(Bagian
ke-137 dari seri tulisan Khalid bin Walid
Di hari Ahad
yang indah itu, Abu Ubaidah menghadap
Umar,
melaporkan ucapan bathriq. Para sahabat bertanya pada Umar yang telah berdiri,
“Ya Amiral Mukminiin, kenapa kau pergi kesana hanya sendirian? Dan tidak membawa
senjata? Kami khawatir jika mereka berkhianat atau bermakar atas
kau.”
Dengan tenang dan berwibawa, Umar membaca
ayat, “Katakan ‘takkan menimpa pada kita kecuali
yang Allah telah menulis untuk kita. Dialah Kekasih kita, dan hendaklah
orang-orang, berserah pada-Nya’.” [1]
Umar perintah
agar unta dipersiapkan, untuk dikendarai. Dia mengenakan sarung yang banyak
tambalannya, dan bersurban kain potongan abaya dari katun.[2]
Yang mengantar Umar pergi, hanya Abu Ubaidah RA, yang berjalan di depannya.
Di atas
benteng, telah berdiri dua tokoh besar; Bathriq dan Bathaliq,
yang bernaung Salib Keramat. Mereka berdua didampingi pasukan
berjumlah banyak sekali.
Abu Ubaidah
berteriak, “Hai semuanya! Inilah Amirul Mukminiin!.”
Bathriq mengusap lalu membuka matanya, lalu terkejut dan berteriak, “Demi Allah! Inilah orang yang pernah kami jumpai penjelasannya di dalam Al-Kitab! Orang inilah yang akan menaklukkan negeri kita!.”
Bathriq mengusap lalu membuka matanya, lalu terkejut dan berteriak, “Demi Allah! Inilah orang yang pernah kami jumpai penjelasannya di dalam Al-Kitab! Orang inilah yang akan menaklukkan negeri kita!.”
Bathriq
membentak pasukannya, “Kasihan kalian! Turunlah untuk memohon aman pada beliau!
Demi Allah! Inilah sahabat Muhammad bin Abdillah SAW!.”
Awalnya terkejut karena dibentak, namun lalu mereka bergegas turun menuju Umar.
Beberapa orang membukakan pintu-pintu gerbang, lalu ribuan pasukan
berjajal-jejal sama keluar, untuk mendekati Umar RA, dari arah beberapa
pintu-gerbang.
Dengan
merendah ribuan Pasukan itu memohon, agar Umar mengamankan mereka. Dan berjanji
akan menyerahkan pajak.
Umar terharu pada Anugrah Allah yang terlalu agung itu. Beliau menundukkan wajahnya untuk bersujud lama, di atas punggung untanya, lalu turun.
Beliau menarik perhatian hadirin berjumlah sangat banyak.
Umar terharu pada Anugrah Allah yang terlalu agung itu. Beliau menundukkan wajahnya untuk bersujud lama, di atas punggung untanya, lalu turun.
Beliau menarik perhatian hadirin berjumlah sangat banyak.
Umar berkata,
“Kalian dipersilahkan pulang! Permohonan aman dan kesanggupan membayar pajak
kalian, saya kabulkan.”
Penduduk
Baitul-Maqdis yang tadinya tegang karena takut Umar, kini cair. Lalu
berbodong-bondong meninggalkan Umar, untuk memasuki benteng lagi. Semua pintu
gerbang Baitul-Maqdis kini terbuka lebar.
Luar biasa. Subhaanallooh. Suasana berubah menjadi indah oleh Kemurahan Allah.
Luar biasa. Subhaanallooh. Suasana berubah menjadi indah oleh Kemurahan Allah.
Umar
membelokkan unta, agar membawa dirinya menuju Pasukannya berjumlah sekitar 35.000 lebih. Derap kaki kuda
mereka membahana; debu-debu beterbangan.
Di hari Senin
indah yang bersejarah itu, Umar memasuki benteng Baitul-Maqdis, diiringi oleh arak-arakan
Beliau
tinggal di Baitul-Maqdis hinga hari Jumah.
Di Jumah indah itulah, Umar menggaris tanah untuk michrab (مِحْرَاب) Masjid Umar.
Di situlah Umar mengimami shalat Jumah, untuk Pasukan Muslimiin.
Di Jumah indah itulah, Umar menggaris tanah untuk michrab (مِحْرَاب) Masjid Umar.
Di situlah Umar mengimami shalat Jumah, untuk Pasukan Muslimiin.
Beberapa Pasukan Romawi hampir menyerang Umar dan Jamaahnya yang sedang shalat Jumah.
Abul-Juaid mendengar orang-orang berkata, “Bagaimana kalau mereka yang sedang
shalat itu kita serbu. Mumpung tidak memegang senjata?.”
Abul-Juaid
melarang, “Jangan! Jika kalian tidak mau saya cegah, saya akan berlari untuk
memberitahu mereka mengenai rencana kalian.”
Beberapa
orang bertanya, “Lalu bagaimana caranya untuk menyerang mereka?.”
Abul-Juaid
menganjurkan, “Tampakkan perhiasan kalian! Agar mereka tergiur. Kalau mereka
ingin merebut, kalian boleh menyerang.”
Kaum
Baitul-Maqdis memenuhi jalan untuk memamerkan perhiasan dan kekayaan,
pada pasukan Muslimiin.
Pasukan Muslimiin takjub menyaksikan perhiasan gemerlapan dan kekayaan mereka yang banyak sekali mengagumkan.
Pasukan Muslimiin takjub menyaksikan perhiasan gemerlapan dan kekayaan mereka yang banyak sekali mengagumkan.
Beruntung
sekali, tak seorang pun pasukan Muslimiin yang mau merebut atau memerangi
mereka. Bahkan beberapa Muslimiin berkata, “Segala Puji bagi Allah yang yang
telah memberikan sejumlah negeri pada kami. Kalau nilai dunia sebanding dengan
sayap nyamuk surga, niscaya Allah tak sudi memberi seteguk minuman pada orang
kafir.”
Pasukan
Baitul-Maqdis telah siaga sepenuhnya.
Jika Pasukan Muslimiin ada yang merebut harta atau menyerbu, mereka akan menyerang dengan serempak.
Tetapi tak satu pun dari mereka yang menyentuh perhiasan gemerlapan yang dipamerkan itu.
Jika Pasukan Muslimiin ada yang merebut harta atau menyerbu, mereka akan menyerang dengan serempak.
Tetapi tak satu pun dari mereka yang menyentuh perhiasan gemerlapan yang dipamerkan itu.
Abul-Juaid
berkata, “Merekalah yang dijelaskan di dalam kitab Taurat dan Injil. Mereka Kaum yang mementingkan kebenaran. Selama mereka begitu, takkan ada seorang pun
yang mampu mengalahkan mereka.”
Umar dan Pasukan Muslimiin tinggal di Baitul-Maqdis selama 10 hari. Kaeb Al-Achbar (كعب الأحبار) yang saat itu masuk Islam, juga menjelaskan demikian. Saat itu
Kaeb berada di Palestina, lalu bergegas menjumpai Umar, untuk menyatakan Islam.
Kaeb memiliki
ayah yang paling tahu mengenai 'Ajaran Allah' pada Musa bin Imran AS. Semua
ilmu diajarkan pada Kaeb yang sangat dicintai. Sebelum wafat, ayah Kaeb
berpesan, “Ya anakku! Semua ilmu saya telah saya berikan padamu, tidak ada yang
ketinggalan. Karena saya khawatir kau terpengaruh para Pembohong yang akan
muncul. Dua lembar tulisan ini saya letakkan di dalam lobang, agar tidak kau
baca, sehingga kau mendengar berita tentang 'Sebaik-Baik Nabi' yang akan diutus di
akhir zaman, bernama Muhammad SAW. Jika Allah menghendaki baik, kau
akan menjadi pengikutnya.”[3]
Setelah itu ayah Kaeb wafat.
Setelah mengubur ayahnya, Kaeb segera membuka dan membaca dua lembaran simpanan ayahnya. Ternyata di situ tertulis:
Tiada Tuhan
yang berhak disembah kecuali Allah, Muhammad Utusan Allah SAW. Dia terakhir
para nabi; takkan ada nabi lagi setelahnya. Dia dilahirkan di Makkah, berhijrah ke Thaibah (Madinah). Dia bukan orang kejam atau kasar, atau suka membentak.
Umatnya sama terpuji, suka memuji Allah di setiap saat. Lidah mereka suka
melafalkan tahlil dan takbir. Mereka ditolong mengalahkan semua kaum yang
memusuhi. Mereka suka membasuh wajah (wudhu). Sarung mereka menutup betis.
Kitab mereka dihapalkan di dalam hati. Mereka saling menyayang seperti para nabi
pada umat mereka. Merekalah awal umat yang akan masuk surga. [4]
Kaeb berkata,
“Berarti ajaran ayah paling hebat justru ini.”
Beberapa saat
kemudian Kaeb mendengar berita bahwa nabi yang sifatnya tertulis di dalam
dua lembaran itu telah muncul di Makkah. Bahkan telah beberapa kali diperbincangkan
oleh Manusia.
Setelah nabi SAW hijrah ke Madinah, Kaeb makin yakin bahwa Muhammad SAW benar-benar nabi. Apa lagi setelah nabi SAW berkali-kali menang di dalam berperang, Kaeb makin yakin.
Setelah nabi SAW hijrah ke Madinah, Kaeb makin yakin bahwa Muhammad SAW benar-benar nabi. Apa lagi setelah nabi SAW berkali-kali menang di dalam berperang, Kaeb makin yakin.
Dia hampir
datang ke Madinah. Tetapi ada berita yang menyebutkan, nabi SAW telah
wafat, dan Wahyu dari langit telah terputus.
Perasaan Kaeb bimbang, “Mungkin dia bukan nabi yang saya tunggu-tunggu itu.”
Perasaan Kaeb bimbang, “Mungkin dia bukan nabi yang saya tunggu-tunggu itu.”
Tetapi
keraguan itu sirna oleh mimpi yang datang: seakan-akan langit terbuka untuk
turun para Malaikat yang berbondong-bondong banyak sekali.
Lalu ada teriakan, “Rasulullah SAW telah wafat dan Wahyu dari lari langit untuk penghuni bumi telah terputus.”
Lalu ada teriakan, “Rasulullah SAW telah wafat dan Wahyu dari lari langit untuk penghuni bumi telah terputus.”
Ketika datang pada kaumnya, Kaeb mendapat khabar bahwa 'umat Muhammad SAW telah membaiat Abu
Bakr' sebagai Khalifah.
Ketika Kaeb akan datang menghadap Abu Bakr, ada berita bahwa pasukan Arab datang ke negeri Syam. Hanya saja dalam waktu cepat Kaeb mendengar berita meyakinkan bahwa 'Abu Bakr wafat' dan kekhalifahan diganti oleh Umar.
Ketika Kaeb akan datang menghadap Abu Bakr, ada berita bahwa pasukan Arab datang ke negeri Syam. Hanya saja dalam waktu cepat Kaeb mendengar berita meyakinkan bahwa 'Abu Bakr wafat' dan kekhalifahan diganti oleh Umar.
Kaeb
ragu-ragu lagi, hatinya berkata, “Saya akan masuk agama ini jika telah yakin
agama ini benar.”
Ternyata Umar
datang ke Baitul-Maqdis, untuk berdamai dengan penduduknya. Kaeb menyaksikan
sendiri bahwa Umar dan Pasukannya disiplin dalam memegang janji, dan
musuh-musuhnya dibuat tunduk padanya, oleh Allah.
Kaeb berkata, “Mereka inilah umat Nabi Muhammad SAW. Saya akan segera memasuki agama ini.”
Kaeb berkata, “Mereka inilah umat Nabi Muhammad SAW. Saya akan segera memasuki agama ini.”
Di malam yang
selalu terkenang itu, Kaeb sedang berada di sotoh (balkon) rumahnya.
Tiba-tiba ada lelaki Muslim lewat, sambil membaca ayat: Hai khususnya kaum yang telah diberi kitab! Berimanlah pada yang telah Kami turunkan! Yang mencocoki pada yang menyertai kalian! Mumpung Kami belum menghapus
wajah-wajah, untuk Kami balik pada belakangnya. Atau (mumpung) Kami belum
melaknat mereka seperti Kami telah melaknat Kaum yang melanggar pada
hari Sabtu. Dan Perkara Allah itu telah dilaksanakan.[5]
[1] قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ
مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ [التوبة/51].
[2] Zaman dulu
pakaian aba’ah (عباءة) atau abaya untuk pria. Nabi SAW juga pernah memakainya
di dalam persiapan pulang dari Perang Khaibar.
[3] Al-Waqidi
mencatat wasiat ayah Kaeb, sebelum wafat pada Kaeb: فتوح
الشام - (ج 1 / ص 192).
يا
بني إنك تعلم أني ما ادخرت عنك شيئاً مما كنت أعلمه لأني خشيت أن يخرج بعض هؤلاء
الكاذبين وتتبعهم وقد جعلت هاتين الورقتين في هذه الكرة التي ترى فلا تتعرض لهما
ولا تنظر فيهما إلى أن تسمع بخبر نبي يبعث في آخر الزمان اسمه محمد، فإن يرد الله
بك خيراً فأنت تتبعه.
[4] Al-Waqidi
menulis catatan rahasia itu di dalam Futuchussyam: فتوح الشام - (ج 1 / ص 192)
لا
إله إلا الله محمد رسول الله خاتم النبيين لا نبي بعده، مولده بمكة، ودار هجرته
طيبة، ليس بفظ ولا غليظ ولا صخاب، أمته الحامدون الذين يحمدون الله على كل حال
ألسنتهم رطبة بالتهليل والتكبير وهم منصورون على كل من عاداهم من أعدائهم أجمعين
يغسلون وجوههم ويسترون أوساطهم أناجيلهم في صدورهم تراحمهم بينهم تراحم الأنبياء
بين الأمم، وهم أول من يدخل الجنة يوم القيامة من الأمم.
[5] يَا أَيُّهَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ آَمِنُوا بِمَا
نَزَّلْنَا مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَطْمِسَ وُجُوهًا
فَنَرُدَّهَا عَلَى أَدْبَارِهَا أَوْ نَلْعَنَهُمْ كَمَا لَعَنَّا أَصْحَابَ السَّبْتِ
وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ مَفْعُولًا [النساء/47].
ajzkh...
BalasHapus