Nama-Nama Indah yang Terukir dalam Sejarah

Syits: Anugrah, Nabi yang hidup setelah Adam. Nuch: Dibuat menangis karena terlalu sempurna dalam bersyukur pada Allah, nama aslinya Abdul-Ghaffar: Hambanya yang Maha pengampun.
Shafwan bin Umayah: Pilihan putra Umayah, Nabi sebelum Hud yang bertempat di Haidhur Yaman.
Chizqil berasal dari bahasa Ibrani atau Suryani yang artinya anugrah Allah. Ada dua tokoh besar yang bernama Chizqil:

1. Orang kerajaan Mesir yang tadinya merahaisakan keimannya namun akhirnya berani membela terang-terangan pada Musa yang akan dibunuh Fir’aun.
2. Seorang Nabi Bani Isra’il yang dilahirkan oleh perempuan tua-renta. Oleh karena itu dia juga dipanggil Ibnul-Ajuz yang artinya anak laki-laki perempuan tua-renta. Chizqil yang juga putra Budzi atau Buzi ini mendapat mukjizat menghidupkan ribuan orang yang melarikan diri dari kewajiban berjihad. Tadinya mereka telah meninggal dan membusuk bahkan tulang-tulang mereka telah keropos. Kisah tersebut diabadikan di dalam Firman “أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ – Apakah kau tak memperhatikan pada orang-orang yang telah keluar dari kampung-kampung yang berjumlah ribuan karena takut mati. Akhirnya Allah berfirman pada mereka ‘matilah!’. Lalu Dia menghidupkan mereka. Sungguh Allah niscaya memiliki keutaman atas manusia; tetapi sungguh kebanyakan manusia tida bersyukur.” [Qs Al-Baqarah 243].

هَيْفٌ (Haif) bisa berubah menjadi “Kif,” karena menjadi bahasa Indonesia, seperti:

• istinar setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia menjadi sinar,
• qanthar setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia menjadi kantor. Arti هَيْفٌ (Haif) angin dingin.

بَلْيَا بن مَلْكان بن فالغ بن عامر بن شالخ بن أرفخشذ بن سام بن نوح، عليه السلام – Balya putra Malkan putra Faligh putra Amir putra Syalikh putra Arfakhsyad putra Sam putra Nuh AS. Balya adalah nama asli dari Nabi Khadhir; sedangkan Khadhir sendiri sebetulnya justru nama panggilan yang muncul karena jika (Balya)  duduk di atas kulit maka menjadi hijau; begitu pula kalau duduk di atas tanah gersang juga akhirnya menjadi hijau artinya berumput atau subur. Dialah Nabi yang telah membuat Nabi Musa AS marah besar hingga akhirnya Musa mengikhlaskan diri bahkan minta di DO dari muridnya karena tak tahan saat berguru. 

Diperkirakan:

Di saat kebencian Musa pada Khadhir (Balya) telah memuncak, segera mencemooh “لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا – Kalau kau mau mestinya kau menarik upah sebab (jasa ini)!,” dan bergerak akan lari meninggalkannya; namun Khadhir (Balya) memegang bajunya sambil berkata “هَذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا – Ini memang perpisahan antaraku dan kau. (Namun) akan kuceritakan padamu dulu tentang takwil yang kau tak mampu bersabar atasnya.” 

Setelah Khadhir (Balya) menceritakan semuanya; Musa menyadari bahwa di atas langit masih ada langit, yakni di atas orang pandai masih ada lagi yang lebih pandai; tegasnya Musa benar-benar malu atas kekeliruannya melontarkan amarah pada sang guru (Balya) yang ternyata justru telah sangat benar. Di saat kemarahan dan kebencian yang menyelimuti wajah Musa telah mencair itulah Khadhir (Balya) berkata “ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا –Demikian itulah ta’wil yang kau tak mampu bersabar atasnya.”