(Bagian ke-188 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Thalchah menangis dengan bahagia; Syurachbil telah menerima dirinya sebagai saudara Muslim. Thalchah ingat ketika dirinya mengaku sebagai nabi hingga dia dan pasukannya diserang oleh Khalid dengan pasukanya yang ganas.
Sahabat Thalchah bernama Musailamah yang mengaku nabi, dan pasukannya, tewas dalam peperangan itu.
Al-Aswad Al-Absi yang mengaku nabi juga tewas bersama pasukannya oleh pasukan Khalid yang sangat kuat.
Sahabat Thalchah bernama Musailamah yang mengaku nabi, dan pasukannya, tewas dalam peperangan itu.
Al-Aswad Al-Absi yang mengaku nabi juga tewas bersama pasukannya oleh pasukan Khalid yang sangat kuat.
Thalchah kabur bersama istrinya menuju Syam untuk minta perlindungan pada lelaki dari Kaleb. Lelaki itu mengabulkan permohonan dan mempersilahkan Thalchah dan istrinya menginap di rumahnya. Beberapa hari setelah itu Thalchah ditanya tentang kenapa kabur dan ketakutan?.
Setelah Thalchah menjelaskan tentang dirinya yang mengaku sebagai nabi hingga diperangi oleh Khalid dan pasukannya; lelaki itu marah dan mengusir, “Pergi! Saya tak sudi melindungi kau di sini!.”
Thalchah dan istrinya pergi ke Syam dan bertobat pada Allah.
Ketika berita wafatnya Abu Bakr sampai padanya, dia berkata, “Lelaki yang menegakkan jihad itu telah wafat. Siapakah yang menggantikan dia?.”
Beberapa orang menjawab, “Umar!.”
Thalchah terkejut dan berkata, “Dia sangat tegas dan ganas.”
Dan takut menghadap Umar untuk menyatakan telah bertobat. Rasa takut bertemu Khalid yang terlalu ganas juga selalu menghantui dirinya. Dia takut Khalid tahu bahwa dirinya tinggal di Syam.
Dan takut menghadap Umar untuk menyatakan telah bertobat. Rasa takut bertemu Khalid yang terlalu ganas juga selalu menghantui dirinya. Dia takut Khalid tahu bahwa dirinya tinggal di Syam.
Thalchah berpinah ke Qaisariyah (Caesarea) untuk bersembunyi di suatu Jazirah.
Ketika arak-arakan pasukan Filasthin datang, dia berkata, “Saya akan menyelinap pada pasukan ini untuk berupaya menebus dosa dan mendekat pada Allah dan pada Muslimiin.”
Ketika Syurachbil hampir disembelih oleh Bathriq Qidamun, Thalchah memacu kuda secepat-cepatnya untuk menyerang Bathriq Qidamun. Ternyata Syurachbil bergerak cepat untuk meloloskan diri dari tindihan yang merenggang. Lalu mengayunkan pedang sekuat tenaga hingga leher Bathriq Qidamun tertebas putus dan darahnya tumpah, terguyur air hujan.
Ketika Amer bin Al-Ash menyatakan, “Semoga tobatmu diterima oleh Allah,”; tangisan Thalchah meledak lagi karena suka-cita.
Dengan mata berlinang Thalchah berkata, “Tapi saya takut Khalid, ya Amer. Dia akan membunuh saya.”
Dengan mata berlinang Thalchah berkata, “Tapi saya takut Khalid, ya Amer. Dia akan membunuh saya.”
Dengan berwibawa namun sejuk, Amer berkata, “Saya akan melakukan sesuatu agar kau selamat di dunia dan akhirat.” Lagi-lagi airmata Thalchah meleleh karena terhibur. Lalu bibirnya melafalkan, “Apa yang kau maksud?.”
Amer berkata, “Saya akan menulis surat untuk Umar mengenai jasa dan kebaikan kau, dan bahwa pasukan Muslimiin telah menyaksikan hal itu. Antarkanlah surat itu nanti pada Umar bin Al-Khatthab RA. Katakan pada beliau ‘saya benar-benar telah bertobat’ pasti dia akan menerimamu, in syaa Allah. Saya yakin beliau akan mengutusmu agar bergabung pada pasukan Muslimiin di medan perang, agar dosamu yang telah kau lakukan terhapus.”
Thalchah mengirup nafas panjang dan merasa lega. Dan berkata, “Saya akan segera mengantar surat yang kau maksud pada Umar RA.”
Amer menulis surat untuk Umar RA. Surat diberikan pada Thalchah yang segera membawanya menuju Madinah untuk diberikan pada Umar RA.
Di Madinah tidak ada Umar RA karena sedang pergi ke Makkah. Thalchah menyusul dan menjumpai Umar sedang menggelayut pada selambu Ka’bah di Makkah. Thalchah menirukan menggelayut dan berkata, “Ya Amiral mukminiin, saya telah bertobat pada Allah azza wajalla.”
Umar bertanya, “Siapa kau?.”
Dia menjawab, “Saya Thalchah bin Khuwailid.”
Umar terkejut lalu mengindar dan berlari cepat sambil berkata, “Saya akan celaka jika memaafkanmu. Saya akan berkata apa besok di sisi Allah azza wajalla. Karena kaulah yang telah membunuh Ukasyah bin Michshan Al-Asadi.”
Thalchah menangis dan mengejar sambil berdoa, “Ya Amiral mukminiin, Ukasyah gugur karena seranganku hingga Allah memuliakan dia, dan saya jadi celaka. Saya telah beramal baik karena berharap Allah mengampuni saya.”
Umar iba melihat Thalchah menangis. Lalu bertanya, “Amalan baik apa yang telah kau lakukan?.” Thalchah memberikan surat Amer pada Umar RA yang segera membuka dan membacanya.
Wajah Umar menjadi cerah setelah memahami isinya. Perkataan Umar, “Berbahagialah! Sungguh Allah Maha pengampun Maha penyayang,” membuat Thalchah bahagia.
Wajah Umar menjadi cerah setelah memahami isinya. Perkataan Umar, “Berbahagialah! Sungguh Allah Maha pengampun Maha penyayang,” membuat Thalchah bahagia.
Umar perintah, “Kau di sini saja hingga saya pulang ke Madinah.
Beberapa hari kemudian Thalchah pergi ke Madinah mengikuti Umar RA.
Di Madinah Umar perintah agar Thalchah pergi ke medan perang di Persia.
Beberapa hari kemudian Thalchah pergi ke Madinah mengikuti Umar RA.
Di Madinah Umar perintah agar Thalchah pergi ke medan perang di Persia.
0 komentar:
Posting Komentar