Ilmu Ibnu Katsir penulis kitab Al-Bidayah wa Annihayah ini
memang harus dikaji dengan serius oleh para ulama. Di antara kitab beliau
yang luar biasa, Tafsir Ibnu Katsir:
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا فَلَمَّا تَغَشَّاهَا
حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ
رَبَّهُمَا لَئِنْ آَتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ فَلَمَّا
آَتَاهُمَا صَالِحًا جَعَلَا لَهُ شُرَكَاءَ فِيمَا آَتَاهُمَا فَتَعَالَى اللَّهُ
عَمَّا يُشْرِكُونَ [الأعراف/189، 190].
Artinya:
Dia yang telah mencipta kalian dari jiwa satu.
Dan telah menjadikan istrinya darinya, agar dia tenang padanya. Ketika dia telah
menutupi (mencoitus istri), istrinya hamil dengan hamilan ringan. Maka istri
menyempunakan kehamilan(nya). Ketika (istri) telah memperberat (kehamilannya),
(mereka suami-istri) berdoa pada Allah Tuhan mereka:
“Jika Kau beri kami
(anak) shalih, niscaya kami akan tergolong orang-orang yang bersyukur sungguh.”
Namun ketika Allah telah memberi anak shalih,
mereka berdua menjadikan anak itu untuk para sekutu, mengenai anugrah yang telah
Allah berikan pada mereka berdua. Maha Suci Allah jauh dari yang mereka
sekutukan.
وقد تلقى هذا الأثر عن ابن عباس جماعة من
أصحابه، كمجاهد، وسعيد بن جبير، وعكرمة. ومن الطبقة الثانية: قتادة، والسدي، وغير
واحد من السلف وجماعة من الخلف، ومن المفسرين من المتأخرين جماعات لا يحصون كثرة،
وكأنه -والله أعلم -أصله مأخوذ من أهل الكتاب، فإن ابن عباس رواه عن أُبي بن كعب،
كما رواه ابن أبي حاتم حدثنا أبي، حدثنا أبو الجماهر حدثنا سعيد -يعني ابن بشير -عن
عقبة، عن قتادة، عن مجاهد، عن ابن عباس، عن أُبي بن كعب قال: لما حملت حواء أتاها
الشيطان، فقال لها: أتطيعيني ويَسْلَم لك ولدك؟ سميه "عبد الحارث"، فلم
تفعلْ، فولدت فمات، ثم حملت فقال لها مثل ذلك، فلم تفعل. ثم حملت الثالث فجاءها
فقال: إن تطيعيني يسلم، وإلا فإنه يكون بَهِيمة، فهيَّبهما فأطاعا وهذه الآثار
يظهر عليها -والله أعلم -أنها من آثار أهل الكتاب، وقد صح الحديث عن رسول الله صلى
الله عليه وسلم أنه قال: "إذا حَدَّثكم أهل الكتاب فلا تصدقوهم ولا
تكذبوهم"، ثم أخبارهم على ثلاثة أقسام: فمنها: ما علمنا صحته بما دل عليه
الدليل من كتاب الله أو سنة رسوله. ومنها ما علمنا كذبه، بما دُلَّ على خلافه من
الكتاب والسنة أيضًا. ومنها: ما هو مسكوت عنه، فهو المأذون في روايته، بقوله، عليه
السلام: "حدثوا عن بني إسرائيل ولا حَرج" وهو الذي لا يصدَّق ولا يكذب،
لقوله: "فلا تصدقوهم ولا تكذبوهم". وهذا الأثر: [هل] هو من القسم الثاني
أو الثالث؟ فيه نظر. فأما من حدث به من صحَابي أو تابعي، فإنه يراه من القسم
الثالث، وأما نحن فعلى مذهب الحسن البصري، رحمه الله، في هذا [والله أعلم] وأنه
ليس المراد من هذا السياق آدم وحواء، وإنما المراد من ذلك المشركون من ذريته؛
ولهذا قال الله: { فَتَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ } ثم قال أَيُشْرِكُونَ
مَا لا يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ.
Artinya:
Sungguh sekelompok
murid Ibnu Abbas RA seperti: Mujahid, Said bin Jubair, Ikrimah. Ulama salaf (dahulu) dari tabiin
thabaqah kedua seperti: Qatadah, Assuddi, dan lainnya. Ulama khalaf (belakangan),
dan para ulama mufassiriin (ahli tafsir) al-mutaakkhiriin (المتأخرين/digolongkan
belakangan) yang jumlahnya sangat banyak, menerima Ajaran tersebut, dari Ibnu
Abbas RA.
Sunggguh sepertinya
asal riwayat itu dari kaum Ahli kitab. Ibnu Abbass RA sendiri meriwayatkannya
dari Ubai bin Kaeb RA (wallahu a’lam), sebagaimana Ibnu Abi Chatim
meriwayatkan: “Saya mendapatkan pelajaran Hadits dari ayah saya, murid Abul-Jamahir,
murid Said bin Busyair, dari Uqbah dari Qatadah, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas
RA, dari Ubai bin Kaeb:
‘Ketika Chawa hamil’, Syaitan datang untuk berkata padanya ‘taatilah saya ! Anakmu akan selamat. Berilah
nama Abdul-Charits!’. Namun Chawa tak mau melakukan. Setelah melahirkan,
ternyata bayinya wafat. Ketika hamil lagi, Syaitan datang untuk berkata
lagi pada Chawa, yang bersikeras tak mau melakukan. Ketika hamil yang ketiga kalinya, Syaitan datang lagi untuk berkata padanya ‘jika kau taat saya, anakmu akan
selamat. Jika tak mau taat, anakmu akan menjadi binatang’. Syaitan
menakut-nakuti hingga Adam dan Chawa AS taat.
Atsar-atsar (Hadits-Hadits) di atas (semuanya), menunjukkan bahwa ‘sungguh sumber berita tersebut’ dari ahli kitab, wallahu a’lam. Dan sungguh Hadits dari Rasulillah
SAW bahwa: “Sungguh nabi SAW pernah bersabda ‘ketika para ahli kitab bercerita pada kalian, jangan kalian anggap benar! Dan jangan kalian
dustakan!’,” sungguh telah shahih.
Khabar-khabar ahli
kitab terbagi menjadi tiga bagian:
1.
Ada yang telah kami
ketahui keshahihannya berdasarkan dalil dari Kitab Allah dan Sunnah RasulNya.
3.
Ada yang dibiarkan,
yakni diijinkan diriwayatkan, berdasarkan sabdanya SAW: “Ceritakanlah Hadits
dari Bani Israil, tidak berdosa.” Inilah yang tidak boleh dianggap benar dan
tidak boleh disalahkan, berdasarkan sabdanya SAW ‘jangan kalian anggap benar dan
jangan kalian dustakan!’.
Atsar mengenai Adam
dan Chawa AS ini, termasuk nomer dua, atau nomer tiga ? Di sini perlu dicermati.
Adapun orang yang menceritakan Hadits ini dari sahabat atau tabiin, berarti dia memandang kisah ini
tergolong yang ketiga. Mengenai kisah ini, kami (Ibnu Katsir dan lainnya),
berkeyakinan seperti Al-Chasan Al-Bashri rahimahu Allah:
Sungguh yang dimaksud dalam uraian kisah ini, bukan Adam dan
Chawa AS. Sungguh yang dimaksud dalam kisah ini, kaum Musyrik. Oleh karena itu Allah
lalu berfirman ‘فَتَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ’
artinya: Maka Maha Tinggi Allah, jauh dari yang mereka sekutukan. Lalu
berfirman lagi ‘أَيُشْرِكُونَ مَا لا يَخْلُقُ شَيْئًا
وَهُمْ يُخْلَقُونَ’ : Masyak mereka menyekutukan pada yang
tidak mencipta sesuatu, yang justru diciptakan ?.
0 komentar:
Posting Komentar