(Bagian ke-6 dari seri tulisan Imam Al-Ghazali Pengikut
Ahlus-sunnah)
Ibnul-Atsir menulis tentang Awal Perang Salib:
Ibnul-Atsir menulis tentang Awal Perang Salib:
ثُمَّ إِنَّ الْفَرَنْجَ دَخَلُوْا الْبَلَدَ مِنَ الْباَبِ،
وَنَهَبُوْهُ، وَقَتَلُوْا مَنْ فِيْهِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَذَلِكَ فِي
جُمَادَى اْلأُوْلَى. وَأَماَّ باَغِي سِياَن فَإِنَّهُ لَماَّ طَلَعَ عَلَيْهِ
النَّهاَرُ رَجَعَ إِلَيْهِ عَقْلُهُ، وَكاَنَ كَالوَلَهانِ، فَرَأَى نَفْسَهُ
وَقَدْ قَطَعَ عِدَّةَ فَراَسِخَ، فَقاَلَ لِمَنْ مَعَهُ: أَيْنَ أَناَ؟ فَقِيْلَ:
عَلَى أَرْبَعَةِ فَراَسِخَ مِنْ أَنْطاَكِيَةَ، فَنَدِمَ كَيْفَ خَلَصَ ساَلِماً،
وَلَمْ يُقاَتِلْ حَتَّى يُزِيْلَهُمْ عَنِ الْبَلَدِ أَوْ يُقْتَلَ، وَجَعَلَ
يَتَلَهَّفُ، وَيَسْتَرْجِعُ عَلَى تَرْكِ أَهْلِهِ وَأَوْلاَدِهِ
وَالْمُسْلِمِيْنَ، فَلِشِدَّةِ ماَ لَحِقَهُ سَقَطَ عَنْ فَرَسِهِ مَغْشِياً
عَلَيْهِ، فَلَماَّ سَقَطَ إِلَى اْلأَرْضِ أَراَدَ أَصْحاَبُهُ أَنْ
يَرْكَبُوْهُ، فَلَمْ يَكُنْ فِيْهِ مُسْكَةٌ قَدْ قاَرَبَ اْلمَوْتَ فَتَرَكُوْهُ
وَساَرُوْا عَنْهُ، وَاجْتاَزَ بِهِ إِنْساَنٌ أَرْمَنِيٌّ كاَنَ يَقْطَعُ
الْحَطَبَ، وَهُوَ بِآخِرِ رَمَقٍ، فَقَتَلَهُ وَأَخَذَ رَأْسَهُ وَحَمَلَهُ إِلَى
الْفَرَنْجِ بِأَنْطاَكِيَةَ.
Artinya:
Lalu sungguh kaum Perancis memasuki Al-Balad [1] melalui pintu gerbang. Mereka menjarah
harta kekayaan dan membunuh kaum Muslimiin yang berada di sana. Itu terjadi
pada bulan Jumadayil-Ula [2]. Sedangkan Baghisian[3] kembali sadar setelah pingsan, setelah
siang menerangi. Dia bagaikanWalahan (Syaitan
yang bergetar) [4]. Dia sadar bahwa dirinya telah dibawa
berjalan sejauh beberapa farsakh[5]. Dia
bertanya “Di mana saya ini?” pada orang yang menyertai. Dan dijawab, “Kita
telah berjalan sejauh tiga farsakh meninggalkan
kota Anthakiyah.” Baghisian justru menyesal kenapa dirinya selamat dari
kematian? Kenapa belum menyerang hingga berhasil mengusir musuh dari
Al-Balad, atau hingga mati terbunuh? Dia menggerutu atu menyesalkan kenyataan
tersebut. Dia minta dikembalikan pada ahlinya, anak-anaknya, dan Muslimiin yang
ditinggalkan. Karena kesusahan berat menyelimuti maka dia jatuh dari kudanya
dan pingsan. Ketika terkulai di bawah kudanya, sahabat-sahabatnya segera menolong
menaikkan ke atas kuda. Namun tiada peralatan memadai untuk pertolongan tersebut.
Sang maut hampir menjemput. Mereka pergi meninggalkan dia. Seorang Armenia penebang
kayu datang menghampiri (mencari keuntungan). Dia menggeser di saat nafas akhir
Baghisian tersengal dan sakarat. Selanjutnya membunuh dan mengambil kepalanya, untuk diberikan pada kaum Perancis di Anthakiyah.
Ibnul-Atsir melanjutkan:
وَكاَنَ الْفَرَنْجُ قَدْ كاَتَبُوْا صاَحِبَ حَلَبَ، وَدمَشْقَ،
بِأَنَّناَ لاَ نَقْصُدُ غَيْرَ الْبِلاَدِ الَّتِي كاَنَتْ بِيَدِ الرُّوْمِ، لاَ
نَطْلُبُ سِواَهاَ، مَكْراً مِنْهُمْ وَخَدِيْعَةً، حَتَّى لاَ يُساَعِدُوْا
صاَحِبَ أَنْطاَكِيَةَ.
Artinya:
Konon [6] saat itu, kaum Perancis telah menulis
Surat Perjanjian “Sungguh kami tak bermaksud merenggut selain sejumlah kota
yang dulu milik kaum Romawi. Kami takkan mengarah selain itu” Pada
penguasa Muslimin kota Chalab dan Dimasyqa (Damaskus). Namun sebetulnya mereka
bermakar dan bertipu-daya, agar kaum Muslimiin lainnya, tidak membantu penguasa
Muslimiin Anthakiyah.
Nukilan dari Al-Kamil tulisan Ibnul-Atsir ini berkisah sekilas
tentang Awal Perang Salib. Jika dikaji terus, kita akan mengetahui secara
gamblang mengenai Perang Salib menurut Islam yang akhirnya menjadi sangat panjang
ini. Bahkan sepertinya, perang terpanjang [7] Perang Salib. Karena in syaa Allah akan berakhir
jika ‘Isa bin Maryam AS telah turun ke bumi, untuk membantu Muslimiin.
Abu
Hurairah berkata:
“قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَالَّذِى نَفْسِى
بِيَدِهِ لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمُ ابْنُ مَرْيَمَ -صلى الله عليه وسلم-
حَكَمًا مُقْسِطًا فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعَ
الْجِزْيَةَ وَيَفِيضَ الْمَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ » - Rasulullah SAW bersabda ‘demi yang diriku di Tangan-Nya, niscaya Putra Maryam AS akan turun sungguh, di kalangan kalian, sebagai juru hukum
yang adil. Dia akan memecahkan Salib, membunuh babi, dan membebaskan pajak. Dan
harta akan melimpah hingga tak seorang pun menerimanya’.” [HR Muslim
juz 1 halaman 93].
أن عيسى عليه السلام وجد في الإنجيل فضل أمة محمد صلى الله عليه وسلم
كما في قوله تعالى: {وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ
فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ} [الفتح: 29] (5) فدعا الله أن يجعله منهم
فاستجاب الله دعاءه وأبقاه حتى ينزل آخِرَ الزَّماَنِ مُجَدِّداً لَماَّ دَرَسَ
مِنْ دِيْنِ اْلإِسْلاَمِ دِيْنِ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ الصّلَاةُ وَالسّلَامُ ،
فَتَواَفَقَ خُرُوْجَ الدَّجاَّلِ فَيَقْتُلُهُ.
Artinya:
Sungguh di dalam Injil, ‘Isa AS melihat tulisan Keutamaan Umat
Muhammad, sebagaimana di dalam Firman-Nya Ta’ala:
“Dan gambaran mereka di dalam Injil, bagaikan pohon padi
mengeluarkan tunasnya untuk memperkuat. Akhirnya merimbun lalu mengokoh atas
tangkainya.”
Lalu ‘Isa AS berdoa agar Allah menjadikan dirinya tergolong
mereka. Allah mengabulkan doanya dan memanjangkan umur hingga nantinya
menurunkan dia ke bumi, sebagai Mujadid (Pembaharu agama) di akhir zaman.
Kejadian itu bertepatan dengan munculnya Dajjal yang akan dibunuh.
0 komentar:
Posting Komentar