(Bagian ke-9 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Al-Waqidi (sejarawan Islam terkenal) mencatat laporan Amr bin Darim: Saya dulu ikut dalam Perang Baitu Lahya sebagai tentaranya Dhirar bin Al-Azwar RA. Dia adalah orang yang sangat ingin mati syahid. Ketika ribuan musuh telah dekat, dialah yang pertama kali bertakbir, lalu pasukan Islam mengikutinya. Mendengar takbir yang membahana seperti itu, hati musuh bergetar. Pasukan Isam menyerang mereka bertubi-tubi.
Banyak yang melihat Dhirar bin Al-Azwar, dalam keadaan telanjang dada tak membawa pedang, bergerak cepat ke depan untuk menyerang.[1] Mereka terperangah oleh keberaniannya.
Wardan, panglima perang Nasrani, berada di barisan depan dinaungi panji, bendera bergambar, serta salib emas yang empat sisinya gemerlapan. Pembawa salib tersebut seorang Romawi.
Wardan, panglima perang Nasrani, berada di barisan depan dinaungi panji, bendera bergambar, serta salib emas yang empat sisinya gemerlapan. Pembawa salib tersebut seorang Romawi.
Bagi Dhirar, Wardan adalah incaran utama. Dhirar maju ke depan membelah barisan. Dia menyerang dengan penuh semangat. Dengan tombaknya, ia membunuh lelaki pembawa bendera yang sedang menunggang kuda. Lelaki di kanannya tersungkur sebagai korban berikutnya.
Tadinya Dhirar ingin membunuh musuh yang ada di sebelah kirinya, tapi Wardan telah mendekat. Dhirar menusukkan tombaknya sekuat tenaga ke orang Romawi pembawa salib. Tombak menembus perutnya lalu seakan mata tombak itu ikut gembira dengan tersenyum puas berkilauan darah; Salib emas jatuh.
Wardan terkejut dan yakin akan mati di saat melihat Salib emasnya jatuh. Dia telah berusaha meraihnya, tapi usahnya terhalang oleh pasukan Islam yang juga berniat mengambilnya.
Peperangan makin berkobar; Dhirar melihat seorang lelaki ingin mengambil Salib emas yang tercampak. Dhirar berteriak, “Hai orang-orang Islam! Salib itu milikku, jangan berharap memilikinya. Kalau saya telah memporak-porandakan pasukan Romawi, saya akan segera mengambilnya!”
Wardan mendengar dan memahami ucapan Dhirar. Hatinya agak kagum pada ucapan itu. Dia pindah ke belakang berniat lari. Sejumlah bathriq mengingatkan Wardan, “Tuan yang mulia mau ke mana?[2] Masak mau lari dari setan (Dhirar) ini? Di mata kami, dia orang yang paling menjijikkan dan paling mengerikan.”
Dhirar mengamati Wardan ditahan agar tidak kabur oleh sejumlah bathriq. Ia segera melancarkan serangan; Wardan lari dengan kuda. Dhirar pun mengejarnya dengan kuda. Dhirar telah membidikkan tombak, tapi kaum Romawi mengepung Dhirar. Namun, Dhirar malah bernyanyi:
Kematian pasti merenggut di manapun saya lari
Surga Firdaus tempat indah asri
Inilah peperanganku, hai hadirin saksikanlah
Semua kulakukan demi ridha Tuhan Subhanah
Walau dikerubuti pasukan musuh, Dhirar tetap melancarkan serangan. Wardan mendekat. Setelah melewati kepungan, Dhirar menusukkan tombaknya ke arah Wardan yang ada di tengah-tengah bathriq-nya, tapi luput.
Sejumlah pasukan menyerang Dhirar lagi, tapi ia malah mengamuk membunuh semua yang ada di sekelilingnya. Lisannya meneriakkan Firman Allah, “Sesungguhnya Allah senang pada orang-orang yang berperang di jalan-Nya dengan berbaris mirip seperti bangunan yang disusun.” (As-Shof: 4).
Pasukan Romawi dari segala penjuru mengepung Dhirar. Sejumlah orang Islam membantu Dhirar. Dua kubu itu saling menyerang dan menangkis.
Putra Wardan bernama Hamdan mendekat untuk memanah Dhirar. Anak panah melesat cepat menembus lengan kanan Dhirar. Namun Dhirar tidak menghiraukannya.
Dhirar bergerak cepat ke arah Hamdan untuk menombak. “Crotkrek!” mata tombak menembus dan bersatu dengan tulang punggung Hamdan. Dhirar menarik tombak sekuat tenaga, meninggalkan mata tombak di celah-celah tulang Hamdan. Hamdan rebah bersimbah darah merah.
Pasukan Romawi bergerak cepat untuk menangkap Dhirar. [3] Para sahabat Nabi SAW terkejut dan marah melihat Dhirar ditawan. Mereka menyerang untuk menyelamatkan Dhirar, tapi musuh terlalu banyak. Serangan pasukan Dhirar dapat dipatahkan tapi Dhirar telah dibawa kabur.
Suara Rafi’ bin Umairah At-Tho’i mengejutkan mereka, “Hai orang-orang Islam, mau lari ke mana? Apa kalian tidak tahu, barang siapa lari dari musuh akan dimurkai Allah? Pintu-pintu surga tidak akan dibuka secara khusus kecuali untuk orang-orang yang berjihad, apa kalian tidak tahu? Sabar, sabar, surga, surga. Hai orang Islam, seranglah kembali orang-orang kafir penyembah Salib! Saya akan memimpin kalian. Kalaupun pimpinan kalian telah ditawan atau dibunuh, Allah Maha Hidup, tak akan wafat. Allah menyaksikan kalian dengan mata-Nya yang tak akan tidur!” Akhirnya orang-orang Islam kembali bergerak melancarkan serangan bersama Rafi’.
Tertangkapnya Dhirar bin Al-Azwar membuat orang-orang Islam susah. Segala upaya untuk menyelamatkannya telah dilakukan, tapi sia-sia. Saat itu yang banyak dibicarakan kebanyakan orang Islam adalah tentang tertangkapnya Dhirar.
Berita itu telah dilaporkan pada Khalid bin Al-Walid. Begitu pula berita tentang Dhirar telah mengamuk membunuh banyak musuh. Khalid memperhatikan laporan tersebut dengan wajah sedih. Ia bertanya, “Berapa jumlah musuh?”
“Duabelas ribu orang berkendara kuda.”
Khalid berkomentar, “Saya yakin jumlah mereka sedikit. Saya menilai jumlah kaum saya lebih unggul.”
Orang-orang memperhatikan dengan serius pada pertanyaan Khalid, “Siapa pimpinan mereka?”
Mereka menjawab, “Wardan, gubernur Chimsh. Putranya yang bernama Hamdan telah dibunuh oleh Dhirar.”
Khalid RA berkata “Laa chaula wa laa quwwata illaa bi Allaahil Aliyyil Adliim.” Lalu ia mengutus seseorang menuju Abu Ubaidah untuk minta petunjuk.
Abu Ubaidah RA menjawab, “Perintahlah seorang kepercayanmu untuk mengganti memimpin pasukan yang berada di dekat gerbang timur. Selanjutnya datangilah mereka! Kau akan mampu menghancurkan mereka bi idznillaahi Taala!”
Begitu jawaban Abu Ubaidah telah sampai, Khalid berkata, “Saya tak akan tergolong orang yang pelit demi kelancaran Jalan Allah (saya akan berperang).” Lalu Khalid menyuruh Maisarah bin Masruq Al-Absi RA agar menggantikan tugasnya membawahi 1.000 pasukan berkuda. Dia berpesan, “Waspadalah! Jangan kau tinggalkan tempat ini!”
Maisarah menjawab, “Ini sebuah kehormatan. Dengan senang hati, tugas akan saya laksanakan.”
Sebelum Khalid pergi, berpesan pada pasukannya, “Singkirkan semua penghalang dan siapkanlah peralatan perang yang tajam. Jika kalian menghadapi musuh, seranglah dengan serempak agar kalian bisa menyelamatkan Dhirar. Kalau mereka membiarkan Dhirar hidup, syukurlah, tapi kalau mereka telah membunuh dia, maka kita akan membalasnya insya Allah. Saya optimis kita akan berhasil menyelamatkan Dhirar.
Khalid maju ke depan, lalu membaca syair:
Di hari ini orang yang benar akan beruntung
Aku tak takut mati yang menyergap cepat
Tombakku takkan puas darah kaum bughat
Kan ku hancurkan helm perang dan perisai
Semoga besok kulihat tempat orang yang aduhai
Di dalam surga yang kekal menemui orang yang telah ke sana
Khaulah bin Al-Azwar
[1] Dialah yang ketika berperang di dekat pintu gerbang Jabiyyah mengamuk hingga membunuh lima orang tentara berkuda di kanannya dan lima lagi di kirinya. Serangannya yang dahsyat membuat enam tentara berkuda lainnya berguguran bersimbah darah. Kalau tidak tertahan oleh anak panah yang menghujaninya, maka korban akan lebih banyak lagi.
[2] Pejabat tinggi militer yang sangat pandai berperang dan membawahi 5.000 hingga 10.000 tentara.
[3] Diperkirakan karena panglima perangnya marah besar maka ia perintah pada pasukannya, “Kepung! Dia harus tertangkap!”
Kemudian Dhirar tertutup oleh kerumunan pasukan Romawi yang menangkapnya.
[4] Diperkirakan syair itu membuat para sahabat Khalid bergetar sehingga semangat mereka berkobar.
ceritanya sepertinya bagus,hurufnya kecil sangat sehingga agak susah m'bacanya,
BalasHapusCerita nyata belum ada filmnya
BalasHapusUdah bang, kata ayahku dlu yg nonton thun 1995
Hapus