereka
menjawab ‘kami akan di dalam neraka sebentar, lalu kalian akan menggantikan di
dalamnya’.
Nabi SAW
bersabda ‘hinalah di dalamnya! Demi Allah selamanya kami takkan menggantikan
kalian di dalamnya.’ Lalu bersabda lagi ‘sanggupkah kalian berkata jujur padaku
mengenai sesuatu ? Jika kalian saya tanya ?’.
Mereka
berkata ‘tentu ya Ayah
Qasim’.
Beliau
bersabda ‘bukankan kalian telah menaruh racun di dalam kambing (bakar) ini ?’.
Mereka
menjawab ‘betul’.
Dia bertanya
‘apa yang mendorong kalian melakukan demikian?’.
Mereka menjawab
‘jika kau bohong, agar kami istirahat darimu; jika kau benar-benar Nabi, racun
tersebut takkan membahayakan kau’." [5].
Diakui atau tidak, bahwa akhlaq Nabi SAW sangat indah. Karena akhlaqnya pula maka musuh-musuh beliau berubah mencintai bahkan
membela mati-matian. [6] Termasuk di
antara mereka; Khalid bin Al-Walid dan Ikrimah putra dua tokoh besar kafir
Quraisy.
Ibnul-Atsir menjelaskan tentang Khalid dan Ikrimah di dalam A-Kamil yang menarik untuk dikaji: [7]
Ibnul-Atsir menjelaskan tentang Khalid dan Ikrimah di dalam A-Kamil yang menarik untuk dikaji: [7]
Khalid dan
Jurjah berhadap-hadapan tidak saling menyerang.
Jurjah berkata “Hai Khalid, jujurlah ! Jangan berbohong kepadaku. Karena orang merdeka tidak pantas berbohong. Jangan menipu aku ! Karena seorang kesatria tak pantas menipu orang baik-baik. Betulkah Allah menurunkan Pedang dari langit pada Nabi kalian ? Selanjutnya diberikan padamu ? Jika kau tebas dengan pedang tersebut, pasti kaum morat-marit?.”
Jurjah berkata “Hai Khalid, jujurlah ! Jangan berbohong kepadaku. Karena orang merdeka tidak pantas berbohong. Jangan menipu aku ! Karena seorang kesatria tak pantas menipu orang baik-baik. Betulkah Allah menurunkan Pedang dari langit pada Nabi kalian ? Selanjutnya diberikan padamu ? Jika kau tebas dengan pedang tersebut, pasti kaum morat-marit?.”
Khalid
menjawab, “Itu tidak benar.”
Dia bertanya,
“Kenapa kau diberi nama Pedang
Allah ?.”
Khalid menjawab, “Yang benar sungguh Allah telah mengutus Nabi-Nya SAW di kalangan kami. Saya dulu termasuk orang yang mendustakan dan memerangi, namun akhirnya Allah benar-benar telah memberiku hidayah, hingga akhirnya saya menjadi pengikutnya. Tak lama kemudian beliau bersabda ‘kaulah Pedang Allah yang dihunuskan untuk orang-orang kafir’. Beliau juga mendoakan agar saya tertolong.”
Jurjah berkata, “Katakan padaku! kau berdakwah padaku kearah mana ?.”
Khalid menjawab, “Yang benar sungguh Allah telah mengutus Nabi-Nya SAW di kalangan kami. Saya dulu termasuk orang yang mendustakan dan memerangi, namun akhirnya Allah benar-benar telah memberiku hidayah, hingga akhirnya saya menjadi pengikutnya. Tak lama kemudian beliau bersabda ‘kaulah Pedang Allah yang dihunuskan untuk orang-orang kafir’. Beliau juga mendoakan agar saya tertolong.”
Jurjah berkata, “Katakan padaku! kau berdakwah padaku kearah mana ?.”
Khalid
menjawab, “Menuju Islam, atau membayar pajak, atau berperang.”
Dia bertanya,
“Lalu seberapakah kedudukan orang yang mengabulkan dakwah kalian, dan memasuki
agama kalian ?.”
Khalid menjawab,
“Kedudukan kita jadi sama.”
Dia bertanya,
“Betulkan pahala dan tabungan dia sama dengan kalian?.”
Khalid
berkata, “Betul, bahkan lebih utama. Karena kami menjadi pengikut Nabi di saat
dia masih hidup. Dia menjelaskan pada kami tentang barang-barang ghaib, dan
banyak keajaiban, maupun Mukjiat yang kami saksikan. Sudah semestinya orang
yang melihat dan mendengar keajaiban seperti kami, masuk agama Islam. Sedangkan
kalian mutlak takkan menyaksikan dan mendengar keajaiban seperti kami. Oleh
karena itu barang siapa masuk Islam dengan tekat bulat dan niat yang benar,
kedudukannya lebih utama dari pada kami.”
Jurjah
membalik perisainya dan mendekati Khalid untuk menyatakan Islam.
Khalid mengajarkan
agama Islam pada Jurjah.
Jurjah mandi
dan shalat dua rakaat, lalu keluar dari tenda bersama Khalid untuk memerangi
kaum Romawi.
Bangsa Romawi
melancarkan serangan bertubi-tubi untuk memukul pasukan Muslimiin yang lalu
terdesak mundur ke belakang. Kecuali yang pemberani, di bawah pimpinan Ikrimah
dan pamannya bernama Charits bin Hisyam.
Ikrimah berkata, “Saya dulu telah memerangi Nabi SAW di segala tempat. Akankah saya lari hari ini ?” Selanjutnya dia berteriak, “Siapakah yang mau berbai’at sanggup mati?.”
Ikrimah berkata, “Saya dulu telah memerangi Nabi SAW di segala tempat. Akankah saya lari hari ini ?” Selanjutnya dia berteriak, “Siapakah yang mau berbai’at sanggup mati?.”
Charits bin
Hisyam dan Dhirar bin Al-Azwar bersama empat-ratus tokoh-tokoh, dan pasukan
berkuda Muslimiin, menyambut ajakannya berbai’at.
Selanjutnya mereka berperang dengan sengit di depan tenda Khalid yang diberi pagar keliling. Hingga dari mereka banyak yang luka berat. Ada yang bisa disembuhkan; ada yang meninggal dunia.
Khalid dan Jurjah melancarkan serangan bertbi-tubi atas kaum Romawi.
Selanjutnya mereka berperang dengan sengit di depan tenda Khalid yang diberi pagar keliling. Hingga dari mereka banyak yang luka berat. Ada yang bisa disembuhkan; ada yang meninggal dunia.
Khalid dan Jurjah melancarkan serangan bertbi-tubi atas kaum Romawi.
Jurjah gugur
di sore hari. Di dalam mengamalkan shalat zhuhur dan asar, umat Islam hanya
dengan isarah, karena peperangan terlalu membahayakan.
Pasukan
Romawi makin melemah.
Khalid menggelembungkan dada, lalu bergerak memasuki pertengahan pasukan berkuda dan
pasukan pejalan kaki mereka.
Pasukan
berkuda mereka bergerak-cepat melarikan diri meninggalkan pasukan pejalan kaki,
menjauhi Khalid sejauh-jauhnya.
Umat Islam sengaja memberi jalan pada pasukan berkuda Romawi yang berlari kencang ke tanah lapang, yang lalu bercerai berai. Pasukan pejalan kaki mereka banyak yang tewas tertebas pedang Khalid.
Pasukan berkuda mereka turun memasuki jurang, disusul oleh Khalid yang mengejar.
Umat Islam sengaja memberi jalan pada pasukan berkuda Romawi yang berlari kencang ke tanah lapang, yang lalu bercerai berai. Pasukan pejalan kaki mereka banyak yang tewas tertebas pedang Khalid.
Pasukan berkuda mereka turun memasuki jurang, disusul oleh Khalid yang mengejar.
Banyak pasukan Romawi yang berlari cepat hingga terjebak jebakan. Jumlah mereka yang tewas terkena jala-jebakan mencapai delapan-puluh ribu. Yang tewas di jala-jebakan lainnya empatpuluh ribu orang. Itu belum terhitung yang tewas, di dalam peperangan.
Ini baru kisah Khalid dan Charits bin Hisyam.
Kisah selain itu masih banyak sekali, yakni orang yang tadinya memusuhi Nabi,
akhirnya menjadi pengikut dan sahabat yang membela mati-matian karena cinta
padanya yang berlebihan. Yang paling menyolok adalah saat Fatchu Makkah, yakni saat
Nabi SAW menaklukkan penduduk Makkah. Banyak sekali musuh-musuh yang berbalik
menjadi pecintanya hingga Nabi bersabda “Yang ini juga menyatakan demikan.
"[9]
Perang Fathu Makkah, peperangan terindah sepanjang sejarah. [10] Ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang itu:
إِنَّا
فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا
مُسْتَقِيمًا وَيَنْصُرَكَ اللَّهُ نَصْرًا عَزِيزًا.
Artinya :
Sungguh
Kami telah membukakan untukmu dengan Pembukaan yang nyata. Sebagai Upaya Allah
mengampuni untukmu; yang telah berlalu dan yang berakhir, berupa dosamu, dan
menyempurnakan Nikmat-Nya untukmu, dan menunjukkan kau pada Jalan yang Lurus.
Dan agar Allah menolong kau dengan Pertongan yang Dahsyat.
Kemenangan
yang dimaksud dalam Surat tersebut, Fathu Makkah. Sungguh Surat tersebut
turun di waktu Rasulilah SAW pulang dari Makkah, saat Perang Hudaibiah
(Dzul-Qa’dah, tahun enam Hijriah) sebagai janji bahwa Nabi SAW akan Diberi Kemenangan.
Lafal kalimat janji tersebut lampau: Sungguh Kami telah membukakan untukmu dengan
pembukaan yang nyata. Sebagaimana adat kebiasaan Tuhan Kejayaan yang
Maha Suci, dalam Berita-Berita-Nya. Karena dalam rangka memastikan dan
meyakinkan mengenai yang akan terjadi. Itu merupakan kebesaran dan
petunjuk jelas bahwa, keadaan-berita tersebut 'penting'. Kalau kau berkata,
“Kenapa dalam Ayat tersebut dinyatakan bahwa Fatcu
Makkah sebagai Upaya Allah mengampuni dosanya?.”
Saya jawab “Huruf lam dalam “لِيَغْفِرَ”
tersebut bukan hanya untuk menyatakan alasan, tetapi untuk menyatakan kumpulnya
Empat Perkara, sebagai Anugrah Nabi:
1. Ampunan.
2. Penyempurnaan
nikmat.
3. Petunjuk
Jalan Lurus.
4. Pertolongan
sangat dahsyat.
Itu
sama halnya dia diberi Firman, “Kami telah mempermudahkan kau Fatchu Makkah,
dan telah menolong kau atas musuhmu. Untuk Kami kumpulkan :
1. Kejayaan
dua kampung.
2. Dan
meraih sasaran cepat, maupun yang ditangguhkan.”
Namun
boleh juga diterangkan, “Fatchu Makkah yang
merupakan jihad pada musuh adalah, penyebab ampunan,
pahala, kemenangan, dan penaklukan, dengan
kekerasan maupun perdamaian, dengan serangan maupun tanpa serangan. Karena
kemenangan adalah sesuatu yang diam selama belum diraih. Jika telah diraih
dengan tangan, berarti telah dimenangkan.”
Ada
yang berkilah, “Kemenangan yang dimaksud dalam Surat tersebut, kemenangan atas
Hudaibiah, hanya di sana tidak ada peperangan yang berat; tetapi terjadi saling
memanahkan anak panah dan lemparan batu, dua-belah fihak."
Dari Ibnu Abbas, “Mereka melempar higga memaksa umat Musyrik masuk ke perumahan mereka.”
Dari
Al-Kalbi, “Mereka menaklukkan higga kaum Musyrikiin minta damai.”
Kalau
kau berkata, “Bagaimana mungkin saat itu menang ? Sedangkan kaum Muslim telah
dihalang-halangi hingga terpaksa menyembelih hadyu dan bergundul di
Hudaibiah?.”
Saya
jawab, “Itu terjadi sebelum Perdamaian Hudaibiah tersebut. Ketika mereka minta
damai dan akhirnya dilaksanakan; maka saat itu terjadi kemenangan nyata.”
Dari
Musa bin Uqbah, “Rasulullah SAW pulang dari Hudaibiah. Seorang lelaki sahabat
Nabi berkata ‘kemenanan apa, ini ? Sungguh mereka telah menghalang-halangi kita
dari Baitillah, dan hadyu kita pun telah dihalang-halangi secara nyata’.
Ucapan
tersebut sampai pada Nabi SAW. Nabi SAW bersabda ‘sejelek-jeleknya ucapan ya ini,
bahkan ini lebih besarnya kemenangan:
1. Kaum
Musyrik telah puas, kalian pulang dari kota mereka.
2. Mereka
minta hukum pada kalian.
3. Mereka
senang berdamai dengan kalian; padahal mereka benci melihat keadaan kalian’.”
Dari Sya’bi: Surat tersebut turun di Hudaibaiah. Dalam peperangan tersebut Rasulullah SAW mendapatkan Anugrah, tidak seperti dalam peperangan lainnya:
1. Dilakukan
Bai’atur-Ridhwan.
2. Diampuni
dosanya yang telah terdahulu dan yang akhir.
3. Kerajaan
Romawi taklukkan kerajaan Farisi.
4. Hadyu
Muslimiin sampai pada tempatnya.
5. Dijanji
akan mendapatkan kebun kurma Khaibar.
6. Dalam
peperangan tertsebut ada Mukjizat unik: mata-air yang telah mengering airnya.
Rasulullah SAW berkumur, lalu menumpahkan air kumur ke dalamnya. Air sumur
memancar hingga semua orang yang barada di sana bisa minum. Ada yang
memberitakan, “Airnya lalu menyembur hingga memenuhi sumur tersebut, dan
setelah itu airnya tak pernah surut."
Ada
yang menjelaskan, “Ayat tersebut sebagai berita akan menaklukkan Khaibar.”
Ada
lagi yang berkata, “Penaklukan Romawi (akan segera terlaksana).”
Ada
lagi yang berkata, “Surat tersebut sebagai pernyataan bahwa :
1. Allah
memberi Kemenangan pada Nabi, dengan perantaraan Islam dan Kenabian.
2. Berdakwah
boleh menggunakan hujah (penjelasan) maupun pedang. Dan tidak ada
kemenangan yang lebih jelas dan lebih dahsyat dari pada itu.
3. Kemenangan
tersebut mengepalai segala kemenangan. Tiada kemengan Islam kecuali di
bawahnya, sebagai cabang dari kemenangan Khaibar tersebut.”
Ada
lagi yang berkata, “Makna Ayat tersebut ‘Kami telah memutusan keputusan yang
jelas untukmu, atas penduduk Makkah, agar :
1. Kau
dan sahabat-sahabatmu bisa memasuki kota Makkah tahun depan.
2. Agar
kalian bisa berthawaf sebagai fitachah, yakni
melaksanakan keputusan dalam Perjanjian Hudaibiah tersebut.
Seperti
inilah penjelasan Qatadah ‘مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِكَ
وَمَا تَأَخَّرَ – Dosamu yang telah duluan dan yang
belakangan’, maksudnya semua dosa yang telah berlalu darimu (Nabi).”
Dari
Muqatil, “Maksudnya seluruh dosanya di zaman Jahiliah dan setelah itu.”
Ada
yang berkata, “Yang telah berlalu berupa cerita Mariyah, dan yang belakangan
berupa istri Zaid. Sedangkan ‘نَصْراً عَزِيزاً
– Pertolongan dahsyat’ maksudnya :
1. Di
dalam pertolongan tersebut, ada kekuatan dahsyat.
2. Atau
sifat pertolongan tersebut disandarkan sebagai majazi, atau yang dahsyat adalah
pelakunya.” [Tafsir Al-Kassyaf li Az-Zamakhsyari].
Surat Al-Fatch
yang diturunkan, di saat Nabi dan umat Islam stres berat, murupakan hiburan,
pelajaran, anugrah, dan Mukjizat Allah untuk Muhammad SAW dan umatnya.
Nabi
Muhammad SAW bersabda:
“لَقَدْ
أُنْزِلَتْ عَلَىَّ اللَّيْلَةَ سُورَةٌ لَهِىَ أَحَبُّ إِلَىَّ مِمَّا طَلَعَتْ
عَلَيْهِ الشَّمْسُ.
Artinya :
Niscaya
semalam benar-benar telah diturunkan padaku, Surat yang sungguh lebih
menyenangkan padaku daripada yang disinari oleh matahari,”
adalah benar.
Ada pernyataan dalam Surat tersebut yang membuat umat Islam makin berbahagia :
” وَأَثَابَهُمْ
فَتْحًا قَرِيبًا وَمَغَانِمَ كَثِيرَةً يَأْخُذُونَهَا وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا
حَكِيمًا وَعَدَكُمُ اللَّهُ مَغَانِمَ كَثِيرَةً تَأْخُذُونَهَا فَعَجَّلَ لَكُمْ
هَذِهِ وَكَفَّ أَيْدِيَ النَّاسِ عَنْكُمْ.
Artinya :
Dan
Allah mengganjar pada mereka, Kemenangan sangat dekat, dan Rampasan perang
banyak, yang akan mereka ambil. Dan sungguh Allah Maha Mulia Maha Bijak.
Allah telah menjanjikan Rampasan perang banyak yang akan kalian ambil. Dia telah mempercepat ini untuk kalian, dan telah
menghalang-halangi tangan-tangan manusia dari kalian." [Qs Al-Fatch
18 - 20].
Dalam kenyataan Rasulullah SAW menaklukkan kota
terkaya se Arab yaitu Khaibar, tiga bulan setelah Ayat itu turun (Agustus 628
M). Pada pertengahan bulan Sapar, para sahabat sejumlah 1.500 orang, [12]
berangkat menuju Khaibar, dengan penuh keyakinan bahwa; akan menang, dan
akan mendapatkan rampasan perang banyak.
As-Suhaili menjelaskan, “Nabi tinggal di Madinah
hanya tujuh hari.”
Sebelum terjadi peperangan, Rasulullah SAW menulis surat untuk penduduk Khaibar:
Sebelum terjadi peperangan, Rasulullah SAW menulis surat untuk penduduk Khaibar:
بِسْمِ
اللّهِ الرّحْمَنِ الرّحِيمِ مِنْ مُحَمّدٍ رَسُولِ اللّهِ - صَلّى اللّهُ
عَلَيْهِ وَسَلّمَ - صَاحِبِ مُوسَى وَأَخِيهِ وَالْمُصَدّقُ لِمَا جَاءَ بِهِ
مُوسَى : أَلَا إنّ اللّهَ قَدْ قَالَ لَكُمْ يَا مَعْشَرَ أَهْلِ التّوْرَاةِ ،
وَإِنّكُمْ لَتَجِدُونَ ذَلِكَ فِي كِتَابِكُمْ { مُحَمّدٌ رَسُولُ اللّهِ
وَالّذِينَ مَعَهُ أَشِدّاءُ عَلَى الْكُفّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ
رُكّعًا سُجّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي
وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التّوْرَاةِ
وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ
فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزّرّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ
الْكُفّارَ وَعَدَ اللّهُ الّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصّالِحَاتِ مِنْهُمْ
مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا } وَإِنّي أَنْشُدُكُمْ بِاَللّهِ ، وَأَنْشُدُكُمْ
بِمَا أُنْزِلَ عَلَيْكُمْ وَأَنْشُدُكُمْ بِاَلّذِي أَطْعَمَ مَنْ كَانَ
قَبْلَكُمْ مِنْ أَسْبَاطِكُمْ الْمَنّ وَالسّلْوَى ، وَأَنْشُدُكُمْ بِاَلّذِي
أَيْبَسَ الْبَحْرَ لِآبَائِكُمْ حَتّى أَنَجَاهُمْ مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ
إلّا أَخْبَرْتُمُونِي : هَلْ تَجِدُونَ فِيمَا أَنْزَلَ اللّهُ عَلَيْكُمْ أَنْ
تُؤْمِنُوا بِمُحَمّدٍ ؟ فَإِنْ كُنْتُمْ لَا تَجِدُونَ ذَلِكَ فِي كِتَابِكُمْ
فَلَا كُرْهَ عَلَيْكُمْ . قَدْ تَبَيّنَ الرّشْدُ مِنْ الْغَيّ - فَأَدْعُوكُمْ
إلَى اللّهِ وَإِلَى نَبِيّهِ.
Artinya :
Dengan Nama
Allah Maha Asih Maha Sayang. Dari Muhammad Rasulullah SAW sahabat Nabi Musa dan
sahabat saudaranya AS, yang mencocoki pada yang telah dibawa oleh Musa. Ingat,
sungguh Allah telah berfirman pada kalian, “Hai penganut Taurat,” kalian
sendiri juga menjumpai demikin itu di dalam kitab kalian:
“Muhmmad Utusan Allah. Kaum yang menyertai dia, keras
atas kaum Kafir; saling sayang antar mereka. Kau lihat mereka rukuk sujud
mencari Kefadhalan dan Keridhoan dari Allah. Tanda mereka, di wajah-wajah
mereka berupa bekas sujud. Demikian itu gambaran mereka di dalam Taurat dan
Injil: bagaikan padi mengeluarkan tunasnya untuk memperkuat, hingga dia tegak atas tangkainya. Menakjubkan orang-orang yang
menanam. Agar dengan itu, Allah membuat kaum Kafir benci. Allah telah
menyediakan Ampunan dan Pahala besar pada orang-orang yang telah beriman dan
beramal shalih dari mereka.
Saya akan bertanya kalian demi Allah, saya akan bertanya pada kalian mendasari yang telah Allah turunkan pada kalian, saya akan bertanya kalian karena Allah telah memberi madu dan burung pada pendahulu kalian sebelum kalian, keluarga besar kalian. Saya akan bertanya kalian demi yang telah mengeringkan lautan untuk kakek-kakek kalian, hingga Dia menyelamatkan mereka dari Fir’aun dan usahanya. Kalian harus memberi tahu saya: bukanah kalian menjumpai perintah agar kalian beriman pada Muhammad di dalam Kitab yang Allah turunkan pada kalian ? Kalau kalian tidak menjumpai maka tidak ada paksaan Islam atas kalian. Kebenaran telah jelas dari kesalahan. Saya mengajak kalian menuju Allah dan Nabi-Nya.”
Tempuh Perjalanan Jauh
Orang Arab zaman dulu menyebut “Jarak tempuh dari Madinah hingga Khaibar, delapan barid ke arah Syam.” Satu barid: 12 mil. Khaibar adalah kawasan yang dihuni kaum Yahudi. Kota tersebut berisi beberapa benteng atau kastil, dan perkebunan kurma yang sangat luas. Kastil-kastil tersebut tidak berkumpul dalam satu tempat, tetapi pada beberapa tempat terpisah di dalam beberapa dataran, bersebelahan.
Di
pertengahan perkebunan yang sangat luas, mereka mendirikan kastil-kastil.
Khaibar merupkan tempat persembunyian umat Yahudi yang mencari kenyamanan
hidup. Ada tujuh kastil dari batu yang bertengger di sana:
1. Na’im.
2. Al-Qamus
(tempat tinggal tokoh besar mereka, Abul-Chuqaiq).
3. As-Syaqq.
4. An-Nathah.
5. As-Salalim.
6. Al-Wathich.
7. Al-Katibah.
Menurut
Qarwini “Khaibar saat itu kota yang sering dijangkiti penyakit panas, dan
penduduknya yaitu kaum Yahudi, suka melancarkan makar dan kejahatan. Di antara
mereka yang dikenal masyarakat luas, sebagai orang baik, hanya Samual bin
Adiya.”
Pasukan berkuda Muslimiin 300 orang. Istri Nabi
yang mendampingi beliau SAW dalam peperangan tersebut, Ummu Salamah. Dia pula
yang mendampingi Nabi di waktu Perang Hudaibiah beberapa bulan sebelumnya.
Yang dipercaya oleh Nabi agar memimpin jamaah Muslim
di Madinah selama ditinggalkan, Siba’ bin Urfuthah Al-Ghifari. Sebetulnya
banyak yang ingin bergabung dalam perang Khaibar ini, tetapi Nabi menolak
mereka karena taat Peritah Allah. Karena mereka tahu bahwa Perang Khaibar pasti
akan dimenangkan, dan akan mendapatkan rampasan perang yang banyak.
Meskipun sombong dan congkak, namun begitu Muslimin
keluar dari Madinah; kaum Yahudi sangat khawatir kota mereka akan rusak dan
akan dikalahkan. Karena kaum Yahudi Qainuqak, Nadhir dan Quraizhah, juga telah
ditaklukkan oleh Muslimin. Kekhawatiran umat Yahudi tampak sekali dengan adanya,
semua orang Yahudi yang menghutangi orang Islam, segera menagih. Abus-Syacm
termasuk orang Yahudi. Dia segera menagih hutangnya lima dirham, untuk gandum,
yang dibeli oleh Ibnu Abi Chadrad, yang pernah berkata “Besok saja, in sayaa Allah besok saya akan
melunasi jika telah pulang dari Khaibar. Sungguh Allah telah menjanjikan akan
memberi Kemenangan pada Nabi-Nya atas kota Khaibar secara khusus.”
Tentu ucapan Ibnu Abi Chadrad, membuat dia
bertambah berdebar-debar hatinya. Abus-Syachm, orang Yahudi kaya yang memberi
hutang Sya’ir 30 Sha’ pada
Nabi dengan tempo setahun, dan menahan baju perang, hingga akhirnya Nabi
meninggal dunia [13].
Beberapa orang ingat, saat kaum Yahudi keluarga
besar Nadhir berbondong-bondong pergi ke Khaibar, membawa terbang dan seruling.
Sepertinya mereka berbahagia; padahal sesungguhnya hati mereka terluka, perih,
kecut, pahit, bahkan panas, karena terusir oleh Muslimiin. Dipastikan di
pertengahan mereka ada tangisan, jeritan, gertakan, cibiran, pukulan, debaran
jantung, sesak nafas, bingung dan lain-lain.
Itulah kehidupan; dibolak-balik oleh Tuhan.
Sebelum itu kaum Yahudi sangat menguasai Arab. Namun dalam waktu sangat cepat,
tiba-tiba ditaklukkan oleh kaum Arab.
Perjalanan
jauh yang melelahkan akhirnya hampir sampai tujuan. Di saat menghadap kota
Khaibar, Rasulullah bersabda “Berhenti!,” lalu berdoa :
“اللّهُمّ
رَبّ السّمَوَاتِ وَمَا أَظْلَلْنَ وَرَبّ الْأَرَضِينَ وَمَا أَقْلَلْنَ وَرَبّ
الشّيَاطِينِ وَمَا أَضْلَلْنَ وَرَبّ الرّيَاحِ وَمَا أَذْرَيْنَ فَإِنّا
نَسْأَلُك خَيْرَ هَذِهِ الْقَرْيَةِ وَخَيْرَ أَهْلِهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا ،
وَنَعُوذُ بِك مِنْ شَرّهَا وَشَرّ أَهْلِهَا وَشَرّ مَا فِيهَا.
Artinya :
Ya
Allah Tuhan beberapa langit dan yang dinaungi, Tuhan bumi-bumi dan yang dimuat,
Tuhan syaitan-syaitan dan yang disesatkan, Tuahn angin-angin dan yang
ditaburkan. Sunguh kami mohon padaMu :
1. Baiknya ini desa.
2. Baiknya penduduknya.
3. Dan baiknya yang di dalamnya.
Dan
kami berlindung pada-Mu dari :
1. Jeleknya desa ini.
2. Jeleknya penduduknya.
3. Dan jeleknya yang di dalamnya.”
As-Suhaili
berkata “Tiap kali akan memasuki desa, Nabi membaca berdoa di atas.”
Di
malam menegangkan itu, Rasulullah tidak segera melancarkan serangan, tetapi
menunggu sampai subuh. Siapa tahu ada suara Adzan di pertengahan kota tersebut.
Sepertinya orang-orang Yahudi telah tahu bahwa umat Islam akan menyerang. Di
pagi yang semakin terang itu, para petani Yahudi keluar-rumah membawa bajak-bajak
dan wadah-wadah. Di saat menyaksikan Rasulallah SAW dan para pasukan Islam,
mereka berkata “Muhammad dan Khamis,” sambil lari terbirit-birit.
Khamis
adalah formasi pasukan yang disusun menjadi lima titik:
1. Depan.
2. Kiri.
3. Kanan.
4. Tengah.
5. Dan
belakang.
Sontak
Nabi bersabda “Khaibar hancur ! Sungguh halaman kaum yang kami drop ! Menjadi
sejelek-jelek yang diancam.”
Ternyata
Firman Allah benar : Mereka segera kalah sebagian demi sebagaian, dan harta
mereka dijarah. Kastil yang pertama kali dikuasai, Na’im. Yang terakhir
ditaklukkan, yang paling besar, bernama Qamus.
Di
Atas Dinding Kastil
Jantung
berdebar, susah, sebel, benci, geregetan, adalah keadaan yang selalu membalut
perjuangan, apalagi perang. Namun di balik itu, juga ada senang puas dan bahagia.
Demikianlah yang terjadi pada saat itu. Muslimiin geregetan terhadap penghuni
sebuah kastil yang tidak mudah ditaklukkan. Musim panas dan angin besar menyambar
keras, menambah mereka susah. Dalam peperangan yang sengit tersebut, seorang
Yahudi bernama Marhab menaiki benteng dan menjatuhkan lesung batu.
Di
bawahnya, seorang Muslim bernama Machmud terkejut. Topi-perangnya hancur
tertimpa lesung batu. Kulit keningnya mengelupas, darahnya bercucuran. Para
sahabat takjub, saat menyaksikan kulit tersebut direkatkan lagi, oleh Nabi SAW,
hingga pulih seperti semula. Rasulullah SAW membalut dengan kain.
Sebuah
sumber memberitakan, “Yang diserahi memimpin penaklukan kastil An-Nathah, Utsman.
Dia memulai serangan pada hari pertama, siang-hari, dari arah bawah. Jika hari
mulai gelap, dia menarik pasukannya menuju Rajik. Hari berikutnya dia menyerang
lagi dari arah atas, hingga akhirnya menang.”
Ka’b
bin Malik melengkapi, “Di saat kami di Rajik, seorang Yahudi penghuni kastil
An-Nathah berteriak keras ‘saya minta agar diamankan dengan serius, karena
akan menyampaikan sesuatu yang penting !’
Kami
menjawab ‘ya !’.
Kami
bergegas mencari lelaki tersebut, dan saya yang pertama kali menangkap dia.
‘Siapa kau ?’ tanyaku.
Dia
menjawab ‘lelaki Yahudi’.
Kami
memasukkan dia keruangan Rasulullah SAW. Yahudi itu berkata ‘ya ayah Qasim, amankan saya dan
keluarga saya ! Kau akan saya beri tahu rahasia kaum Yahudi’.
Setelah
Nabi bersabda ‘ya’, dia segera membuka rahasia.
Malam
itu juga Rasulullah SAW memanggil dan menggerakkan para sahabat, untuk
menyerang. Rasulullah SAW juga memberi tahukan ‘sungguh kaum Yahudi telah
ditinggalkan oleh pendukung-pendukung mereka. Mereka bahkan telah terusik, berselisih
dan berlari, meninggalkan kastil’.
Di pagi
buta, kami segera bergegas menyerbu. Ternyata penghuni kastil telah kosong.
Hanya anak-anak kecil yang berada di sana. Kami segera menyerbu kastil
As-Syaqq; ternyata istri lelaki Yahudi tersebut di situ.
Nabi
menyerahkan perempuan tersebut padanya, yang segera menggandeng dengan bahagia.”
Rajik
di waktu itu, posko umat Islam. Selama seminggu Rasulullah SAW mengatur
pergantian para sahabat, agar berjaga. Di hari keenam, yang dipilih agar
memimpin pasukan, Umar.
Umar
menggerakkan sahabat-sahabatnya untuk mencerai-beraikan musuh, sehingga
kemenangan makin sempurna. Saat itu pula ada tawanan perang yang hampir
dipenggal lehernya, atas perintah Umar.
Dia
bersilat-lidah “Serahkan saya pada Nabi kalian ! Agar saya berbicara langsung
padanya !.”
Umar
menangkap dan membawa lelaki itu menuju pintu tenda Rasulullah SAW yang sedang
shalat. Setelah mendengar ucapan Umar, Nabi segera mengucapkan salam, dan
menyuruh dia membawa masuk.
Nabi
bertanya “Apa yang di belakangmu, dan siapakah kau?.”
Dia
menjawab “Saya seorang Yahudi. Amanankan saya yang akan menyampaikan informasi
benar padamu.”
Rasulullah
SAW bersabda, “Na’am” maksudnya okay.
Dia
berkata “Malam ini, saya barusan kelur dari kastil An-Nathah, di saat
penghuninya sedang bercerai-berai, dan meninggalkan kastil tersebut.”
Rasulullah
SAW bertanya “Lalu mereka lari kemana?.”
Dia
menjawab “Mereka justru lari menuju kastil yang lebih hina bernama As-Syaqq.
Yang pasti mereka sungguh ketakutan padamu, hingga perasaan mereka bergoncang
hebat. Sebetulnya ini justru kastil Yahudi yang penuh senjata, bahan makan dan
lemak. Bahkan peralatan-perang-berat yang mereka gunakan berperang antar mereka,
juga berada di sini. Mereka menyembunyikan semua itu di ruangan-bawah-tanah.”
Rasulullah
SAW bertanya “Terdiri dari apa saja?.”
Dia
menjawab “Manjaniq” [14]
maksudnya alat pelontar batu. Dia melanjutkan “Di sana juga ada peralatan
perang berupa pedang, topi-perang dan dua dababah
[15].
Jika kau memasuki benteng tersebut besok pagi, pasti akan menemukan.”
Rasulullah
SAW bersabda “In syaa Allah”
artinya jika Allah menghendaki.
Namun maksudnya semoga Allah menghendaki [16].
Lelaki
Yahudi berkata “In syaa Allah saya
akan kesana, karena tak seorang pun yang tahu, kecuali saya. Ada lagi yang
perlu kau ketahui, ambillah itu semua. Yang akan memasang Manjaniq untuk menyerbu kastil
As-Syaq, saya sendiri. Suruhlah sejumlah pria, agar masuk ke bawah Dababah, selanjutnya agar membobol kastil
tersebut dengan jalan menggali tanah. Hari itu juga, kau akan menaklukkan
mereka. Kastil Katibah, juga serbulah dengan cara yang sama.”
Umar
berkata “Ya Rasulallah, saya yakin lelaki ini telah berkata benar.”
Yahudi
tersebut berkata “Ya Abal-Qasim,”
yakni Nabi, Ayah Qasim. “Pastikan darahku aman.”
Nabi
bersabda “Kau orang yang dijamin aman.”
Dia
meneruskan permohonan “Saya memiliki istri di kastil An-Nazzar, pastikan dia
tetap milikku.”
Nabi
menjamin “Dia tetap milikmu.”
Kepadanya,
Rasulullah SAW bertanya, “Kenapa kaum Yahudi memindahkan anak-anak kecil mereka
dari kastil An-Nathah ?”
Dia
menjawab, “Mereka mengkhususkan untuk tentara, dan memindahkan anak-anak ke kastil
As-Syaq dan Al-Katibah.”
Beberapa
orang menjelaskan “Akhirnya Rasulullah SAW mengajak dia masuk Islam.”
Dia
menjawab “Berilah saya waktu mempertimbangkan beberapa hari.”
Pagi
itu, Rasulullah SAW bersama kaum Muslimiin, pergi ke kastil An-Nathah. Ternyata
tak lama kemudian, Allah memberi Kemenangan, atas kastil tersebut. Semua barang
yang dilaporkan lelaki Yahudi tersebut dikeluarkan.
Rasulullah
SAW perintah agar dua Manjaniq segera
dipasang untuk menyerang kastil As-Syaq dan kastil An-Nazar, yang ternyata
penghuninya takluk sebelum batu-batu-lontar habis, dilontarkan dengan Manjaniq. Di saat Rasulullah SAW datang
memasuki kastil tersebut, sebagian penghuninya tewas tertimbun batu-batu
menggunung. Mereka diambil setelah batu-batu disingkirkan.
Nufailah
diserahkan pada suaminya, yaitu lelaki Yahudi bernama Simak, yang telah
menyampaikan rahasia pada Nabi SAW.
Setelah
Rasulullah SAW menaklukkan penghuni kastil Al-Wathih dan Sulalim, Simak masuk
Islam, dan meninggalkan kota Khaibar. Dan tamatlah riwayatnya.
Panji Berkibar; Allahu-Akbar
Kastil
Na’im berada di wilayah An-Nathah. Rasulullah SAW membaris, dan melarang
sahabat-sahabatnya memulai serangan sebelum beliau memberi idzin. Namun
seorang lelaki dari Asyjak melancarkan serangan atas seorang Yahudi. Ternyata
Marhab lelaki Yahudi justru telah mendahului menyerang dan membunuh dia. Orang-orang
berkata ”Ya Rasulallah, si fulan gugur syahid.”
Rasulullah
SAW bertanya “Apakah menyerangnya, setelah saya melarang melakukan serangan ?
Sebelum saya beri idzin ?.”
Mereka
menjawab “Betul.”
Rasulullah
SAW perintah seorang, agar menyerukan, “Surga takkan halal untuk orang yang
maksiat !.”
Rasulullah
SAW memberi idzin Agar Serangan segera dimulai. Muslimiin menempati
posisi mereka masing-masing. Di waktu peperangan berkecamuk dengan seru
tersebut, seorang budak-hitam bernama Yasar Al-Chabasyi, muncul. Dia milik
seorang Yahudi bernama Amir.
Yasar
Al-Chabasyi menggembala sejumlah kambing milik majikannya. Di saat penduduk
Khaibar berlarian menuju kastil untuk berlindung, dia bertanya “Ada apa ini ?.”
Mereka
berlari sambil menjawab “Berperang melawan orang mengaku-aku seorang Nabi
ini.”
Benak
dia berkata “Mungkin justru dia benar-benar Nabi.”
Dia
segera menggiring kawanan kambingnya menuju Rasulullah SAW. Dia berkata “Ya
Muhammad, apa saja yang kau sampaikan ? Dakwahmu kau arahkan ke mana ?.”
Nabi
menjawab “Dakwahku mengajak masuk Islam, saya bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali
Allah, dan saya Utusan Allah SAW.”
Dia
bertanya “Apa pahalaku ?.”
Nabi
menjawab “Surga, jika kau beragama Islam.”
Dia
masuk Islam. Dan berkata “Kambing-kambing yang saya gembala, amanat majikan
saya.”
Nabi
bersabda “Bawalah keluar dari laskar ! Lalu teriaki dan lemparlah, dengan
beberapa kerikil ! Sungguh Allah akan mendatangkan (kawanan kambing) amanatmu,
ke alamatnya!.”
Setelah
budak tersebut melaksanakan; kawanan kambing berjalan pulang menuju pemiliknya
yang tahu pasti budaknya bernama Yasar,
telah Islam.
Rasulullah
SAW nasehat pada Muslimiin, dan membagi tiga panji, yakni bendera besar. Sebelum
perang Khaibar, Nabi belum pernah membawa panji. Sebelum itu jika perang hanya
membawa bendera kecil. Panji yang dibawa oleh Nabi dalam Perang Khaibar, berwarna
hitam, selimut ‘A’isyah yang dibordir pinggir, diberi nama Al-Iqab.
Bendera
kecil yang dibawa oleh Nabi berwarna putih. Tiga panji tersebut diberikan pada :
1. Ali
RA.
2. Al-Chubab
bin Al-Mundzir.
3. Dan
Sa’ed bin Ubadah.
Di
saat Ali keluar menuju barisan musuh, budak hitam tersebut mengikuti di
belakangnya untuk berperang, hingga gugur. Dia diusung ke sebuah tenda laskar.
Rasulullah
SAW menengok, untuk bersabda “Niscaya Allah telah memuliakan dan menggiring
sungguh, pada budak-hitam ini, menuju Khaibar. Dia menerima Islam benar-benar
dari lubuk hatinya. Sungguh saya telah menyaksikan dua-istri bidadari bermata indah,
berada di sisi kepalanya.”
Beberapa
orang melaporkan sedikit berbeda, [17] “Ada seorang lelaki (kafir) dari keluarga besar
Murrah, bernama Abu Syuyaim, berkata ‘saya pernah berada di dalam pasukan yang
dipimpin oleh seorang tokoh bernama Uyainah dari Ghathafan, untuk membantu kaum
Yahudi. Saat itu, kami telah sampai kota Khaibar, namun belum memasuki kastil. Rasulullah
SAW memanggil Uyainah bin Chisn, tokoh dan pimpinan bala-bantuan untuk Yahudi.
Nabi
perintah, “Bawa pulang, orang yang menyertai kau ! Kau saya jamin mendapatkan setengah
kurma Khaibar di tahun ini. Sungguh Allah telah menjanjikan Khaibar untukku
!.”
Uyainah
menjawab “Saya takkan menyerahkan sahabat-sahabat-karib dan tetangga-tetangga
saya, padamu.”
Saat
itu kami berkumpul dengan Uyainah, di sana. Tiba-tiba kami mendengar teriakan
yang tak kami ketahui asalnya, dari langit atau bumi ‘ahli kalian ahli kalian di Chaifak’ tiga
kali. ‘Sungguh janji kalian mengenai mereka,
telah diselisihi’. Ada yang melaporkan bahwa ketika berada
di kalangan mereka, Kinanah bin Abi-Chuqaiq dan sahabat-sahabatnya bersumpah-setia,
untuk melakukan persatuan, dalam rangka memerangi Islam. Yang diangkat sebagai
pimpinan keluarga besar Ghathafan yang ber-jumlah 4.000 orang, Uyainah bin
Chishn. Rombongan ini memasuki benteng atau kastil An-Nathah bersama
orang-orang Yahudi.
Kejadian
ini berlangsung tiga hari sebelum Rasulillah صَلّى اللّهُ
عَلَيْهِ وَسَلّمَ datang ke Khaibar. Setelah datang ke
Khaibar, Rasulillah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ
perintah
pada Sa’ed bin Ubadah, agar menghubungi orang-orang yang berada di dalam kastil
tersebut.
Setelah
sampai ke kastil tersebut, Sa’ed bin Ubadah menyeru “Saya ingin berbicara pada
Uyainah bin Chishn,” dari luar kastil.
Uyainah
bin Chishn hampir menyuruh masuk pada Sa’ed bin Ubadah; namun Marchab melarang
“Jangan kau suruh masuk ! Karena dia akan mengetahui celah-celah dan keadaan
kastil kita ! Yang akhirnya bisa berakibat mereka bisa masuk. Kamu keluar saja
padanya !.”
Uyainah
membantah “Kalau saya justru biar dia masuk, agar dia melihat kokohnya kastil
ini, dan pasukan di dalamnya, yang banyak sekali.”
Marchab
menentang keras, hingga Uyainah terpaksa keluar menjumpai Sa’ed bin Ubadah,
yang menyambut, “Sungguh Rasulallah صَلّى اللّهُ
عَلَيْهِ وَسَلّمَ telah mengutus, agar saya menemui kau,
untuk menyampaikan pesannya ‘sungguh Allah telah
menjanjikan Khaibar untukku’. Oleh karena itu, pulanglah ! Hentikanlah
menghalang-halangi kami ! Kalau kau taat, akan kami beri setengah kurma kota
Khaibar tahun ini.”
Uyainah
berkata, “Demi Allah sungguh kami takkan menyerahkan sahabat-sahabat karib kami
pada musuh, hanya karena sesuatu. Kami yakin sepenuhnya bahwa kau dan orang
yang menyertai kau takkan mampu meng-hadapi mereka ini. Mereka ini berlindung
di dalam kastil yang sangat kuat. Jumlah pasukan bersenjata pedang yang di
dalam juga sangat banyak. Kalau kau bersikeras tak mau meninggalkan lokasi ini
! Kau dan pasukanmu akan hancur sendiri. Kalau kau akan menyerang; mereka pasti
mendahului kau mengerahkan pasukan bersenjata. Demi Allah, mereka ini bukan
hanya seperti kaum Qurisy yang telah melabrak kau dalam Perang Badar saat itu.
Kalau saja saat itu mereka menaklukkan kau, itulah yang mereka harapkan. Namun
karena kalah, maka sisa mereka pulang. Sementara mereka ini, betul-betul sedang
melancarkan makar untuk menyerang kau. Mereka sengaja mengulur waktu hingga kau
akan bosan sendiri.”
Sa’d
bin Ubadah berkata “Saya ber-saksi bahwa kemenanganku sungguh akan segera tiba,
selanjutnya kami akan memasuki kastil yang kau tempati, hingga akhirnya kau
akan memohon yang telah kami tawarkan padamu. Namun saat itu kami tak sudi
memberi kau, kecuali pukulan pedang. Sebetulnya kau sendiri telah menyaksikan kaum
Yahudi yang tinggal di kawasan sangat luas di kota Yatsrib, yang telah kami
taklukkan, hingga mereka cerai-berai berlarian meninggalkan tempat.”
Sa’d
kembali pada Rasulillah SAW, untuk melaporkan yang telah dia perbincangkan
dengan Uyainah. Dia berkata, “Ya Rasulallah, sungguh Allah akan mewujudkan Janjinya
padamu, dan akan menjayakan Agama-Nya [18].
Saat itu, jangan kau beri dia satu kurma pun. Ya Rasulallah, jika telah terkena
pedang, niscaya dia segera menyerahkan kaum Yahudi pada kita. Selanjutnya dia
akan lari terbirit-birit pulang ke kotanya, sebagaimana pernah berbuat demikian
di waktu Perang Khandak.”
Rasulullah
perintah para sahabat, agar menyerbu kastil yang ditempati kaum Ghatafan. Saat
itu hari telah sore. Kastil yang di tuju, Na’im. Beberapa orang terperanjat oleh
seruan utusan Rasulillah, “Meruputlah mengikuti panji-panji kalian, menuju
kastil Na’im ! Yang di dalamnya ada kaum Ghathafan !.”
Sejak
itu, kaum Yahudi ketakutan sehari-semalam.
Kaum
Ghatafan terkejut di saat mendengar suara yang tak diketahui sumbernya, dari
langit atau bumi, “Hai kaum Ghathafan !
Ahli kalian ahli kalian ! Pertolongan di daerah Chaifak,” tiga-kali
“Tiada tanah dan tiada harta”
lanjutnya.
Karena
suara tersebut, kaum Ghathafan bergegas meninggalkan kastil, dengan perasaan
kesal, hina dan ketakutan. Demikian itulah Upaya Allah untuk mendukung
Nabi-Nya.
Di
pagi buta setelah itu, Kinanah bin Abil-Chuaiq yang saat itu berada di kastil
Al-Katibah, mendapat laporan bahwa kaum Ghathafan yang akan membantu, ternyata
telah pulang. Saat itu juga dia menyesali berbuatanya, merasa terhina dan yakin
bahwa dia dan kaumnya akan segera tertimpa kekalahan. Dia berkata “Berarti
persahabatan kita dengan kaum Arab, batal. Sungguh kami dulu pernah melakukan
perjalanan jauh, untuk memerangi Muslimiin. Saat itu mereka menghasud bahwa kami
akan menang. Namun mereka menipu kami. Demi umurku, kalau dulu mereka tidak
menipu kami. Kami tak mungkin memerangi Muhammad.”
Dengan
sengit, Sallam bin Abil-Chuqaiq menggerutu, “Kalian jangan minta tolong orang
Arab untuk selamanya ! Dulu kita pernah menguji mereka sampai di mana kesetiaan
mereka pada kita. Mereka juga pernah berusaha menolong Bani Quraidlah. Namun
akhirnya juga menipu. Kami yakin mereka tidak bisa dipercaya. Padahal
sebetulnya saat itu, tuan Chuyay bin Ahthab [19]
telah
melakukan perjalanan menuju mereka, yang telah membuat perjanjian damai dengan
Muhammad. Akhirnya Muhammad memerangi keluarga besar Quraidzah, di saat kaum
Ghathafan telah meninggalkan gelanggang perang, untuk pulang.”
Beberapa
orang melaporkan, “Ketika kaum Ghathafan telah sampai kampung halaman mereka di
Chaifak, ternyata saudara-saudara mereka di sana biasa-biasa saja.”
Rombongan
bertanya, “Apa ada yang mengejutkan kalian selama kami tinggalkan ?.”
Mereka
menjawab, “Demi Allah tidak ada apa-apa. Sungguh tadinya kami telah yakin bahwa,
kalian telah mendapatkan rampasan perang. Ternyata tidak ada rampasan perang
dan tiada kebaikan di sini.”
Pada
sahabat-sahabatnya, Uyainah berkata, “Demi Allah ini makar-makar Muhammad dan
sahabat-sahabatnya.”
Dengan
heran, Charits bin Auf bertanya, “Dengan apa dia bermakar?.”
Uyainah
menjelaskan “Sungguh kemarin, setelah berada di kastil An-Nathah, tiba-tiba kami
mendengar teriakan yang tidak kami ketahui berasal dari langit atau bumi
‘ahli kalian ahli kalian di Chaifak sana !,” tiga kali, “Tiada tanah dan
tiada harta’.”
Setelah
berpikir sejenak, Charits bin Auf berkata, “Hai Uyainah, demi Allah kalaupun
mendapat manfaat, kau telah terlambat. Demi Allah, suara yang kau dengar itu
berasal dari langit. Demi Allah Muhammad pasti akan menaklukkan orang yang
merintangi. Kehebatan dia mencapai, kalau yang menghalang-halangi
gunung-gunung, niscaya dia tetap akan mencapai yang dia inginkan.”
Ucapan
Charits bin Auf membuat Uyainah menjadi takut, hingga dia tingal di rumah
beberapa hari. Namun akhirnya dia bertekat akan menolong umat Yahudi. Dia
menghubungi sahabat-sahabatnya, agar segera berangkat menolong umat Yahudi.
Ketika
rombongannya telah hampir berangkat; saat itu Charits bin Auf datang untuk
mengatakan, ”Hai Uyainah, taatlah padaku !. Tinggallah di rumah ! Batalkanlah
rencanamu membantu umat Yahudi ! Saya yakin jika kau kembali lagi ke Khaibar;
saat itu kota tersebut telah ditaklukkan oleh Muhammad. Terus terang saya
mengkhawatirkan keselamatamu.”
Walau
makin takut, namun Uyainah tetap juga tidak mau menerima anjuran temannya.
Bibirnya melafalkan, “Saya takkan menyerahkan sahabat-sahabat karibku, apapun
alasannya.”
Di
saat Uyainah pulang ke kampungnya; di saat itu Rasulullah SAW merenggut
kastil-kastil Yahudi, satu demi satu. Bahkan Rasulullah SAW mampu merenggut
beberapa kastil Na’im. Saat itu, umat Yahudi menghujani panah. Para sahabat
menangkis anak-panah-anak-panah tersebut, dengan perisai, agar tidak mengenai Rasulullah
SAW, yang mengenakan baju rangkap dua, bertopi-perang-berumbai-besi. Kuda yang
beliau naiki, bernama Dlarib. Tangan beliau membawa tombak dan perisai.
Para
sahabat melindungi beliau dengan rapat, dan kewaspadaan penuh.
Meskipun
segala upaya telah dikerahkan, namun Muslimiin belum juga meraih kemenangan.
Nabi telah menyerahkan bendera kepemimpinan pada seorang Muhajir; namun tak
juga meraih kemenangan. Ada lagi lelaki yang diserahi bendera agar memimpin
pasukan; namun tak juga meraih kemenangan. Nabi mencoba memberikan bendera kaum
Anshar pada seorang pilihan, agar memimpin perang, namun tak juga berhasil
meraih kemenangan. Rasul Allah SAW mengumpulkan Muslimiin.
Pasukan
Yahudi berjumlah sangat banyak, mengalir bagai air banjir, di bawah pimpinan
Charits Abu Zainab. Derap kaki dan hiruk-pikuk merka bembahana.
Lelaki
pembawa bendera Anshar menyongsong dan menyerang mereka dengan penuh keberanian,
hingga mereka bergeser-mundur sampai ke kastil, dan memasuki kastil. Seorang
tawanan Yahudi digandeng oleh seorang, berjalan cepat keluar dari gerbang
kastil, ke arah depan pasukan mereka, yang lalu menyerang hingga mendesak
pembawa panji kaum Anshar. Sepertinya Nabi berang dan sedih, karena sebetulnya
telah menjelaskan pada Muslimiin bahwa Allah akan memberi Kemenangan. Namun
nyatanya mereka tetap juga mundur. Apa lagi saat itu Sa’d bin Ubadah yang
termasuk sahabat pilihan nabi SAW, pulang dalam kedaan luka. Sehingga dia
terlambat bergabung pada sahabat-sahabatnya. Pembawa bendera kaum Muhajirin juga
terlambat bergabung, hingga dia berkata, “Ini termasuk karena kalian dan
kalian.”
Nabi SAW
bersabda, “Sungguh Syaitan telah datang pada kaum Yahudi, untuk berkata ‘sungguh Muhammad memerangi kalian karena harta
kalian. Undang mereka dan katakan لَا إلَهَ إلّا اللّهُ – Laa Ilaaha Illallaah - Tiada Tuhan
selain Allah ! Dengan itulah kalian telah melindungi harta dan darah kalian;
sedangkan hitungan kalian terserah Allah’.”
Mereka
mengajak sahabat-sahabat mereka untuk mengatakan لا
إلَهَ إلّا اللّهُ; ternyata kebanyakan mereka berkata, “Kita
tidak boleh melakukan demikian, kita tidak boleh meninggalkan undang-undang
Musa; sementara Taurat di kalangan kita.”
Susah
selalu tertutup oleh senang; begitu pula yang terjadi saat itu. Di saat para
sahabat susah karena beratnya perjuangan dan sulitnya meraih kemenangan;
ditambah dengan rasa capek karena telah sekitar tigabelas hari atau lebih
mereka berusaha sekuat tenaga untuk menaklukkan penghuni kastil namun
kesulitan; tiba-tiba Sabda Rasulullah SAW mengejutkan mereka, “لأُعْطِيَنَّ
الرَّايَةَ غَدًا رَجُلاً يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَى يَدَيْهِ – Niscaya
besok pagi, panji ini akan aku berikan sungguh, pada pria yang Allah akan
memberi Kemenangan, karena usahanya.”
Semua
sahabat berharap terpilih sebagai lelaki yang akan diberi panji tersebut.
Hingga malam mereka tidak tidur karena ricuh riuh, membicarakan siapakah di
antara mereka yang akan terpilih.
Di
pagi buta para sahabat telah berdatangan ke hadirat Rasulullah SAW ; semua
berharap akan terpilih. Pertanyaan Rasulullah SAW mengejutkan mereka, “Di mana
Ali bin Abi Thalib?.”
Ada
yang menjawab “Ya Rasulallah dua matanya sedang sakit.”
Nabi
perintah “Panggil dia !.”
Setelah Ali datang; Nabi meludahi dua matanya dan berdoa untuknya [20]; sontak
dia sembuh. Nabi menyerahkan panji tersebut. Ali bertanya, “Ya Rasulallah,
apakah mereka harus saya perangi hingga seperti kita?.”
Nabi
bersabda, “Laksanakan dengan penuh perhitungan ! Hingga kau berhasil mendekati
halaman mereka. Setelah itu, ajaklah mereka menuju Islam [21]. Dan
khabarkan pada mereka, mengenai kewajiban dari Allah atas mereka. Demi Allah,
jika Allah memberi petunjuk seorang lelaki melalui kau, lebih baik untukmu dari
pada kau mendapatkan binatang ternak merah.”
Beberapa
riwayat menjelaskan, “(Sebelum itu) Abu Bakr telah mencoba memimpin membawa
panji, namun tak juga meraih kemenangan. Pagi harinya Umar membawa panji
tersebut untuk memimpin, namun tak juga meraih kemenangan, bahkan Machmud bin
Maslamah gugur.
Gugurnya
panglima perang Yahudi bernama Marchab merupakan kisah bersejarah. Dialah
lelaki yang sangat sombong, dengan membusungkan dada dia membaca syair:
Sungguh saya Marchab yang di Khaibar kondang
Pahlawan yang telah teruji sebagai Jago Pedang
Di saat singa-singa-jantan datang untuk menyerang
Kutusuk dan kupukul dengan pedang
Daerah kekusanku takkan didekati orang
Dia
berkata, “Siapa berani melawan saya ?.”
Ka’b
bin Malik mengabulkan tantangannya.
Gugurnya
Marchab merupakan tragedy bersejarah yang diceritakan di mana-mana, sehingga
justru banyak riwayat yang berbeda.
Ada
yang menjelaskan “Nabi bertanya ‘siapa pengarang syair ini?’. Muhammad bin
Maslamah berkata ‘saya yang mengarang. Ya Rasulallah, saya dendam dia, karena
kamarin sudara laki-laki saya dibunuh’.
Nabi
bersabda ‘lawan dia; ya Allah tolonglah
Muhammad mengalahkan dia’.
Muhammad
mendatangi Marchab untuk menyerang. Saat mereka berdua telah dekat; saat yang
mendebarkan. Di antara mereka berdua, ada pohon Umriyyah penghalang mereka
berdua. Jika satunya menyerang dengan pedang; yang lain menghindar cepat;
pedang membabat melukai pohon. Karena berkali-kali pohon terserang oleh dua
pedang, maka hampir tumbang. Luar biasa: mereka berdua sama-sama menyerang,
menghindar, dan menangkis, dengan pedang dan perisai. Kini bagian atas pohon
telah tertebang, hanya pangkalnya setinggi bocah yang
masih berdiri, sebagai penghalang mereka berdua.
Pedang
Marchab menyambar cepat bagai kilat, ke arah Muhammad yang perisainya
menghalangi dan menggigit pedang Marchab. Muhammad memukul dengan pedang,
hingga menewaskan Marchab.”
Banyak
pula yang meriwayatkan bahwa yang mengakhiri hidup Marchab adalah Ali. Karena
di saat roboh oleh pedang Muhammad, saat itu Marchab belum tewas, tapi sudah
tidak mampu berdiri, karena dua kakinya patah, akhirnya dibunuh oleh Ali [22].
Gugurnya
saudara Marchab bernama Yasir, juga menarik bagi para sejarawan. Dia juga ahli
main pedang. Dia marah setelah saudaranya meninggal bermandi darah. Dia berkata,
“Siapa berani melawan aku?.”
Menurut
Hisyam, kakek dia bernama Az-Zubair bin Al-Awwam mengabulkan tantangannya. Ibu
Az-Zubair bin Al-Awwam bernama Shafiyyah ketakutan dan berkata, “Dia akan
membunuh anakku ya Rasulallah.”
Nabi
menghibur, “Justru anakmu yang akan membunuh dia, in syaa Allah.”
Az-Zubair
bin Al-Awwam telah berhadapan dengannya. Dan dalam beberapa jurus, Yasir gugur
menyusul saudaranya ke alam baka. Jika Az-Zubair bin Al-Awwam ditanya, “Demi
Allah, apakah pedangmu sebelum kau gunakan menyerang Yasir, telah patah.”
Dia
menjawab, “Demi Allah, sebetulnya tadinya belum patah, tetapi saya paksakan
untuk membunuh dia, hingga patah.”
Yang
paling seru peperangan Sayidinaa Ali. Karena mendapat doa khusus Nabi, maka dia
mampu membobol pintu gerbang kastil berupa besi besar lebar sangat berat.
Hingga orang-orang terkejut oleh gelegar suaranya yang membahana. Mereka
berlarian ketakutan hampir tak percaya tapi nyata: pintu gerbang sangat besar
hanya dijinjing dengan tangan satu hingga perang usai. Diperkirakan kalau dipukul
dengannya, mereka hancur-lebur menjadi darah.
Menurut
Ibnu Ishaq, “Pada saat Rasulullah SAW mengutus Abu Bakr RA, agar membawa
panjinya berwarna putih, untuk menaklukkan penghuni kastil, ternyata tak juga
meraih kemenangan, meskipun telah diperjuangkan sekuat tenaga.
Di paginya,
Rasulullah SAW mengutus Umar RA, namun tak juga berhasil meraih kemenangan,
meskipun segala upaya dan tenaga telah dikerahkan.
Rasul
Allah SAW bersabda ‘لَأُعْطِيَن الرّايَةَ غَدًا رَجُلًا
يُحِبّ اللّهَ وَرَسُولَهُ يَفْتَحُ اللّهُ عَلَى يَدَيْهِ لَيْسَ بِفَرّارٍ
– Niscaya besok pagi, panji ini akan aku berikan
sungguh, pada pria yang cinta Allah dan Rasul-Nya; Allah akan memberi Kemenangan
melalui dua tangannya. Dia bukan orang yang mudah lari dari musuh’.
Rasulullah
SAW berdoa dan meludahi mata Ali yang sakit. Selanjutnya baginda perintah
‘ambil panji ini, dan segera berangkat berjuang ! Hingga Allah membuat kau
menang !’.
Salamah
melaporkan, “Demi Allah, penyakit mata Ali langsung hilang. Dia bergegas
melaksanakan tugas, saya mengikuti dia terus di belakangnya, hingga dia
menancapkan panjinya di pertengahan tumpukan batu-batu besar, di bawah kastil.
Dari
atas kastil. seorang Yahudi menengok dia, untuk bertanya, “Siapa kau?.”
Ali
menjawab “Aku Ali bin Abi Thalib.”
Dia
berkata, “Kalian pasti meraih kemenangan yang belum pernah diraih oleh Musa.”
Nyatanya
Ali tak kembali ke hadirat Nabi SAW, sebelum Allah memberi dia kemenangan [23].
Ibnu Ischaq mendapat berita dari Abdullah bin Al-Chusain, dari sebagian
keluarganya, dari Abi Rafiq mantan hamba-sahaya Rasulillah SAW :
“Kami dulu
keluar bersama Ali RA, di saat dia diutus oleh Rasulillah, agar membawa
panjinya. Ketika dia telah mendekati kastil, beberapa lelaki datang menyerang
dengan garang hingga terjadi pertempuran sengit. Perisai Ali RA, terlempar dari
tangannya oleh pukulan pedang seorang. Ali RA bergerak cepat mencabut pintu
besar di sisi kastil, untuk menangkis serangan. Pintu sangat berat tersebut dipergunakan
sebagai perisai dalam perangnya dalam waktu cukup lama, hingga Allah memberi
dia Kemenangan. Setelah peperangan berakhir, dia melemparkan ke tanah. Saya
telah mencoba bersama tujuh teman saya mendirikan, namun tidak mampu.”
Ibnu Chajar
melaporkan, “Bahkan akhirnya diangkat oleh empat puluh orang, namun tidak
mampu.“
Meskipun
secara sekilas seakan-akan perjalanan sejarah Nabi SAW, mulai Perang Khaibar
hingga Fatchu Makkah, hanyalah kekerasan, namun sesungguhnya yang benar adalah
cinta kasih dan akhlaq mulia yang mempesona. Mungkin karena pengaruh Wahyu yang
diturunkan dalam wujud Surat Al-Fatch, sehingga Nabi SAW sangat berhati-hati
dalam menindak manusia. Terlalu banyak kesalahan kaum Khaibar atas Muslimiin.
Pengusiran Nabi SAW atas kaum Khaibar, jauh lebih indah dibanding dengan saat
kaum selain Muslimiin menindak kaum Yahudi dalam waktu sangat panjang dan
fariatif. Kaum Yahudi diperangi dan diusir oleh kaum Nashrani mulai sejak Raja
Qusthanthin (قسطنطين) atau Konstantin, hingga waktu yang
panjang sekali yaitu Deklarasi Balvour, dengan perlakuan yang jauh lebih kejam.
Belum negara-negara besar lainnya. Perang Salib Satu atau amukan Hitler atau
amukan Raja Bukhtunashar atas mereka, mungkin yang paling menojol.
Perang
Khaibar sebagai training Nabi SAW dan Muslimiin, dalam menindak musuh dengan
bijak dan indah. Karena keberhasilannya maka sekitar 19 bulan setelahnya, dapat
menaklukkan bangsa Quraisy dengan cara yang indah sekali, melebihi indahnya
yang dianggap paling indah. Keindahan yang hakiki bukan pada lukisan atau musik
atau atau gadis tercantik, tetapi pada akhlaq sempurna yang diperagakan dengan
tulus dan sadar bahwa, Firman Allah Esa menggetarkan sukma [24].
Sekitar
bulan Syawal tahun 10 Hijriah, seusai kaum Hawazin ditaklukkan Rasulillah SAW,
mereka masuk Islam. Mereka diwakili oleh sembilan orang, datang ke hadirat
Rasulillah SAW, untuk memohon, “Ya Rasulallah, mengenai ibu-ibu, sudara-sudara
perempuan, bibi-bibi dari jalur ayah dan ibu, yang ditawan, membuat kaum kami
terhina.”
Intinya
mereka memohon agar harta dan tawanan perang dari mereka dikembalikan. Nabi SAW
bersabda, “Jawaban paling saya senangi yang jujur, pilihlah di antara dua:
menarik tawanan perang atau harta ?.”
Karena
yang mereka minta telah dibagikan pada Muslimiin, Nabi SAW bersabda, “Yang
bagiannya keluarga besar Bani Hasyim saya kembalikan pada kalian, namun yang
lainnya, akan saya bicarakan dengan Muslimiin dulu. Kalian juga berbicarah pada
mereka, dan katakan bahwa kalian telah Islam!.”
Seusai
Nabi SAW shalat dluhur; para-juru-bicara kaum Hawazin berdiri, menyampaikan
khotbah, memohon Muslimiin agar tawanan perang dari mereka dikembalikan lagi.
Nabi SAW menyanjung Allah lalu bersabda, “Ammaa ba’du, saudara-saudara
kalian ini telah datang kemari sebagai kaum yang bertaubat, dengan serius. Saya
telah berpandangan, tawanan perang saya kembalikan pada mereka. Barang siapa
ikhlas maka silahkan melepaskan; namun barang siapa bersikeras, bagaiannya harus
saya berikan, silahkan juga.”
Beberapa
orang berkata, “Sungguh kami mengikhlaskan,” ke hadirat Nabi SAW. Rasulullah SAW
bersabda, “Sungguh kami tidak tahu, mana di antara kalian yang mengikhlaskan,
dan yang tidak mengikhlaskan. Sekarang silahkan pulang, yang melaporkan secara
rinci, agar pengurus-pengurus kalian (عُرَفَاؤُكُمْ).”
Mereka
pulang, didata dan dinasehati oleh pengurus-pengurus. Pengurus-pengurus mereka
melaporkan pada Rasulullah SAW, bahwa sungguh semua jamaah telah merelakan
tawanan mereka dikembalikan.
Hikmah yang terkandung dalam kajian ini:
Hikmah yang terkandung dalam kajian ini:
1. Meskipun
dalam musyawarah yang dipimpin oleh Nabi SAW tersebut, banyak sekali yang
menyatakan ikhlas mengembalikan tawanannya; namun perlu dicek lagi secara
teliti, mana yang tidak rela, karena hak yang direbut bisa membuat orang sakit
hati.
2. Orang
diam belum tentu setuju, artinya, yang berhubungan dengan hak atau harga diri
seorang, agar menjadi pertimbangan dalam menentukan tindakan. Kalau Nabi SAW
langsung mengembalikan tawanan milik Muslimiin semuanya, atas dasar beberapa orang
yang menyatakan setuju, dipastikan akan ada ganjalan yang menggores hati kaum
yang tidak setuju.
3. Sebetulnya
termasuk yang membuat orang-orang ribut dan mencemooh, dan menggulingkan
pimpinan mereka, kurang peduli atau kurang telitinya pimpinan, dalam menjaga
perasaan umat.
4. Pernyataan, “Diam di dalam musyawarah berarti setuju,”
tidak selamanya benar. Nabi Yusuf AS yang akhlaqnya dikagumi oleh Nabi SAW,
juga pernah diam di saat tidak setuju, saat itu kakak-kakaknya berkata, “Jika dia mencuri, pantesan dulu saudaranya juga
pernah mencuri.” Saat itu Nabi Yusuf AS benci sekali karena
yang dimaksud, “Dulu saudaranya juga
pernah mencuri,” adalah dirinya yang sungguh belum pernah
mencuri. Dalam hati, Nabi Yusuf AS menjawab, “Kalian
lebih jelek kedudukannya; Allah tahu yang kalian jelaskan.”
5. Pembatasan
hak pemimpin demi kemashlahatan diri dan jamaah adalah perlu,
berdasarkan Hadits di atas, dengan tujuan agar mengikuti Sunnah Nabi SAW. Agar
dicintai dan diampuni oleh Allah. Diperkirakan di saat Zaid bin Sa’anah Chabr
(Alim) Yahudi membentak Nabi SAW; sahabat Nabi banyak yang akan
menghajar. Namun Nabi SAW justru bersabda [25] ”Ya
Umar, saya dan orang ini, lebih membutuhkan pada selain ini:
·
Kau perintah agar saya melunasi dengan baik.
·
Kau perintah agar dia menagih dengan baik.
[1] Allah berfirman: تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا – Langit tujuh dan bumi dan orang yang di dalam semuanya bertasbih pada Allah. Tiada bagian ter-kecil dari sesuatu kecuali bertasbih dengan pujian-Nya; tetapi kalian tidak memahami tasbih mereka. Sungguh Dia Maha penyantun Maha pengampun.
[2] هِيَ بِئْرُ إسْمَاعِيلَ بْنِ إبْرَاهِيمَ عَلَيْهِمَا السّلَامُ ، الّتِي سَقَاهُ اللّهُ حِينَ ظَمِئَ وَهُوَ صَغِيرٌ فَالْتَمَسَتْ لَهُ أُمّهُ مَاءً فَلَمْ تَجِدْهُ فَقَامَتْ إلَى الصّفَا تَدْعُو اللّهَ وَتَسْتَغِيثُهُ لِإِسْمَاعِيلَ ثُمّ أَتَتْ الْمَرْوَةَ فَفَعَلَتْ مِثْلَ ذَلِكَ . وَبَعَثَ اللّهُ تَعَالَى جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السّلَامُ ، فَهَمَزَ لَهُ بِعَقِبِهِ فِي الْأَرْضِ فَظَهَرَ الْمَاءُ وَسَمِعَتْ أُمّهُ أَصْوَاتَ السّبَاعِ فَخَافَتْهَا عَلَيْهِ فَجَاءَتْ تَشْتَدّ نَحْوَهُ فَوَجَدَتْهُ يَفْحَصُ بِيَدِهِ عَنْ الْمَاءِ مِنْ تَحْتِ خَدّهِ وَيَشْرَبُ فَجَعَلَتْهُ حِسْيًا
[3] عَنْ حَسّانَ بْنِ ثَابِتٍ ، قَالَ وَاَللّهِ إنّي لَغُلَامٌ يَفَعَةٌ ابْنُ سَبْعِ سِنِينَ أَوْ ثَمَانٍ أَعْقِلُ كُلّ مَا سَمِعْت ، إذْ سَمِعْتُ يَهُودِيّا يَصْرُخُ بِأَعْلَى صَوْتِهِ عَلَى أَطَمَةٍ بِيَثْرِبَ يَا مَعْشَرَ يَهُودِ حَتّى إذَا اجْتَمَعُوا إلَيْهِ قَالُوا لَهُ وَيْلَكَ مَا لَك ؟ قَالَ طَلَعَ اللّيْلَةَ نَجْمُ أَحْمَدِ الّذِي وُلِدَ بِهِ . قَالَ مُحَمّدُ بْنُ إسْحَاقَ فَسَأَلْت سَعِيدَ بْنَ عَبْدِ الرّحْمَنِ بْنِ حَسّانَ بْنِ ثَابِتٍ فَقُلْت . ابْنُ كَمْ كَانَ حَسّانُ بْنُ ثَابِتٍ مَقْدَمَ رَسُولِ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ الْمَدِينَةَ ؟ فَقَالَ ابْنُ سِتّينَ ( سَنَةً ) ، وَقَدِمَهَا رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَهُوَ ابْنُ ثَلَاثٍ وَخَمْسِينَ سَنَةً فَسَمِعَ حَسّانُ مَا سَمِعَ وَهُوَ ابْنُ سَبْعِ سِنِينَ
[4] إنّ مِمّا دَعَانَا إلَى الْإِسْلَامِ مَعَ رَحْمَةِ اللّهِ تَعَالَى وَهَدَاهُ لَنَا ، لَمَا كُنّا نَسْمَعُ مِنْ رِجَالِ يَهُودَ ( وَ ) كُنّا أَهْلَ شِرْكٍ أَصْحَابَ أَوَثَانٍ وَكَانُوا أَهْلَ كِتَابٍ عِنْدَهُمْ عِلْمٌ لَيْسَ لَنَا ، وَكَانَتْ لَا تَزَالُ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ شُرُورٌ فَإِذَا نِلْنَا مِنْهُمْ بَعْضَ مَا يَكْرَهُونَ قَالُوا لَنَا : إنّهُ ( قَدْ ) تَقَارَبَ زَمَانُ نَبِيّ يُبْعَثُ الْآنَ نَقْتُلُكُمْ مَعَهُ قَتْلَ عَادٍ وَإِرَمٍ فَكُنّا كَثِيرًا مَا نَسْمَعُ ذَلِكَ مِنْهُمْ . فَلَمّا بَعَثَ اللّهُ رَسُولَهُ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ أَجَبْنَاهُ حِينَ دَعَانَا إلَى اللّهِ تَعَالَى ، وَعَرَفْنَا مَا كَانُوا يَتَوَعّدُونَنَا بِهِ فَبَادَرْنَاهُمْ إلَيْهِ فَآمَنّا بِهِ وَكَفَرُوا بِهِ فَفِينَا وَفِيهِمْ نَزَلَ هَؤُلَاءِ الْآيَاتُ مِنْ الْبَقَرَةِ { وَلَمّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللّهِ مُصَدّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الّذِينَ كَفَرُوا فَلَمّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ } [ ص 212 ] قَالَ ابْنُ هِشَامٍ : يَسْتَفْتِحُونَ يَسْتَنْصِرُونَ وَيَسْتَفْتِحُونَ ( أَيْضًا ) : يَتَحَاكَمُونَ وَفِي كِتَابِ اللّهِ تَعَالَى : { رَبّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ }
[5] Yang meracuni adalah Zainab binti Al-Harits istri Sallam bin Musykam. Sahabat Nabi yang wafat di dalam jamuan tersebut Bisyr bin Al-Barra’. [Fatchul-Bari].
[6] Allah mengajarkan: ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ * وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ – Tolaklah dengan yang lebih baik; tahu-tahu orang yang di antara kau dan dia ada permusuhan, mirip sekali kekasih yang sangat kental. Namun takkan diberi itu kecuali orang-orang yang telah bersabar. Dan takkan diberi itu kecuali pemilik bagian yang sangat besar.
[7] خرج جرجة إلى بين الصفين وطلب خالداً، فخرج إليه، فآمن كل واحد منهما صاحبه، فقال جرجة: يا خالد اصدقني ولا تكذبني، فإن الحر لا يكذب، ولا تخادعني، فإن الكريم لا يخادع المسترسل، هل أنزل الله نبيكم سيفاً من السماء فأعطاكه فلا تسله على قوم إلا هزمتهم؟ قال: لا. قال: ففيم سميت سيف الله؟ فقال له: إن الله بعث فينا نبيه، صلى الله عليه وسلم، فكنت فيمن كذبه وقاتله، ثم إن الله هداني فتابعته، فقال: (أنت سيف الله سله على المشركين)! ودعا لي بالنصر. قال: فأخبرني إلى ما تدعوني. قال خالد: إلى الإسلام أو الجزية أو الحرب. قال: فما منزلة من الذي يجيبكم ويدخل فيكم؟ قال: منزلتنا واحدة. قال: فهل له مثلكم من الأجر والذخر؟ قال: نعم وأفضل لأننا اتبعنا نبينا وهو حي يخبرنا بالغيب ونرى منه العجائب والآيات، وحق لمن رأى ما رأينا وسمع ما سمعنا أن يسلم، وأنتم لم تروا مثلنا ولم تسمعوا مثلنا، فمن دخل بنية وصدقٍ كان أفضل منا. فقلب جرجة ترسه ومال مع خالد وأسلم وعلمه الإسلام واغتسل وصلى ركعتين ثم خرج مع خالد فقاتل الروم. وحملت الروم حملة أزالوا المسلمين عن مواقفهم إلا المحامية، عليهم عكرمة وعمه الحارث بن هشام، فقال عكرمة: قاتلت النبي، صلى الله عليه وسلم، في كل موطن ثم أفر اليوم! ثم نادى: من يبايع على الموت؟ فبايعه الحارث بن هشام وضرار بن الأزور في أربعمائة من وجوه المسلمين وفرسانهم، فقاتلوا قدام فسطاط خالد حتى أثبتوا جميعاً جراحاً، فمنهم من برأ ومنهم من قتل. وقاتل خالد وجرجة قتالاً شديداً، فقتل جرجة عند آخر النهار وصلى الناس الأولى والعصر إيماء وتضعضع الروم ونهد خالد بالقلب حتى كان بين خيلهم ورجلهم، فانهزم الفرسان وتركوا الرجالة. ولما رأى المسلمون خيل الروم قد توجهت للمهرب أفرجوا لها، فتفرقت وقتل الرجالة واقتحموا في خندقهم، فاقتحمه عليهم، فعمدوا إلى الواقوصة حتى هوى فيها المقترنون وغيرهم، ثمانون ألفاً من المقترنين وأربعون ألف مطلق سوى من قتل في المعركة،
[8] Futuchus-Syam menjelaskan “Dia pandai berbahasa Arab.”
[9] عَنِ الزُّهْرِىِّ حَدَّثَنِى عُرْوَةُ أَنَّ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - قَالَتْ جَاءَتْ هِنْدٌ بِنْتُ عُتْبَةَ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَا كَانَ عَلَى ظَهْرِ الأَرْضِ مِنْ أَهْلِ خِبَاءٍ أَحَبُّ إِلَىَّ أَنْ يَذِلُّوا مِنْ أَهْلِ خِبَائِكَ ، ثُمَّ مَا أَصْبَحَ الْيَوْمَ عَلَى ظَهْرِ الأَرْضِ أَهْلُ خِبَاءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ أَنْ يَعِزُّوا مِنْ أَهْلِ خِبَائِكَ . قَالَ وَأَيْضًا وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ ، قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبَا سُفْيَانَ رَجُلٌ مِسِّيكٌ ، فَهَلْ عَلَىَّ حَرَجٌ أَنْ أُطْعِمَ مِنَ الَّذِى لَهُ عِيَالَنَا قَالَ «لاَ أُرَاهُ إِلاَّ بِالْمَعْرُوفِ» - Dari Az-Zuhri murid ‘Urwah: Sesungguhnya ’A’isyah berkata “Hindun binti ‘Utbah datang untuk berkata ‘ya Rasulallah, dulu di bumi tak ada ahli rumah yang lebih menyenangkanku jika mereka hina; dari-pada hli rumah tuan. Namun di pagi ini tak ada ahli rumah yang lebih menyenangkanku jika berjaya; dari-pada ahli rumah tuan’. Nabi bersabda ’ini juga begitu lagi’. Dia berkta ‘sesungguhnya Abu Sufyan lelaki yang pelit sekali. Apakah saya berdosa jika mengambil miliknya untuk memberi makan tanggungannya?’. Nabi bersabda ‘saya tidak setuju, kecuali jika bil-ma’ruf (sekedar)’.”
Anaknya musuh-musuh Nabi yang masuk Islam juga sangat banyak sekali, termasuk di antara mereka adalah anak ‘Uqbah bin Abi Mu’aith yang bernama Ummu Kultsum. Dialah wanita yang setelah perjanjian Hudaibiyyah hijrah ke Madinah. Dua saudaranya bernama Umarah dan Al-Walid datang ke Madinah menghadap Rasulillah untuk minta supaya dikembalikan lai berdasarkan butir Perjanjian Hudaibiyyah yang ada yang telah disepakati dua belah fihak. Namun Nabi tidak mengabulkannya karena Allah melarangnya.
[10] Syair tentang Fatchu Makkah:
Bangsa Quraisy ketakutan menyaksikan pasukan ribuan berbusana cinta
dan akhaq mulia
dipimpin Rasulillah
menghancurkan Tuhan-Tuhan bathilan
dengan membaca Al-Qur’an
Firman Tuhan
Masjidil-Haram penuh manusia takut baginda
karna telah berdosa
tapi Baginda menabur cinta rahmat dan ampunannya
[11] هو فتح مكة ، وقد نزلت مرجع رسول الله صلى الله عليه وسلم عن مكة عام الحديبية عدة له بالفتح ، وجيء به على لفظ الماضي على عادة ربّ العزة سبحانه في أخباره؛ لأنها في تحققها وتيقنها بمنزلة الكائنة الموجودة ، وفي ذلك من الفخامة والدلالة على علو شأن المخْبِر ما لا يخفى . فإن قلت : كيف جعل فتح مكة علة للمغفرة؟ قلت : لم يجعل علة للمغفرة ، ولكن لاجتماع ما عدّد من الأمور الأربعة : وهي المغفرة وإتمام النعمة وهداية الصراط المستقيم والنصر العزيز ، كأنه قيل : يسرنا لك فتح مكة ، ونصرناك على عدوّك ، لنجمع لك بين عز الدارين وأغراض العاجل والآجل . ويجوز أن يكون فتح مكة - من حيث إنه جهاد للعدوّ - سبباً للغفران والثواب والفتح والظفر بالبلد عنوة أو صلحاً بحرب أو بغير حرب ، لأنه منغلق ما لم يظفر به ، فإذا ظفر به وحصل في اليد فقد فتح . وقيل : هو فتح الحديبية ، ولم يكن فيه قتال شديد ، ولكن ترام بين القوم بسهام وحجارة . وعن ابن عباس رضي الله عنه : رموا المشركين حتى أدخلوهم ديارهم . وعن الكلبي : ظهروا عليهم حتى سألوا الصلح . فإن قلت : كيف يكون فتحاً وقد أحصروا فنحروا وحلقوا بالحديبية؟ قلت : كان ذلك قبل الهدنة ، فلما طلبوها وتمت كان فتحاً مبيناً . وعن موسى بن عقبة : ( 1041 ) أقبل رسول الله صلى الله عليه وسلم من الحديبية راجعاً ، فقال رجل من أصحابه : ما هذا بفتح ، لقد صدّونا عن البيت وصد هدينا ، فبلغ النبي صلى الله عليه وسلم فقال : « بئس الكلام هذا ، بل هو أعظم الفتوح ، وقد رضى المشركون أن يدفعوكم عن بلادهم بالراح ، ويسألوكم القضية ، ويرغبوا إليكم في الأمان ، وقد رأوا منكم ما كرهوا » ، وعن الشعبي : ( 1042 ) نزلت بالحديبية وأصاب رسول الله صلى الله عليه وسلم في تلك الغزوة ما لم يصب في غزوة أصاب : أن بويع بيعة الرضوان ، وغفر له ما تقدّم من ذنبه وما تأخر ، وظهرت الروم على فارس؛ وبلغ الهدى محله ، وأطعموا نخل خيبر ، وكان في فتح الحديبية آية عظيمة . وذلك أنه نزح ماؤها حتى لم يبق فيها قطرة ، فتمضمض رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم مجه فيها ، فدرت بالماء حتى شرب جميع من كان معه . وقيل : فجاش الماء حتى امتلأت ولم ينفد ماؤها بعد - وقيل : هو فتح خيبر ، وقيل : فتح الروم . وقيل : فتح الله له بالإسلام والنبوّة والدعوة بالحجة والسيف ، ولا فتح أبين منه وأعظم ، وهو رأس الفتوح كلها ، إذ لا فتح من فتوح الإسلام إلا وهو تحته ومتشعب منه . وقيل : معناه قضينا لك قضاء بيناً على أهل مكة أن تدخلها أنت وأصحابك من قابل؛ لتطوفوا بالبيت : من الفتاحة وهي الحكومة ، وكذا عن قتادة { مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ } يريد : جميع ما فرط منك . وعن مقاتل : ما تقدم في الجاهلية وما بعدها . وقيل : ما تقدم من حديث مارية وما تأخر من امرأة زيد { نَصْراً عَزِيزاً } فيه عز ومنعة - أو وصف بصفة المنصور إسناداً مجازياً أو عزيزاً صاحبه
[12] Ada yang menjelaskan jumlah mereka 1600 orang. Namun Abu Dawud menjelaskan 1500 orang: كَانَ الْجَيْشُ أَلْفًا وَخَمْسَمِائَةٍ.
[13] Di dalam Lisanul-Arab dijelaskan: في الحديث أَن النبي صلى الله عليه وسلم لما تُوُفِّيَ وغُسِّلَ صَلَّى عليه الناسُ أَفناداً أَفناداً قال أَبو العباس ثعلب أَي فِرْقاً بعد فِرْق فُرادى بلا إِمام قال وحُزِرَ المصلون فكانوا ثلاثين أَلفاً ومن الملائكة ستين أَلفاً لأَن مع كل مؤْمن ملكين – Di dalam Hadits di-jelaskan “Sungguh di saat Nabi telah wafat dan telah dimandikan; orang-orang menshalatinya se-kelompok demi sekelompok.” Abul-Abbas Tsa’lab menjelaskan “Yakni sekumpulan demi sekum-pulan, sendiri-sendiri tanpa Imam.” Dia juga berkata “Diperkirakan jumlah yang menshalati 30.000 orang dan 60.000 malaikat, karena tiap orang iman disertai dua malaikat.”
[14] Seperti tiang yang diberi tali-tali untuk melontarkan batu.
[15] Meriam. Dalam Tuchfatul-Chada’iq dijelaskan: Awal dababah atau meriam yang dibuat di dalam Islam yang dipergunakan untuk memerangi kota Tha’if. [juz 1 halaman 495 versi Maktbatus-Syamilah].
1. عَنْ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « قَالَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ - عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ - لأَطُوفَنَّ اللَّيْلَةَ عَلَى مِائَةِ امْرَأَةٍ - أَوْ تِسْعٍ وَتِسْعِينَ - كُلُّهُنَّ يَأْتِى بِفَارِسٍ يُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ، فَقَالَ لَهُ صَاحِبُهُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ . فَلَمْ يَقُلْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ . فَلَمْ يَحْمِلْ مِنْهُنَّ إِلاَّ امْرَأَةٌ وَاحِدَةٌ ، جَاءَتْ بِشِقِّ رَجُلٍ ، وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ ، لَوْ قَالَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ، لَجَاهَدُوا فِى سَبِيلِ اللَّهِ فُرْسَانًا أَجْمَعُونَ » - Dari Rasulullah صّلى اللّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلّمَ “Sulaiman bin Dawud as berkata ‘sungguh sepanjang malam ini saya akan menggilir pada seratus istri (atau sembilan-puluh-sembilan). Semuanya akan melahirkan pahlawan ahli berkuda yang berjihad di Jalan Allah’. Sahabat dia berkata mengingatkan ‘in syaa Allah’. Namun dia tidak berkata ‘in syaa Allah’. Akhirnya tak seorang pun dari mereka yang berhasil hamil, kecuali seorang wanita. Akhirnya dia melahirkan separuh-bayi lelaki, yakni tidak normal. Demi yang diriku di Tangan-Nya, kalau dia berkata ‘in syaa Allah’, niscaya semua anak yang diharapkan, benar-benar lahir sebagai pahlawan yang ahli berkuda untuk berjihad di Jalan Allah semuanya’.”
2. عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ لَيَحْفِرُونَ السَّدَّ كُلَّ يَوْمٍ ، حَتَّى إِذَا كَادُوا يَرَوْنَ شُعَاعَ الشَّمْسِ ، قَالَ الَّذِي عَلَيْهِمْ : ارْجِعُوا فَسَتَحْفِرُونَهُ غَدًا ، فَيَعُودُونَ إِلَيْهِ كَأَشَدِّ مَا كَانَ ، حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ مُدَّتُهُمْ ، وَأَرَادَ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَهُمْ عَلَى النَّاسِ ، حَفَرُوا ، حَتَّى إِذَا كَادُوا يَرَوْنَ شُعَاعَ الشَّمْسِ ، قَالَ الَّذِي عَلَيْهِمْ : ارْجِعُوا فَسَتَحْفِرُونَهُ غَدًا ، إِنْ شَاءَ اللَّهُ ، وَيَسْتَثْنِي ، فَيَعُودُونَ إِلَيْهِ وَهُوَ كَهَيْئَتِهِ حِينَ تَرَكُوهُ ، فَيَحْفِرُونَهُ وَيَخْرُجُونَ عَلَى النَّاسِ ، فَيُنَشِّفُونَ الْمِيَاهَ ، وَيَتَحَصَّنَ النَّاسُ مِنْهُمْ فِي حُصُونِهِمْ ، فَيَرْمُونَ بِسِهَامِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ ، فَتَرْجِعُ وَعَلَيْهَا كَهَيْئَةِ الدَّمِ ، فَيَقُولُونَ : قَهَرْنَا أَهْلَ الأَرْضِ ، وَعَلَوْنَا أَهْلَ السَّمَاءِ ، فَيَبْعَثُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ نَغَفًا فِي أَقْفَائِهِمْ فَيَقْتُلُهُمْ بِهَا فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ ، إِنَّ دَوَابَّ الأَرْضِ لَتَسْمَنُ وَتَشْكُرُ شُكْرًا مِنْ لُحُومِهِمْ وَدِمَائِهِمْ - Dari Rasulillah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ“Sesungguhnya setiap-hari kaum Ya’juj dan kaum Ma’juj melobangi dinding-penghalang mereka. Hingga ketika mereka telah hampir menyaksikan sinar-terang-matahari; pimpinan mereka berkata ‘kembalilah!. Kalian akan melanjutkan pelo-bangan ini besok pagi!’. Ternyata pagi harinya mereka harus kembali lagi berjuang melobangi dinding seperti semangat mereka yang kemarin karena lobang-lobang buntu lagi. Ketika masa perjuangan mereka telah hampir berakhir; dan Allah telah menghedaki melepaskan mereka agar menyerang manusia; mereka melobangi dinding-penghalang mereka (dengan giat). Hingga ketika perjuangan mereka telah mencapai hampir melihat sinar-terang-matahari; pimpinan mereka berkata ‘pulanglah!, besok pagi kalian akan berhasil membobolnya in syaa Allah!’. Dia yatstatsni, yakni berkata in syaa Allah. (Sepertinya pagi itu terasa indah bagi mereka): Ketika mereka kembali lagi untuk melobang dinding seperti pekerjaan tiap harinya; ternyata lobang dinding tersebut tak berubah, tidak seperti yang sudah-sudah. Mereka-pun melobangi dinding dan keluar untuk menyerang manusia. Mereka menghabiskan perairan yang sangat luas dengan diminum. Manusia berlarian menuju benteng persembunyian mereka. Akhirnya mereka meluncurkan anak-panah-anak-panah mereka kearah langit. Anak-panah-anak-panah tersebut kembali kebumi dalam keadaan berlumuran cairan seperti darah. Akhirnya mereka berkata ‘kami telah menaklukkan penduduk bumi dan telah mengalahkan penduduk langit’. Akhirnya Allah mengirimkannaghaf, yakni bentuk jamak dari naghafah yang artinya ulat-ulat-mematikan, yang menempel tengkuk-tengkuk mereka. Dengan itulah Allah mematikan mereka.“ Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda “Demi yang diri Muhammad di Tangan-Nya, sesungguhnya binatang merayap bumi pasti akan gemuk dan sangat bersyukur karena daging dan darah mereka (yang disantap banyak sekali).”
[17] Mungkin laporan ini sebetulnya kelengkapan dari kisah di atas.
[18] Sa’d berani berkata begitu karena sekitar dua atau tiga bulan sebelum itu Allah berfirman “هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا – Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang haq, untuk menjayakannya mengalahkan agama semuanya. Dan cukuplah Allah seba-gai saksi.” [Qs Al-Fatch 28].
[19] Dia ayah Shafiyah رَضِيَ اللّهُ عَنْهَا yang akhirnya menjadi istri Rasulillah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ. Dialah raja kaum Yahudi.
[20] Doanya: اللَّهُمَّ أَذْهِبْ عَنْهُ الْحَرَّ وَالْقَرَّ – Ya Allah hilangkanlah penyakit panas dan dingin darinya.
[21] Ini termasuk dalil yang menjadi rujukan para sahabat di dalam berdakwah dengan kelembutan maupun dengan kekerasan. Namun akhirnya kaum orintalis mencemooh dengan sinis “Islam ber-kembang dengan pedang.” Padahal mulai sejak zaman Nabi Musa Allah telah perintah agar penyem-bah selain Allah diberantas karena Allah paling benci disekutukan. Bahkan Yesus atau ‘Isa pun juga diperintah demikian. Allah berfirman “إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآَنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ – Sungguh Allah telah menukar diri-diri dan harta-harta orang-orang iman dengan kepastian mereka mendapatkan surga: mereka berperang di Jalan Allah untuk membunuh atau dibunuh. Janji tersebut kewajiban Allah yang haq di dalam Taurat dan Injil dan Al-Qur’an. Siapakah yang lebih menetapi pada janjinya dari pada Allah?. Maka bersenang-senanglah dengan tukar-menukar yang kalian telah melakukannya. Dan itulah keuntungan yang luar biasa.”
[22] Al-Waqidi menulis: أَفْضَى كُلّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا إلَى صَاحِبِهِ وَبَدَرَ مَرْحَبٌ مُحَمّدًا ، فَيَرْفَعُ السّيْفَ لِيَضْرِبَهُ فَاتّقَاهُ مُحَمّدٌ بِالدّرَقَةِ فَلَحِجَ سَيْفَهُ وَعَلَى مَرْحَبٍ دِرْعٌ مُشَمّرَةٌ فَيَضْرِبُ مُحَمّدٌ سَاقَيْ مَرْحَبٍ فَقَطَعَهُمَا . وَيُقَالُ لَمّا اتّقَى مُحَمّدٌ بِالدّرَقَةِ وَشَمّرَتْ الدّرْعُ عَنْ سَاقَيْ مَرْحَبٍ حِينَ رَفَعَ يَدَيْهِ بِالسّيْفِ فَطَأْطَأَ مُحَمّدٌ بِالسّيْفِ فَقَطَعَ رِجْلَيْهِ وَوَقَعَ مَرْحَبٌ ، فَقَالَ مَرْحَبٌ : أَجْهِزْ يَا مُحَمّدُ قَالَ مُحَمّدٌ ذُقْ الْمَوْتَ كَمَا ذَاقَهُ أَخِي مَحْمُودٌ وَجَاوَزَهُ وَمَرّ بِهِ عَلِيّ فَضَرَبَ عُنُقَهُ وَأَخَذَ سَلَبَهُ فَاخْتَصَمَا إلَى رَسُولِ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فِي سَلَبِهِ فَقَالَ مُحَمّدُ بْنُ مَسْلَمَةَ يَا رَسُولَ اللّهِ وَاَللّهِ مَا قَطَعْت رِجْلَيْهِ ثُمّ تَرَكْته إلّا لِيَذُوقَ مُرّ السّلَاحِ وَشِدّةِ الْمَوْتِ كَمَا ذَاقَ أَخِي ، مَكَثَ ثَلَاثًا يَمُوتُ وَمَا مَنَعَنِي مِنْ الْإِجْهَازِ عَلَيْهِ شَيْءٌ قَدْ كُنْت قَادِرًا بَعْدَ أَنْ قَطَعْت رِجْلَيْهِ أَنْ أَجْهَزَ عَلَيْهِ . فَقَالَ عَلِيّ عَلَيْهِ السّلَامُ صَدَقَ ضَرَبْت عُنُقَهُ بَعْدَ أَنْ قَطَعَ رِجْلَيْهِ . فَأَعْطَى رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ مُحَمّدَ بْنَ مَسْلَمَةَ سَيْفَهُ وَدِرْعَهُ وَمِغْفَرَهُ وَبَيْضَتَهُ فَكَانَ عِنْدَ آلِ مُحَمّدِ بْنِ مَسْلَمَةَ سَيْفُهُ فِيهِ كِتَابٌ لَا يُدْرَى مَا هُوَ حَتّى قَرَأَهُ يَهُودِيّ مِنْ يَهُودِ تَيْمَاءَ فَإِذَا فِيهِ هَذَا سَيْفُ مَرْحَبْ مَنْ يَذُقْهُ يَعْطَبْ – Yang satu mendekati lainnya, namun Marchab mendahului menyerang Muhammad dengan pedang. Muhammad menangkis hingga hingga pedang Marchab tergigit perisai Muhammad; kain penutup betis Marchab tersingkap; Muhammad memukulkan pedang secepat-cepatnya ke arah bawah hingga dua betis Marchab patah menyemburkan darah. Ada yang memberitakan ‘di saat Muhammad menangkis pedang dengan perisainya; kain Marchab tersingkap; dua betis Marhab tampak bersamaan dengan saat dia memukulkan pedang ke arah Muhammad. Muhammad menunduk sambil mengayunkan pedang sekuat tenaga hingga mematahkan dua kakinya. Marchab roboh lalu berkata “Bunuhlah saya! hai Muhammad.” Muhammad menjawab “Rasakan kematian sebagaimana Machmud sudaraku merasakannya.” Akhirnya Muhammad meninggalkannya. Namun Ali yang menjumpanya membunuh dan memotong leher dan merampas lucutan Marchab. Akhirnya Ali ra dan Muhammad minta pengadilan Rasulallah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ. Muhammad berkata “Ya Rasulallah, adanya dia saya patahkan dua kakinya lalu kutinggalkan karena agar merasakan pedihnya pedang dan beratnya sakarat sebagaimana saudaraku telah merasakannya. Dia telah saya biarkan sakarat tiga hari meskipun sebetulnya saya mampu membunuhnya setelah dua kakinya kupotong.” Ali عَلَيْهِ السّلَامُ berkata “Dia benar, saya membunuh setelah dua kakinya dia patahkan.” Akhirnya Rasulallah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ memberikan pedang, baju-perang, topi-perang dan rumbai-topi-perang Marchab pada Muhammad. Pedang tersebut dirumat di keluarga Muhammad bin Maslamah. Pedang tersebut ditulisi dengan huruf yang tak bisa dibaca. Namun akhirnya ada seorang Yahudi Taimak yang bisa membacanya “Ini pedang Marchab. Barang siapa tertembus; mampus.”
Peperangan tersebut sangat seru dan menegangkan. Kaum Yahudi bertahan mati-matian karena berada di kandang yang paling mereka andalkan; muslimiin berjuang mati-matian karena yakin bahwa pasti akan menang. Banyak yang luka, banyak pula yang mati. Banyak yang ketakutan, banyak pula yang justru keberaniannya melonjak dan berkobar. Banyak yang menanis, banyak pula yang puas setelah merobohkan dan membunuh musuh. Banyak darah tumpah, banyak pula yang rasa kasihan dan cintanya terhadap sesama teman dan saudara justru menjadi sempurna. Saat itu telah banyak kaum Yahudi yang menjadi korban keganasan perang. Tinggal tokoh-tokoh besar mereka yang masih berperang dengan garang. Banyak yang melaporkan “Setelah Muhammad membunuh Marchab, Usair lelaki kuat pendek datang menantang ‘siapa berani melawanku?’, dengan suara keras.” Setelah Muhammad mendekati; mereka berdua segera bergerak cepat saling memukulkan pedang mereka berdua. Namun tak lama kemudian Usair gugur oleh tusukan pedang Muhammad. Tak lama kemudin Yasir datang untuk menyerang Muhammad. Dia termasuk orang paling kejam mereka. Sebelum itu dia memburu muslimiin dengan tombaknya. Ketika Ali bergerak menghadapinya; saat itu Az-Zubair berkata “Saya bersumpah jangan kau biarkan dia lepas.” Ali melaksanakan perintah Az-Zubair, yakni melawan Yasir. Sabda Nabi “لِكُلّ نَبِيّ حَوَارِيّ وَحَوَارِيّ الزّبَيْرُ وَابْنُ عَمّتِي – Setiap Nabi memilikiHawari (pembela setia), dan Hawari-ku Az-Zubair dan anak bibiku,” dilontarkan setelah Az-Zubair membunuh Yasir yang tertahan perlawanan Ali ra. Setelah Marchab dan Yasir dua tokoh besar Yahudi mati terbunuh; Nabi bersabda “Berbahagialah, Khaibar telah menjadi lebar dan lancar.” Kebetulan Marchab yang gugur tersebut artinya dilebarkan; Yasir yang gugur artinyalancar. Tak lama kemudian lelaki Yahudi tinggi besar bernama Amir muncul; Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ bertanya “Apakah kira-kira tingginya ada limadzirak?.” Satu dzirak: sepanjang ujung jari tengah hingga ujung siku. Amir berbaju perang menantang bertempur “Siapa berani melawanku?,” sambil mengangkat-angkat pedangnya. Beberapa orang menjauhi lelaki yang lihai berperang tersebut; namun Ali justru mendekatinya. Berkali-kali pedang Ali memukul; namun dia tetap tegak berdiri. Akhirnya roboh karena dua betisnya patah menyemburkan darah oleh pedang Ali. Sambaran pedang Ali merenggut setelah dia roboh ke tanah untuk menghantarkan dia ke alam baka. Tak lama kemudian pedangnya diambil Ali. Dengan terbunuhnya tokoh-tokoh besar mereka: Charits, Marchab, Usair, Yasir, dan Amir maka berakhirlah Perang Khaibar, karena merekalah yang paling diandalkan kaum Yahudi.
[23] Nabi Musa as hingga wafat belum mampu menaklukkan kaum Jabbar atau kaum Imlaq; sedangkan Ali ra mampu menaklukkan penghuni kastil bahkan menaklukkan penduduk Khaibar karena pertolongan Allahu akbar dengan cara yang lebih dari mengagumkan.
[24] Saat itu Rasulullah saw membaca Al-Qur’an di pertengahan para sahabatnya.
[25] Dalam Kanzul-‘Ummal dijelaskan Nabi saw bersabda “يا عمر أنا وهو كنا أحوج إلى غير هذا ، أن تأمرني بحسن الاداء وتأمره بحسن اتباعه ، اذهب به يا عمر فأعطه حقه وزده عشرين صاعا من تمر مكان ما رعته.”
0 komentar:
Posting Komentar