Betulkah Nabi SAW, Abu Bakr, Umar, Utsman dan Ali RA, adalah sakti? Kenapa setiap orang cenderung ingin sakti mandraguna?.
Saya yakin sepenuhnya jika ‘dua bahasan ini’ didengar oleh
‘A’isyah RA, bulu kuduk dia akan berdiri, karena dia berkeyakinan yang sakti hanya Allah. Bahkan mungkin dia akan mengulangi makalahnya:
“مَنْ حَدَّثَكَ أَنَّ
مُحَمَّدًا – صلى الله عليه وسلم – رَأَى رَبَّهُ فَقَدْ كَذَبَ وَهْوَ يَقُولُ (
لاَ تُدْرِكُهُ الأَبْصَارُ ) وَمَنْ حَدَّثَكَ أَنَّهُ يَعْلَمُ الْغَيْبَ فَقَدْ
كَذَبَ ، وَهْوَ يَقُولُ لاَ يَعْلَمُ الْغَيْبَ إِلاَّ اللَّهُ.”
Artinya:
1.
Muhammad
benar-benar telah melihat Tuhan-nya berarti telah bohong. Allah sendiri
berfirman ‘pandangan-pandangan takkan menangkap Dia’.
2.
Barang-siapa
bercerita padamu bahwa Nabi SAW benar-benar tahu barang-barang-ghaib berarti telah bohong. Allah sendiri berfirman ‘tidak tahu barang-ghaib kecuali Allah’.”
Karena sakti yang sesungguhnya, jika dia telah memiliki ‘Lima Kunci’ barang ghaib. Kecuali sakti-saktian yakni karena sihir, mejik atau
tenaga dalam. Yang itu memang bisa dipelajari.
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ
وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ.
Artinya:
Sungguh Allah yang menyanding:
1.
Ilmu Kiamat (Shughro dan Kubro).
2.
Menurunkan
hujan.
3.
Tahu
yang di dalam rahim-rahim.
4.
Jiwa
takkan tahu, apa yang akan dia kerjakan besok pagi.
5.
Jiwa
takkan tahu di tanah mana dia akan mati. Sungguh Allah Maha Alim Maha Meliput.
1.
Yang dimaksud Kiamat adalah sughra (kecil) maupun kubra
(besar). Kiamat Shughra misalnya matinya seorang atau
orang banyak karena apapun, hancurnya sebuah atau beberapa benda karena apapun.
Kalau ada yang bisa menguasai ilmu ini, pasti dia sakti mandara-guna, karena
bisa menebak sebelum terjadi, mengenai segala benda hidup maupun yang mati,
akan rusak kapankah ? Bahkan Kiamat Kubra pun dia pasti akan
tahu tanggal berapa ? Bulan apa ? Tahun berapa?.
2.
Yang
dimaksud ‘(Dia) menurunkan hujan’. Hujan dikendalikan oleh Allah. Kadang
membawa rizqi, kadang membawa
bencana. Yang mengetahui segala rahasia yang terkandung dalam hujan hanya Allah. Tapi dipelajari juga boleh, agar tahu Kebesaran Allah. Kalau tahu ilmu
yang ini, pasti sakti-mandra-guna, sehingga dia bisa menebak akan adanya
bencana melanda, yang disebabkan
oleh hujan. Yang terjadi pada tanggal sekian, melanda kawasan anu dan
sebagainya.
3.
Yang
dimaksud ‘Dia tahu yang di dalam rahim-rahim’. Segala rahasia yang
berada di dalam rahim, misal Bu Bi akan melahirkan lelaki atau perempuan, yang
garis qodarnya umur sekian dia begini, umur sekian dia begini, akhirnya menjadi
sarjana apa, atau bagaimana? Dia tahu semua, sehingga jika ilmu ini
dikembangkan, bisa menebak semua Makhluq hidup secara rinci, sejak masih berada
di dalam rahim ibu atau induknya.
4.
Yang
dimaksud ‘Jiwa takkan tahu yang akan dia kerjakan besok pagi’ secara
rinci. Kalau dia tahu ilmu yang ini, dia
tahu bahwa dia akan kalah atau KO, atau menang, ketika bertanding. Dan ilmu ini bisa
dikembangkan hingga dia tahu yang akan terjadi pada lainnya bahkan
semuanya.
5.
Yang
dimaksud ‘jiwa takkan tahu di tanah mana dia akan mati’ adalah
untuk dirinya pribadi, apa lagi mengenai selain dia. Kalau benar dia tahu,
pasti ilmu itu bisa dikembangkan hingga dia bisa
membuat daftar orang yang akan mati se RT secara urut, bahkan bisa se kabupaten
secara rinci dan detail. Lima inilah yang disebut oleh Nabi SAW sebagi
'Kunci-Kunci Barang Ghoib'.
Kalau kemauan dituruti
semuanya, niscaya manusia ingin melihat Allah, duduk bersanding Allah. Bahkan
ingin kesaktiannya sebanding Allah. Saya yakin dibalik Firman:
“مَا اتَّخَذَ اللَّهُ
مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا
خَلَقَ وَلَعَلا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ.
Artinya:
Allah tak berputra dan tak ada satu Tuhan pun menyertai
Dia. Jika betul begitu, niscaya setiap Tuhan telah menangani CiptaanNya, dan
niscaya sebagian mereka telah berusaha menaklukkan atas sebagian. Maha Suci
Allah jauh dari yang mereka jelaskan.”
Terkandung pengertian, "Ada sebagian Sifat Allah yang
berada di dalam diri manusia" Yaitu ingin paling berkuasa atau berpengaruh.
Ringkasnya bahwa manusia juga ingin sakti hingga akhirnya seperti Tuhan: bisa
membunuh atau menghidupkan sesuatu dari jarak jauh, bahkan ingin bisa membuat
alam semesta.
Terkadang mereka berhujah, "Nabi SAW dulu juga sakti, yakni bisa
membelah bulan dari jarak jauh. Bisa bertemu dan berbicara dengan Nabi Musa AS yang
telah lama wafat."
Padahal Nabi SAW
bisa membelah bulan karena Mukjizat. Perhatikan lafal ‘Aayatan’ pada
Firman yang menjelaskan saat kaum Kafir menyaksikan kejadian tersebut:
‘وَإِنْ يَرَوْا آَيَةً
يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ - (Jika menyaksikan Ayat (Mukjizat), maka mereka berpaling dan berkata
‘sihir’ yang berlalu’.
Biasanya ‘Aayatan’ diartikan Ayat, namun lebih tepat jika di sini
diartikan Mukjizat, karena istilah Ayat dalam Al-Qur’an sering
bermakna Mukjizat. Nabi SAW bisa
berbicara dengan Musa AS di saat Isra’
wa Mi’raj juga karena Mukjizat. Allah berfirman:
“سُبْحَانَ الَّذِي
أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ
الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيعُ الْبَصِيرُ.
Artinya:
Maha Suci yang telah menjalankan Hamba-Nya dari Masjidil-Haram
hingga Masjidil-Aqsha. Yang telah Kami barakahi sekelilingnya, untuk Kami
perlihatkan sebagian Ayat-Ayat (Mukjizat-Mukjizat) Kami. Sungguh Dia Maha Dengar Maha Lihat.”
Dalam Ayat ini, ketika menjelaskan
Mukjizat yang diberikan pada Nabi SAW, Allah menggunakan istilah Ayat.
Hanya saja bentuknya dirubah menjadi ‘Aayaati’ lalu ditambahi lafal
‘naa’ karena jamak, yakni saat itu, banyak Mukjizat yang diberikan
padanya SAW. Dan arti ‘naa’ Kami Allah.
Nabi SAW sendiri tidak mengajarkan kesaktian, bahkan dia SAW
menerangkan maksud Firman Allah:
“وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا
اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ
اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ.
Artinya:
Dan persiapkanlah kekuatan dan ikatan kuda semampu kalian! Untuk
menakut-nakuti Musuh Allah dan musuh kalian.”
Adalah ‘أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ
الرَّمْىُ أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْىُ’ (Ketahuilah sungguh
kekuatan adalah panah! Ketahuilah sesungguhnya kekuatan adalah panah!').
Bukan kesaktian atau tenaga dalam.
Bukan kesaktian atau tenaga dalam.
Saya terperangah oleh ucapan
beberapa orang, “Kalau otak tengah seorang telah difungsikan, maka orang
akan sangat hebat, bisa melihat dengan tanpa mata, menghafal buku yang sangat
tebal, sangat cerdas. Einstein sangat cerdas padahal otak tengahnya baru
difungsikan sepersekian, kalau bisa maksimal akan lebih hebat lagi. Cara
melatihnya sederhana dan cepat. Ini makalah yang disampaikan di dalam seminar.”
Saya menjawab, “Kalau
makalah Sakti Mandra Guna di atas dipahami betul, pasti tak mudah
percaya ‘makalah tersebut’.”
Memang ada syair mengenai kesaktian, sebagai gurauan:
Empu tempalah kerisku
agar halus keluk-keluknya
Tajamkanlah ujungnya!
Kokohkanlah ototnya! Agar sakti-mandra-guna
Tempalah tengah bawah! Kiri kanan lalu depan! Agar semakin
tampan
Tusukkan dan tusukkan! Tuk menguji kesaktian
Tuk melumpuhkan lawan
Kerisku sakti-mandra-guna
Apa lagi empunya
Apa lagi yang Maha Kuasa
Disembah alam semesta
Laa Ilaaha illallaah
Muhammadun Rasulullah
Sebetulnya, di saat nabi SAW dan para sahabat, hijrah ke
Madinah, kaum Yahudi menyihir agar kaum Muslimaat tidak ada yang bisa
melahirkan anak di Madinah. Begitu
Asma’ binti Abi Bakr RA melahirkan Abdullah bin Az-Zubair, sontak para
sahabat bertakbir karena surprise.
Nabi SAW sendiri juga disihir hingga kesulitan bergerak. Akhirnya Allah
yang Maha Asih menurunkan Ayat-Ayat yang sangat indah untuk memberi fatwa
mereka:
وَلَمَّا جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا
مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيقٌ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ كِتَابَ اللَّهِ
وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ كَأَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (101) وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو
الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ
الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى
الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ
حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ
مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ
بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا
يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي
الْآَخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا
يَعْلَمُونَ (102) وَلَوْ أَنَّهُمْ آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَمَثُوبَةٌ مِنْ عِنْدِ
اللَّهِ خَيْرٌ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (103)
Artinya:
Ketika seorang Utusan dari sisi Allah mencocoki pada yang menyertai mereka, telah datang pada mereka, sebagaian dari kaum yang telah diberi Kitab, membuang Kitab Allah di belakang punggung-punggung mereka. Mere kamirip seperti tidak tahu. [1] (101) Mereka justru mengikuti yang
syaitan-syaitan bacakan di atas kerajaan Sulaiman.[2] Padahal
Sulaiman tidak kafir, tetapi syaitan-syaitan yang telah kafir, mengajarkan
sihir pada manusia. Mereka juga mengikuti yang diturunkan atas dua
malaikat di Babil (Babilon) (bernama) Harut dan Marut. [3] Padahal mereka
berdua tidak mengajar seorang-pun sehingga berkata, “Hakikinya kami berdua
‘fitnah’ (cobaan yang merusak iman), maka jangan kafir!.”[4] [5] Namun melalui
mereka berdua, mereka mempelajari (sihir) yang bisa mereka gunakan
menceraikan antara seorang dengan istrinya. [6] Padahal
dengan itu, mereka tidak bisa membuat madharat pada seorang-pun kecuali dengan Idzin
Allah.[7] Mereka
justru mempelajari yang memadharatkan,
tidak bermanfaat pada mereka. [8] Padahal
niscaya sungguh mereka telah tahu ‘niscaya orang yang telah membeli dia’, di
akhirat tidak memiliki bagian sedikitpun. Dan niscaya jelek yang telah mereka tukarkan
dengan diri mereka, kalau mereka tahu. (102) Sungguh kalau mereka telah beriman
dan bertaqwa, niscaya Pahala dari sisi Allah lebih baik, kalau mereka tahu.
(103)
Ada yang bertanya, “Bolehkan
mengatakan ‘Ali bin Abi Thalib RA sakti' karena:
1.
Mampu
mengangkat pintu gerbang Khaibar yang sangat berat untuk perisai, hingga peperangan usai. Padahal
setelah mengeluarkan seluruh tenaga untuk mengangkat, Abu Rafik dan temannya
berdelapan tak berhasil. Bahkan akhirnya, menurut Ibnu Chajar Al-‘Asqalani ‘وَأَنَّهُ جَرَّبَ بَعْد ذَلِكَ فَلَمْ يَحْمِلهُ أَرْبَعُونَ
رَجُلًا’ (Dan
sungguh empat-puluh pria setelah itu berusaha mengangkat, namun tak mampu).
2.
Dipangkas
mulai dari sisi kening hingga ujung-kepala, hingga bermandi darah. Dengan
pedang yang telah diasah selama 40 subuh, lalu diberi 1.000 racun. Namun tidak wafat, bahkan masih bisa berteriak ‘kejar dia! Dan harus tertangkap!’
Bahkan masih bertahan hidup sepuluh hari lagi. Beliau meninggal karena emosinya
meledak-ledak tanggal 27 Ramadhan hari Jum'ah?.”
Saya menjawab “Yang paling wira’i katakan
‘bi Idznillah (bi
‘Aunillah),” agar mengikuti
Ajaran Allah:
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي
عَلَيْكَ وَعَلَى وَالِدَتِكَ إِذْ أَيَّدْتُكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ تُكَلِّمُ
النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَإِذْ عَلَّمْتُكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
وَالتَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَإِذْ تَخْلُقُ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ
الطَّيْرِ بِإِذْنِي فَتَنْفُخُ فِيهَا فَتَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِي وَتُبْرِئُ
الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ بِإِذْنِي وَإِذْ تُخْرِجُ الْمَوْتَى بِإِذْنِي وَإِذْ
كَفَفْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَنْكَ إِذْ جِئْتَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالَ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ.
Artinya:
Ketika itu Allah berfirman, ‘”Ya ‘Isa bin Maryam, ingatlah
Nikmat-Ku atasmu dan atas orang tuamu ! Ketika Aku memperkuat kau dengan Ruh
Qudus. Kau di dalam buaian berbicara pada manusia, begitu pula ketika memasuki
usia kahl. Dan ketika itu Aku telah mengajarkan padamu, 1), menulis,
2), Hikmah, 3), Taurat dan Injil. Dan ketika itu kau membuat seperti burung
dengan Idzin-Ku dari tanah, lalu kau tiup di dalamnya hingga menjadi burung
dengan Idzin-Ku. Dan kau menyembuhkan sakit-bawaan (sejak lahir), dan belang,
dengan Idzin-Ku. Dan ketika itu kau mengeluarkan orang-orang mati (dari kubur)
dengan Idzin-Ku. Dan ketika itu Aku menghalang-halangi Bani Isra’il untukmu,
ketika kau datang membawa keterangan pada mereka. Lalu orang-orang kafir dari
mereka berkata ‘tiada ini, kecuali sihir yang nyata’.”
فإن قلت : ما معنى قوله : ( في المهد وكهلاً ) ؟ قلت : معناه
تكلمهم في هاتين الحالتين ، من غير أن يتفاوت كلامك في حين الطفولة وحين الكهولة
الذي هو وقت كمال العقل وبلوغ الأشد والحدّ الذي يستنبأ فيه الأنبياء
Artinya:
Jika kau berkata “Apa makna Firman-Nya ‘فِي
الْمَهْدِ وَكَهْلًا’ (di dalam buaian dan ketika memasuki
usia kahl)?” Saya menjawab “Maknanya ‘kau ‘Isa AS bisa berbicara
pada mereka di dalam ini keadaan, tanpa ada waktu luang, di waktu kecil dan
waktu berumur kahl atau kuhulah, yaitu waktu
sempurna dan maksimal dan ketajaman akal, yang para nabi diangkat menjadi nabi
di waktu itu.”
إن الثاني أيضاً معجزة مستقلة لأن المراد تكلم الناس في الطفولية
وفي الكهولة حين تنزل من السماء لأنه عليه الصلاة والسلام حين رفع لم يكن كهلاً
Artinya:
Sungguh yang kedua ini sebagai Mukjizat-Mustaqillah (mukjiza berupa ramalan), karena
maksudnya “Kau ('Isa AS) berbicara pada manusia di waktu bayi dan di
waktu kuhulah, yakni ketika kau turun dari langit nanti” Karena
ketika dia AS diangkat ke langit belum memasuki usia kahl.
[1] Wa-nya tidak diartikan karena sebagai athaf atau isti’naf.
[2] Wa-nya diartikan justru karena athaf.
[3] Wa-nya diartikan juga karena athaf.
[4] Wa-nya diartikan padahal karena haliyyah.
[5] innamaa diartikan hakikinya karena dipergunakan menyingkapkan rahasia yang harus diketahui.
[6] Fa diartikan namun karena athaf.
[7] Wa-nya diartikan padahal karena haliyyah.
[8] Wa-nya diartikan justru karena athaf.
0 komentar:
Posting Komentar