(Bagian
ke-2 dari seri tulisan Iman Al-Ghazali Pengikut Ahlus-Sunnah wal-Jamaah)
Sebelum terjadi Perang Salib satu dan
seterusnya, hampir seluruh dunia dikuasai oleh kaum Ahlus-Sunnah. Ibnu Katsir menjelaskan hal tersebut, mendasari Firman Allah dan
merujuk sejarah yang ada. Hanya di dalam kitab tersebut tidak ada istilah
Perang Salib :
“وَعَدَ اللَّهُ
الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي
الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ
دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ
أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ
فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ [النور/55] هَذاَ وَعْدٌ مِنَ اللهِ لِرَسُوْلِهِ
صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ بِأَنَّهُ سَيَجْعَلُ أُمَّتَهُ خُلَفاَءَ
اْلأَرْضِ، أَيْ: أَئِمَّةَ الناَّسِ وَالْوُلاَةَ عَلَيْهِمْ، وَبِهِمْ تَصْلُحُ
الْبِلاَدُ، وَتَخْضَعُ لَهُمُ الْعِباَدُ، وَلَيُبَدِّلَنَّ بَعْدَ خَوْفِهِمْ
مِنَ النَّاسِ أَمْناً وَحُكْماً فِيْهِمْ، وَقَدْ فَعَلَ تَباَرَكَ وَتَعاَلَى
ذَلِكَ. وَلَهُ اْلحَمْدُ وَالمِنَّةُ، فَإِنَّهُ لَمْ يَمُتْ رَسُوْلُ اللهِ
صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ حَتَّى فَتَحَ اللهُ عَلَيْهِ مَكَّةَ وَخَيْبَرَ
وَالْبَحْرَيْنِ، وَساَئِرَ جَزِيْرَةِ الْعَرَبِ وَأَرْضَ الْيَمَنِ
بِكَماَلِهاَ. وَأَخَذَ اْلجِزْيَةَ مِنْ مَجُوْسِ هَجَرَ، وَمِنْ بَعْضِ
أَطْراَفِ الشَّامِ، وَهاَداَهُ هِرَقْلُ مَلِكُ الرُّوْمِ وَصاَحِبُ مِصْرَ
وَاْلإِسْكَنْدَرِيَّةِ -وَهُوَ الْمُقَوْقِسُ -وَمُلُوْكُ عُمَانَ
وَالنَّجاَشِيُّ مَلِكُ الْحَبَشَةِ، الَّذِيْ تَملَّكَ بَعْدَ أَصْحَمَةَ،
رَحِمَهُ اللّهُ وَأَكْرَمَهُ ثُمَّ لَمَّا مَاتَ رَسُولِ اللّهِ - صَلّى اللّهُ
عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَاخْتاَرَ اللهُ لَهُ مَا عِنْدَهُ مِنَ الْكَرَامَةِ ، قاَمَ
بِاْلأَمْرِ بَعْدَهُ خَلِيْفَتُهُ أَبُو بَكْرِ الصّدّيقُ، فَلَمَّ شَعَثَ ماَ
وَهَى عِنْدَ مَوْتِهِ، عَلَيْهِ الصّلَاةُ وَالسّلَامُ وَأَطَّدَ جَزِيْرَةَ
الْعَرَبِ وَمَهَدَهاَ، وَبَعَثَ الْجُيُوْشَ اْلإِسْلاَمِيَّةِ إِلَى بِلاَدِ
فاَرِسَ صُحْبَةَ خَالِدِ بْنِ الْوَلِيدِ، رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ، فَفَتَحُوْا طَرَفاً
مِنْهاَ، وَقَتَلُوْا خَلْقاً مِنْ أَهْلِهاَ. وَجَيْشاً آخَرَ صُحْبَةَ أَبِيْ
عُبَيْدَةَ، رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ ، وَمَنْ مَعَهُ مِنَ اْلأُمَراَءِ إِلَى أَرْضِ
الشَّامِ، وَثاَلِثًا صُحْبَةَ عَمْرِو بْنِ الْعاَصِ، رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ ،
إِلَى بِلاَدِ مِصْرَ، فَفَتَحَ اللهُ لِلْجَيْشِ الشَّامِيِّ فِيْ أَياَّمِهِ
بُصْرَى وَدِمَشْقَ وَمَخَالِيْفَهُماَ مِنْ بِلاَدِ حَوْراَنَ وَماَ وَالاَهاَ،
وَتَوَفاَّهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ ، وَاخْتاَرَ لَهُ ماَ عِنْدَهُ مِنَ
الْكَراَمَةِ. ومَنَّ عَلَى اْلإِسْلاَمِ وَأَهْلَهُ بِأَََنْ أَلْهَمَ
الصِّدِّيْقَ أَنِ اسْتَخْلِفْ عُمَرَ الْفاَرُوْقَ، فَقاَمَ فِي اْلأَمْرِ
بَعْدَهُ قِياَماً تَاماًّ، لَمْ يَدُرِ الْفُلْكُ بَعْدَ اْلأَنْبِياَءِ
[عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ] عَلَى
مِثْلِهِ، فِيْ قُوَّةِ سِيْرَتِهِ وَكَماَلِ عَدْلِهِ. وَتَمَّ فِي أَياَّمِهِ
فَتْحُ الْبِلاَدِ الشاَّمِيَّةِ بِكَماَلِهاَ، وَدِياَرُ مِصْرَ إِلَى آخِرِهاَ،
وَأَكْثَرُ إِقْلِيْمِ فاَرِسَ، وَكَسَّرَ كِسْرَى وَأَهاَنَهُ غاَيَةَ
اْلهَواَنِ، وَتَقَهْقَرَ إِلَى أَقْصَى مَمِلَكَتِهِ، وقَصَّرَ قَيْصَرَ،
وَانْتَزَعَ يَدَهُ عَنْ بِلاَدِ الشاَّمِ فَانْحاَزَ إِلَى قُسْطَنْطِيْنَةَ،
وَأَنْفَقَ أَمْواَلَهُماَ فِي سَبِيْلِ اللهِ، كَماَ أَخْبَرَ بِذَلِكَ وَوَعَدَ
بِهِ رَسُوْلُ اللهِ، عَلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ أَتَمُّ سَلاَمٍ وَأَزْكَى صَلاَةٍ.
Artinya:
Allah telah menjanjikan pada sebagian kalian
yang telah beriman dan telah beramal shalih:
1. Niscaya
sungguh Dia akan menjadikan mereka sebagai khalifah di dalam bumi, sebagaimana
Dia telah menjadikan khalifah pada orang-orang sebelum mereka.
3. Niscaya sungguh Dia akan memberi ganti Rasa Aman dari setelah ketakutan mereka: mereka akan menyembah Aku dan tidak mensyirikkan Aku pada sesuatu.
Ini Janji Allah untuk Rasul-Nya صَلّى
اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ bahwa Allah akan menjadikan umat
Muhammad صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ sebagai khalifah-khalifah bumi,
maksudnya panutan dan pengatur-pengatur mereka. Dengan perantaraan mereka, kota-kota akan menjadi baik, dan Hamba-Hamba Allah akan merendah pada mereka. Dan niscaya rasa takut
mereka pada manusia, akan dirubah oleh Allah menjadi Rasa Aman, bahkan hukum akan ditentukan oleh mereka. Allah تَبَارَكَ وَتَعَالَى pun telah
melaksanakan janji tersebut.
Dan Segala Puja dan Anugrah adalah Hak Allah. Dalam kenyataan Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ tidak meninggal
dunia, sehingga Allah membantu beliau menaklukkan
kota Makkah, Khaibar, Bahrain, seluruh Jazirah Arab, dan kota Yaman secara
sempurna.
Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ telah menarik
pajak dari pemeluk agama Majusi kota Hajar, dan sebagaian pinggiran kota-kota
Syam. Hiraqla raja Romawi, raja Mesir dan Iskandariyah bernama الْمُقَوْقِسُ (Al-Muqauqis), raja-raja Oman dan
Najasyi, dan raja Habasyah yang bertahta setelah Ash-Chamah رَحِمَهُ اللّهُ, telah memberi Rasulullah صَلّى
اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ hadiah kehormatan. [1]
Lalu Rasulullah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ
وَسَلّمَ meninggal dunia, dan Allah memberi Karamah Pilihan
di sisi-Nya untuk beliau. Tegasnya bahwa yang berdiri untuk memegang perkara
saat itu adalah khalifah beliau, Abu Bakr As-Shiddiq. [2]
Ketika Abu Bakr telah membenahi Islam yang
acak-acakan setelah beliau عَلَيْهِ الصّلَاةُ وَالسّلَامُ wafat. Telah memperkokoh dan
memperkuat Jazirah Arab. Dan telah mengutus:
1. Pasukan-pasukan
Islam agar mengajak Islam pada beberapa penduduk kota Persia di bawah pimpinan
Khalid bin Al-Walid رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ. [3] Mereka
pun berhasil menaklukkan pinggiran kota Persia (Farisi). Cukup banyak penduduk
yang membangkang pada Tuhan, terbunuh karena sepak terjang Khalid dan
pasukannya. Akhirnya mereka banyak yang masuk Islam.
2. Pasukan-pasukan
lainnya di bawah pimpinan Abu Ubidah رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ didampingi oleh sejumlah amir menuju kota Syam.
3. Pasukan-pasukan
di bawah pimpinan Amr bin Ash رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ menuju sejumlah kota di Mesir.
Allah memberi Kemenangan pada pasukan yang
menuju kota Syam, di masa hayat Abu Bakr رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ.
Wilayah yang ditaklukkan, Bushra, Damaskus dan sekitarnya, kota Chauran
dan sekitarnya. [4] Akhirnya
Allah عَزّ وَجَلّ mewafatkan dan
memberikan Karamah pilihan yang di
sisi-Nya untuk Abu Bakr رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ. [5]
Sebelumnya, Allah telah memberikan Anugrah pada Islam dan pemeluknya, berupa Ilham untuk Abu Bakr رَضِيَ اللّهُ
عَنْهُ, “Angkatlah Umar Al-Faruq sebagai Khalifah!.”
Maka Umar رَضِيَ
اللّهُ عَنْهُ pun mengurusi perkara setelahnya, dengan kebijakan sangat sempurna.
Bahtera-bahtera setelah para Nabi AS yang ada, mutlak tidak ada yang sehebat bahtera Umar, mengenai kuatnya langkah kebijakan dan keadilannya yang sempurna. Di hari-hari hayatnya penaklukan kota-kota
Syam sangat sempurna, bahkan kota-kota Mesir hingga pinggirannya ditaklukkan.
Sejumlah besar kota Farisi (Persia) juga ditaklukkan. Kerajaan Kisra
dihancurkan dan dihinakan secara maksimal, hingga Raja Kisra melarikan diri ke
wilayah kekuasaannya paling ujung. Langkah selanjutnya Umar RA menghajar
hingga Qaishar Romawi meninggalkan
kota Syam, melarikan diri ke Qusthanthinah (Konstantinopel). [6]
Harta kekayaan dua kerajaan raksasa tersebut, diinfakkan oleh Umar ke Sabilillah,
sebagaimana Rasulullah عَلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ
أَتَمُّ سَلاَمٍ وَأَزْكَى صَلاَةٍ صَلاَةٍ telah mengkhabarkan
dan menjanjikan.
Jika di zaman Umar bin Khatthab رَضِيَ
اللّهُ عَنْهُ saja, kejayaan Islam sudah seperti itu, apa lagi pada zaman
Utsman bin Affan رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ.
ثُمَّ لَماَّ كاَنَتِ
الدَّوْلَةُ الْعُثْماَنِيَّةُ، امْتَدَّتِ الْمَماَلِيْكُ اْلإِسْلاَمِيَّةُ
إِلَى أَقْصَى مَشاَرِقَ اْلأَرْضِ وَمَغاَرِبَهاَ، فَفُتِحَتْ بِلاَدُ
اْلمَغْرِبِ إِلَى أَقْصَى ماَ هُناَلِكَ: اْلأَنَدَلُسِ، وَقَبْرَصَ،
وَبِلاَدِ الْقَيْرَوَانِ، وَبِلاَدِ سَبْتَةَ مِماَّ يَلِي الْبَحْرَ
اْلمُحِيْطِ، وَمِنْ ناَحِيَةِ الْمَشْرِقِ إِلَى أَقْصَى بِلاَدِ الصِّيْنِ،
وَقُتِلَ كِسْرَى، وَباَدَ مُلْكُهُ بِالْكُلِّيَّةِ. وَفُتِحَتْ مَداَئِنُ
الْعِراَقِ، وَخُراَساَنُ، وَاْلأَهْواَزُ، وَقَتَلَ اْلمُسْلِمُوْنَ مِنَ
التُّرْكِ مَقْتَلَةً عَظِيْمَةً جِداًّ، وَخَذَلَ اللهُ مَلِكَهُمُ اْلأَعْظَمَ
خاَقاَنَ، وَجُبِيَ الْخَراَجُ مِنَ الْمَشاَرِقِ وَالْمَغاَرِبِ إِلَى حَضْرَةِ
أَمِيْرِ اْلمُؤْمِنِيْنَ عُثْماَنَ بْنِ عَفاَّنَ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ. وَذَلِكَ بِبَرَكَةِ تِلاَوَتِهِ وَدِرَاسَتِهِ وَجَمْعِهِ
اْلأُمَّةَ عَلَى حِفْظِ اْلقُرْآنِ؛ وَلِهَذاَ ثَبَتَ فِي الصَّحِيْحِ عَنْ
رَسُوْلِ اللهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ أَنَّهُ قاَلَ: " إِنَّ
اللَّهَ زَوَى لِىَ الأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا وَإِنَّ
أُمَّتِى سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِىَ لِى مِنْهَا" فَهاَ نَحْنُ نَتَقَلَّبُ
فِيْماَ وَعَدَناَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ، وَصَدَقَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ، فَنَسْأَلُ
اللهَ اْلإِيْماَنَ بِهِ، وَبِرَسُوْلِهِ، وَالْقِياَمَ بِشُكْرِهِ عَلَى
اْلوَجْهِ الَّذِيْ يُرْضِيْهِ عَناَّ .
Artinya:
Lalu wilayah kekuasan
Daulat Utsmaniyah Islamiyah melebar ke lebih ujung Timur dan Baratnya bumi.
Kota-kota Maghribi ditaklukkan, melebar hingga ke wilayah paling ujung: Andalusia, Qabrash,
kota-kota Qairawan, kota-kota Sabtah dekat laut Muhith. Wilayah kekuasaan
bagian Timur juga melebar hingga ke ujung negeri Cina. Sementara itu Raja
Kisra dibunuh, dan berakhirlah seluruh kerajaannya. [7]
Sejumlah kota Iraq
juga ditaklukkan, demikian pula kota Khurasan dan Ahwaz. Umat Islam juga
memerangi bangsa Turki dengan peperangan sangat dahsyat sekali. Allah
merendahkan raja terbesar mereka bernama Khaqan. Kharaj (hasil
bumi dari kafir dzimmi atau dzimmah) mulai dari wilayah-wilayah Timur dan Barat bumi, disetorkan ke hadirat Utsman bin Affan رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ.
Itu karena barakah
beliau, rajin membaca dan memperdalam ilmu Al-Qur’an.
Beliau juga berjasa menyeragamkan Al-Qur’an untuk umat Islam.[8] Oleh
karena itu, di dalam Hadits shahih telah tertulis:
“Sesungguhnya Allah telah melipatkan bumi
untukku, hingga saya menyaksikan bagian Timur-timur dan Barat-barat bumi. Dan
sungguh wilayah kerajaan umatku, akan sampai ke wilayah yang telah dilipatkan untukku.”
Kini kitalah yang berbolak-balik, yakni
tenggelam pada Janji Allah dan Rasul-Nya. Allah dan Rasul-Nya telah menetapi
janjinya. Maka kita memohon agar Allah menjadikan kita beriman pada-Nya dan
pada Rasul-Nya, dan agar kita mensyukuri nikmat, agar Dia ridha pada kita.
أما بعد: فاعلم أيها
الحريص المقبل على اقتباس العلم، المظهر من نفسه صدق الرغبة، وفرط التعطش إليه..
أنك إن كنت تقصد بالعلم المنافسة، والمباهاة، والتقدم على الأقران، واستمالة وجوه
الناس إليك، وجمع حطام الدنيا؛ فأنت ساع في هدم دينك، وإهلاك نفسك، وبيع آخرتك
بدنياك؛ فصفقتك خاسرة، وتجارتك بائرة، ومعلمك معين لك على عصيانك، وشريك لك في
خسرانك، وهو كبائع سيف لقاطع طريق، كما قال صلى الله عليه وسلم: (من أعان على
معصية ولو بشطر كلمة كان شريكا فيها وإن كانت نيتك وقصدك، بينك وبين الله تعالى،
من طلب العلم: الهداية دون مجرد الرواية؛ فأبشر؛ فإن الملائكة تبسط لك أجنحتها إذا
مشيت، وحيتان البحر تستغفر لك إذا سعيت. ولكن ينبغي لك أن تعلم، قبل كل شيء، أن
الهداية التي هي ثمرة العلم لها بداية ونهاية، وظاهر وباطن، ولا وصول إلى نهايتها
إلا بعد إحكام بدايتها، ولا عثور على باطنها إلا بعد الوقوف على ظاهرها.
Artinya:
Ketahuilah hai khususnya
orang yang bertekat bulat mencari ilmu, yang terang-terangan menyatakan
senang dari lubuk hati, dalam urusan mencari ilmu, dan tak mau kehausan ilmu. Sungguh
jika maksudmu mencari ilmu untuk mencari:
1. Kemuliaan dan kehebatan.
2. Menonjol mengalahkan teman-teman sebaya.
3. Agar wajah-wajah manusia berpaling ke arah
wajahmu.
4.
Untuk mengumpulkan rumput-rumput kering dunia.
Berarti kau telah
berusaha merobohkan agamamu, merusakkan dirimu, dan menjual akhiratmu dengan duniamu. Itu berarti
negosiasimu rugi, perdaganganmu bangkrut. Ilmumu justru akan mempermudahkan kau
menuju kemaksiatanmu, dan menjadi temanmu di dalam kerugianmu. Yakni bagaikan
orang yang menjual pedang pada perampok jalanan. Sebagaimana Rasul Allah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ telah bersabda,
“Barang siapa menolong sebuah kemaksiatan, walaupun dengan setengah kalimat, maka
berarti dia telah nyata bergabung di dalamnya.”
Namun jika niat dan
tujuanmu dalam mencari ilmu antara kau dan Allah, agar mendapatkan Hidayah, bukan sekedar ingin punya kemampuan mengupas riwayah
(riwayat), bersenanglah! Karena
para malaikat membentangkan sayap, di waktu kau berjalan. Dan ikan-ikan lautan memintakan
ampunan untukmu, ketika kau besemangat. Tetapi seyogyanya kau
mengetahui sebelum segala sesuatu, bahwa sungguh Hidayah yang merupakan buah ilmu ini memiliki:
1. Pangkal dan puncak.
2.
Lahiriyah dan batiniyah (rahasia).
Tak mungkin sampai ke
puncaknya kecuali setelah berusaha memanjat melalui pangkalnya. Dan tak mungkin
mampu menyingkapkan rahasianya kecuali setelah merenungi lahiriyahnya.
Gerhana Ulasan Ghazali
Al-Gazali memang ahli
filsafat dan ahli Hadits, uraiannya enak dicerna. Walau begitu ada ucapan
Al-Ghazali yang disalahkan oleh Imam Sayuthi. Yaitu ketika dia membahas sabda
Nabi:
“ ( إِنَّ اللَّه عَزَّ وَجَلَّ إِذَا بَدَا لِشَيْءٍ مِنْ خَلْقه
خَشَعَ لَهُ ) قَالَ أَبُو حَامِد الْغَزَالِيّ هَذِهِ الزِّيَادَة غَيْر صَحِيحَة
نَقْلًا فَيَجِبُ تَكْذِيب نَاقِلهَا وَبَنَى ذَلِكَ عَلَى أَنَّ قَوْل
الْفَلَاسِفَة فِي بَاب الْخُسُوف وَالْكُسُوف حَقّ لِمَا قَامَ عَلَيْهِ مِنْ
الْبَرَاهِين الْقَطْعِيّ.”
Artinya:
(Sungguh ketika Allah
telah menampakkan diri pada sesuatu dari makhluk-Nya, maka para makhluk
menunduk).
Abu Hamid Al-Ghazali
berkata, “Tambahan kalimat ini tidak shahih secara nakli (kemanqulan) sehingga
diwajibkan mendustakan pembawa dalil nakli (kemangkulan tersebut).”
Dia berkeyakinan demikian, karena ucapan para Ahli Filsafat mengenai
gerhana adalah benar. Karena ada dalil-dalil nyata sebagai
bukti kebenarannya.
Imam Sayuthi melanjutkan uraiannya mengenai
Kekeliruan Ucapan Al-Ghazali:
“قَالَ السُّبْكِيّ
قَوْل الْفَلَاسِفَة صَحِيح كَمَا قَالَ الْغَزَالِيّ لَكِنَّ إِنْكَار
الْغَزَالِيّ هَذِهِ الزِّيَادَة غَيْر جَيِّد فَإِنَّهُ مَرْوِيّ فِي
النَّسَائِيِّ وَغَيْره وَتَأْوِيله ظَاهِر فَأَيُّ بُعْدٍ فِي أَنَّ الْعَالِم
بِالْجُزْئِيَّاتِ وَمُقَدِّر الْكَائِنَات سُبْحَانه يُقَدِّر فِي أَزَل الْأَزَل
خُسُوفهمَا بِتَوَسُّطِ الْأَرْض بَيْن الْقَمَر وَالشَّمْس وَوُقُوف جُرْم
الْقَمَر بَيْن النَّاظِر وَالشَّمْس وَيَكُون ذَلِكَ وَقْت تَجَلِّيه سُبْحَانه
وَتَعَالَى عَلَيْهِمَا فَالتَّجَلِّي سَبَب لِكُسُوفِهِمَا قَضَتْ الْعَادَة
بِأَنَّهُ يُقَارِن تَوَسُّط الْأَرْض وَوُقُوف جُرْم الْقَمَر لَا مَانِع مِنْ
ذَلِكَ وَلَا يَنْبَغِي مُنَازَعَة الْفَلَاسِفَة فِيمَا قَالُوا إِذَا دَلَّتْ
عَلَيْهِ بَرَاهِين قَطْعِيَّة.”
Artinya:
As-Subki berkata ‘ucapan para ahli
filsafat shahih, sebagaimana ucapan Al-Ghazali. Tetapi keingkaran Imam Al-Ghazali
terhadap tambahan ini riwayat tidak baik. Karena
tambahan tersebut diriwayatkan di dalam Hadits Nasa’i dan lainnya, dan
takwilnya pun jelas sekali. Lalu sampai di manakah jauhnya ilmu seorang Alim
yang menguasai beberapa bagian ilmu, dan memperkirakan beberapa keadaan Yang
Maha Suci? Yang sedang dan akan memperkirakan segala azal
azali. Gerhana duanya karena menengahnya bumi pada titik garis lurus bulan dan matahari. Dan karena bertempatnya tubuh bulan
di antara orang yang mengamati, dan matahari. Dan demikian itulah waktu Allah سُبْحَانه
وَتَعَالَى Menampak, pada duanya. Maka Menampak-Nya sebagai penyebab gerhana duanya. Sudah menjadi adat
kebiasaan yang berlaku bahwa, menengahnya bumi dan bertempatnya tubuh bulan pada
posisi tersebut, mutlak tidak ada yang mampu menghalang-halangi. Dan
tidaklah pantas bagi ahli filsafat mengutarakan pernyataan tersebut, apabila
ada dalil nyata yang menunjukkan secara tegas.[9]
Imam Ghazali melanjutkan ulasannya:
وَهَأَناَ مُشِيْرٌ عَلَيْكَ بِبِداَيَةِ الْهِداَيَةِ؛
لِتثجَرِّبَ بِهاَ نَفْسَكَ، وَتَمْتَحِنَ بِهاَ قَلْبَكَ، فَإِنْ صاَدَفْتَ
قَلْبَكَ إِلَيْهاَ ماَئِلاً، وَنَفْسُكَ بِهاَ مُطاَوِعَةٌ، وَلَهاَ قاَبِلَةٌ؛
فَدُوْنَكَ التَّطَلُّعُ إِلَى النِّهاَياَتِ وَالتَّغَلْغلِ فِي بِحاَرِ
الْعُلُوْمِ.
Artinya:
Dan hai! Inilah saya yang akan menjelaskan padamu mengenai Bidayatil-Hidayah. Agar
kau mencoba dengan dirimu dan menguji hatimu sendiri. Jika kau jumpai
hatimu condong padanya, dan dirimu bisa menerima dengan senang, silahkan kau cermati
hasilnya dan masuklah ke dalam lautan-lautan ilmu tersebut.
[1] Dalam Ar-Raudhul-Unuf juz 4 halaman 300 dijelaskan:
ثُمّ كَتَبَ كِتَابًا ، وَأَرْسَلَهُ مَعَ دِحْيَةَ يَقُولُ فِيهِ لِلنّبِيّ - صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ - إنّي مُسْلِمٌ وَلَكِنّي مَغْلُوبٌ عَلَى أَمْرِي ، وَأَرْسَلَ إلَيْهِ بِهَدِيّةٍ فَلَمّا قَرَأَ النّبِيّ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ كِتَابَهُ قَالَ " كَذَبَ عَدُوّ اللّهِ لَيْسَ بِمُسْلِمٍ ، بَلْ هُوَ على نَصْرَانِيّتِهِ ".
Artinya:
Lalu (Hiraqla) menulis surat dan mengirimkan bersama Dihyah. Di dalamnya dijelaskan pada Nabi صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ: “Sungguh saya Muslim, tetapi saya dikalahkan atas perkaraku (oleh para pendampingku).”
Dia juga mengirimkan hadiah kehormatan pada Nabi صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ. Setelah membaca suratnya, Nabi SAW bersabda, “Musuh Allah telah bohong! Dia bukan Muslim. Bahkan dia memeluk agama Nashraninya.”
[2] Wafat pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul-Awal tahun sebelas Hijriah. Dimakamkan hari Selasa sehari setelahnya di pertengahan siang, namun matahari telah condong ke barat, dalam umur 63 tahun.
[3] Dia sahabat Nabi yang mendapat gelar Saifullah (Pedang Allah). Kalau berperang seperti malaikat. Namanya harum sebagai pejuang hingga banyak orang yang membuat sya’ir mengenai kehebatannya. Hal itulah yang membuat Umar khawatir jika di suatu saat nanti dia dikultuskan manusia. Hingga akhirnya Umar melepaskan jabatannya yang sangat tinggi.
[5] Dia wafat pada malam Selasa tanggal 8 Jumadayil-Akhir tahun 13 Hijriyyah, dalam umur 63 tahun.
[6] Kata Kaisar berasal dari Qaishar bahasa Romawi. Di dalam Murujudz-Dzahab, juz 1 halaman 136 dijelaskan:
فَساَرَ إِلَيْهِمُ الثاَّنِيُّ مِنْ مُلُوْكِ الرُّوْمِ، مِنْ بِلاَدِ رُوْمِيَّةِ، وَهُوَ أَغُسْطُسُ، وَهُوَ أَوَّلُ مَنْ سُمِّيَ قَيْصَرَ وَإِلَيْهِ تُنْسَبُ الْقَياَصِرَةُ بَعْدَهُ.
Atinya:
Akhirnya raja yang ke dua dari Romawi berjalan dari kota Romawi menuju mereka. Dialah raja yang bernama Agustus. Dia raja yang pertama-kali bergelar Qaishar (Kaisar). Semua raja setelahnya bergelar Qaishar (Kaisar) mengikuti dia.
ثُمَّ مَلَكَ بَعْدَهُ أَغُسْطُسُ قَيْصَرُ، سِتاًّ وَخَمْسِيْنَ سَنَةً، وَهَذاَ الْمُلْكُ هُوَأَوَّلُ مَنْ سُمِّيَ مِنْ مُلُوْكِ الرُّوْمِ قَيْصَرَ، وَهُوَ الثاَّنِي مِنْ مُلُوْكِهِمْ، وَتَفْسِيْرُ قَيْصَرَ بُقِرَ أَيْ شُقَّ عَنْهُ، وَذَلِكَ أَنَّ أُمَّهُ ماَتَتْ وَهِيَ حاَمِلٌ بِهِ فَشُقَّ بَطْنُهاَ فَكاَنَ هَذاَ الْمَلِكُ يَفْتَخِرُ فِي وَقْتِهِ بِأَنَّ النِّساَءَ لَمْ تَلِدْهُ، وَكَذَلِكَ مَنْ حَدَثَ بَعْدَهُ مِنْ مُلُوْكِ الرُّوْمِ مِمَّنْ كاَنَ مِنْ وَلَدِهِ يَفْتَخِرُوْنَ بِهَذاَ الْفِعْلِ وَماَ كاَنَ مِنْ أُمِّهِمْ، فَصاَرَتْ سِمَةً لِمَنْ طَرَأَ بَعْدَهُ مِنْ مُلُوْكِ الرُّوْمِ، وَاللهُ أَعْلَمُ.
Artinya:
Lalu yang menjadi raja setelahnya Agustus Kaisar selama 56 tahun. Inilah raja Romawi yang pertama kali diberi gelar Qaishar (Kaisar). Dia raja kedua mereka. Qaishar artinya dibedah, maksudnya perut ibnunya dibelah untuk melahirkan dia. Itu terjadi karena ibunya wafat di saat mengandung dia, akhirnya ibunya dibedah perutnya. Oleh karena itu, raja ini sombong di waktu hidupnya, “Wanita tidak ada yang melahirkan seperti dia.”
Begitu pula raja-raja Romawi yang bertahta setelahnya dari keturunannya, juga sombong karena peristiwa yang terjadi pada nenek mereka, yang melahirkan dengan cara ajaib itu. Akhirnya Qaishar (Kaisar) menjadi nama gelar raja-raja Romawi yang bertahta setelahnya. Dan Allah lebih tahu.
كِسْرَى هَذَا هُوَ أَبَرْوَيْزُ بْنُ هُرْمُزَ بْنِ أَنُوشِرْوَانَ ، وَمَعْنَى أَبْرَوَيْزَ بِالْعَرَبِيّةِ الْمُظَفّرُ وَهُوَ الّذِي غَلَبَ الرّومَ حِينَ أَنَزَلَ اللّهُ { الم غُلِبَتِ الرّومُ فِي أَدْنَى الْأَرْضِ } [ أَوّلُ الرّومِ ] وَهُوَ الّذِي عُرِضَ عَلَى اللّهِ فِي الْمَنَامِ فَقَالَ [ ص 148 ] صَاحِبِ الْهِرَاوَةِ فَلَمْ يَزَلْ مَذْعُورًا مِنْ ذَلِكَ حَتّى كَتَبَ إلَيْهِ النّعْمَانُ بْنُ الْمُنْذِرِ بِظُهُورِ النّبِيّ - صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ - بِتِهَامَةَ ، فَعَلِمَ أَنّ الْأَمْرَ سَيَصِيرُ إلَيْهِ حَتّى كَانَ مِنْ أَمْرِهِ مَا كَانَ وَهُوَ الّذِي كَتَبَ إلَيْهِ النّبِيّ - صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ - وَحَفِيدُهُ يَزْدَجِرْدُ بْنُ شَهْرَيَارَ بْنِ أَبْرَوَيْزَ وَهُوَ آخِرُ مُلُوكِ الْفُرْسِ ، وَكَانَ سُلِبَ مُلْكُهُ وَهُدِمَ سُلْطَانُهُ عَلَى يَدَيْ عُمَرَ بْنِ الْخَطّابِ ، ثُمّ قُتِلَ هُوَ فِي أَوّلِ خِلَافَةِ عُثْمَانَ ، وُجِدَ مُسْتَخْفِيًا فِي رَحًى فَقُتِلَ وَطُرِحَ فِي قَنَاةِ الرّحَى ، وَذَلِكَ بِمَرْوَ مِنْ أَرْضِ فَارِسَ.
Artinya:
Kisra yang ini bernama Abruiz bin Hurmuz bin Anusirwan. Arti Abruiz dalam bahasa Arab yang dibuat menang. Raja inilah yang telah menaklukkan kerajaan Romawi Timur pada saat Allah menurunkan Wahyu yang artinya, “Romawi telah dikalahkan. Namun setelah kalah mereka akan mengalahkaan.”
Dialah orang yang telah diberi mimpi oleh Allah. (Dalam mimpi tersebut ada perintah, “Serahkanlah yang di dua tanganmu pada pemilik unta!).”
Sejak itu jantung dia berdebar-debar ketakutan, hingga diberi tahu oleh Nu’man melalui surat, “Nabi Muhammad صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ telah muncul di Tihamah.”
Diapun menyadari bahwa kekuasannya akan berpindah kepada Nabi SAW, hingga akhirnya terjadi apa yang terjadi. Dia pula yang pernah disurati oleh Nabi صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ untuk diajak masuk Islam. Cucu Abruiz bernama Yazdajird bin Syahrayar bin Abruiz lah yang menjadi raja Farisi terakhir. Kerajaannya dirampas dan kekuasaannya ditumbangkan oleh tangan Umar bin Khatthab. Akhirnya dibunuh pada zaman awal kekhalifahan Utsman RA. Dia ditangkap di saat bersembunyi di dalam lesung. Dia dibunuh dan ditaruh di Qanah Raha yakni di wilayah kota Marwa wilayah kerajan Persia (Farisi).
[8] Sebelumnya bacaan Al-Qur’an bermacam-macam karena banyak yang belum tahu bahwa bacaan-bacaan tersebut telah di-mansukh secara tilawah.
Jumlah huruf Al-Qur’an menurut Ibnu Katsir:
وَأَماَّ عَدَدُ حُرُوْفِهِ وَأَجْزَائِهِ فَرَوَى سَلاَّمٌ أَبُوْ مُحَمَّدٍ الْحَماَّنِيُّ أَنَّ الْحَجاَّجَ بْنَ يُوْسُفَ جَمَعَ الْقُراَّءَ وَالْحُفاَّظَ وَالْكُتاَّبَ، فَقاَلَ: أَخْبِرُوْنِيْ عَنِ الْقُرْآنِ كُلِّهِ كَمْ مِنْ حَرْفٍ هُوَ ؟. قاَلَ: وَكُنْتُ فِيْهِمْ، فَحَسَبْناَ فَأَجْمَعْناَ عَلَى أَنَّ الْقُرْآنَ ثَلَثُمِائَةِ أَلْفِ حَرْفٍ وَأَرْبَعُوْنَ أَلْفِ حَرْفٍ وَسَبْعُمِائَةِ حَرْفٍ وَأَرْبَعُوْنَ حَرْفاً وَقاَلَ: فَأَخْبِرُوْنِيْ إِلَى أَيِّ حَرْفٍ يَنْتَهِيْ نِصْفُ الْقُرْآنِ ؟ فَإِذاَ هُوَ الْكَهْفُ " وَلْيَتَلَطَّفْ " فِي الْفاَءِ.
Artinya:
Dan adapun jumlah huruf-huruf dan juz-juz Al-Qur’an, Salam Abu Muhammad Al-Hamani meriwayatkan, “Sesungguhnya Hajaj bin Yusuf telah mengumpulkan Qura’ (para ahli membaca Al-Qur’an). Huffadl (para ahli menghafal Al-Qur’an). Dan Kuttab (para penulis Al-Qur’an).
Selanjutnya dia berkata ‘berilah khabar padaku tentang Al-Qur’an semuanya! Terdiri berapa huruf kah?’.
‘Saat itu saya berada di pertengahan mereka’ kata Salam 'setelah kami menghitungnya kami berijma’ (sepakat) bahwa Al-Qur’an terdiri 340. 740 huruf.
Dia juga berkata ‘berilah khabar padaku tepat pada manakah huruf di tengah Al-Qur’an?’. Ternyata huruf fa dalam وَلْيَتَلَطَّفْ surat Al-Kahfi.”
[9] Penulis bukan merendahkam Imam Ghazali yang ketika wafat, memeluk Hadits Bukhari yang sangat dikagumi. Tetapi memberi tahu pembaca bahwa sehebat apapun Imam Ghazali tetap juga manusia yang pernah keliru. Orang terpandai sejagad bernama Muhammad صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ saja pernah berbuat kesalahan, hingga ditegur oleh Tuhan:
“يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ تَبْتَغِي مَرْضَاةَ أَزْوَاجِكَ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ.”
Artinya:
Ya khususnya Nabi, kenapa kau haramkan apa yang Allah telah menghalalkan untukmu untuk mencari keridhoan istri-istrimu. Sedangkan Allah Maha pengampun Maha penyayang.”
Selain itu agar pembaca tahu bahwa derajat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasa’i dan Tirmidzi lebih unggul di atas Imam Al-Ghazali. Walaupun dalam kenyataannya kaum awam dari Ahlus-Sunnah justru banyak yang mengagumi dan mengikuti Imam Al-Ghazali. Itu karena uraiannya lebih mudah dicerna saja. Wallahu a’lam.
Bermacam-macam pendapat Ulama mengenai hukum di saat nabi mengharamkan yang dihalalkan oleh Allah, "Mengenai istri, hamba-sahaya-wanita, atau madu?." Sebagian mereka berkata, “Saat itu nabi tidak berdosa, karena maksudnya hanya mengharamkan untuk dirinya sendiri." Adanya Allah menegur, karena dia sebagai panutan manusia. Gambarannya seperti ketika Musa ditanya oleh seorang, "Siapakah orang yang paling pandai di bumi?." Musa menjawab, "Saya." Karena dia menyadari dirinya sebagai satu-satunya Rasul yang diberi Wahyu, dan mendapatkan Kitab Suci. Saat itu, Allah menegur‘bala yang artinya ada saja. Yaitu Hamba-Ku yang bertempat tinggal di pertemuan dua lautan’.”
Namun yang lebih pantas dikaji, uraian Abdur-Rahman As-Suhaili yang tulisannya sering dijadikan rjukan oleh Ibnu Katsir di dalam kitabnya:
فَأَمّا مَنْ قَالَ التّحْرِيمُ كُلّهُ لَغْوٌ لَا شَيْءَ فِيهِ فَاحْتَجّوا بِأَنّ اللّهَ سُبْحَانَهُ لَمْ يَجْعَلْ لِلْعَبْدِ تَحْرِيمًا وَلَا تَحْلِيلًا وَإِنّمَا جَعَلَ لَهُ تَعَاطِيَ الْأَسْبَابِ الّتِي تَحِلّ بِهَا الْعَيْنُ وَتَحْرُمُ كَالطّلَاقِ وَالنّكَاحِ وَالْبَيْعِ وَالْعِتْقِ وَأَمّا مُجَرّدُ قَوْلِهِ حَرّمْت كَذَا وَهُوَ عَلَيّ حَرَامٌ فَلَيْسَ إلَيْهِ . قَالَ تَعَالَى : { وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللّهِ الْكَذِبَ } [ النّحْلُ 116 ] وَقَالَ تَعَالَى : [ ص 280 ] { يَا أَيّهَا النّبِيّ لِمَ تُحَرّمُ مَا أَحَلّ اللّهُ لَكَ } [ التّحْرِيمُ 1 ] فَإِذَا كَانَ سُبْحَانَهُ لَمْ يَجْعَلْ لِرَسُولِهِ أَنْ يُحَرّمَ مَا أَحَلّ اللّهُ لَهُ فَكَيْفَ يَجْعَلُ لِغَيْرِهِ التّحْرِيمَ ؟ . قَالُوا : وَقَدْ قَالَ النّبِيّ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ كُلّ عَمَلٍ لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدّ وَهَذَا التّحْرِيمُ كَذَلِكَ فَيَكُونُ رَدّا بَاطِلًا.
Artinya:
Maka adapun orang yang berkata, “Segala pengharaman adalah sia-sia tak berarti. Mereka berhujah ‘karena Allah سُبْحَانَهُ mutlak tidak memberi hak mengharamkan dan menghalalkan pada seorang hamba. Sungguh Hak yang Allah berikan pada seorang hamba, hanya sebatas jalan yang membuat halal atau haram secara nyata, seperti thalaq, nikah, jual-beli, pemerdekaan hamba-sahaya.
Adapun orang yang berkata, “Saya telah mengharamkan ini. Dia haram untukku.” Sebetulnya tidaklah menjadi haram. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ [النحل/116].
Artinya:
Dan kalian jangan mengatakan yang lisan kalian menerangkan dengan bohong ‘ini halal dan ini haram’ dengan tujuan menyusun kebohongan atas Allah. [Qs An-Nachl 116].
Allah Ta’la juga berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ [التحريم/1].
Hai khususnya nabi! Kenapa kau mengharamkan yang telah Allah halalkan untukmu?.” [Qs At-Tachrim 1].
Jika Allah tidak memberi hak mengharamkan yang Allah halalkan pada Rasul-Nya, lalu bagaimana mungkin Dia memberi hak mengharamkan pada lainnya?.
Mereka menambahkan, “Padahal sungguh nabi صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ telah bersabda ‘semua amalan yang bukan perintah kami maka ditolak’.”
Pengharaman yang ini pun juga demikian ditolak lagi bathil.
0 komentar:
Posting Komentar