(Kajian kitab Bukhari)
Zaman Imam Maliki, kitab Hadits tershahih sedunia, Muwattha.
Begitu Bukhari memunculkan
kitabnya, maka kitab tershahih sedunia Bukhari. Karena Bukhari yang
sangat alim dan teliti itu, setiap akan menulis kitabnya, beristikharah agar
Allah memberi ilham mengenai Hadits paling shahih dan paling bermanfaat.
Beliau menjalankan demikian selama 16 tahun. Penulis ingin menunjukkan tulisan
yang menunjukkan secara nyata bahwa Bukhari dalam membahas ilmu sangat
piawai. Pernyataan empat tabiin masyhur beliau jadikan sebagai rujukan: صحيح
البخاري - (ج 22 / ص 92)
بَاب
الشَّهَادَةِ تَكُونُ عِنْدَ الْحَاكِمِ فِي وِلَايَتِهِ الْقَضَاءَ أَوْ قَبْلَ
ذَلِكَ لِلْخَصْمِ وَقَالَ شُرَيْحٌ الْقَاضِي وَسَأَلَهُ إِنْسَانٌ الشَّهَادَةَ
فَقَالَ ائْتِ الْأَمِيرَ حَتَّى أَشْهَدَ لَكَ وَقَالَ عِكْرِمَةُ قَالَ عُمَرُ
لِعَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ لَوْ رَأَيْتَ رَجُلًا عَلَى حَدٍّ زِنًا أَوْ
سَرِقَةٍ وَأَنْتَ أَمِيرٌ فَقَالَ شَهَادَتُكَ شَهَادَةُ رَجُلٍ مِنْ
الْمُسْلِمِينَ قَالَ صَدَقْتَ قَالَ عُمَرُ لَوْلَا أَنْ يَقُولَ النَّاسُ زَادَ
عُمَرُ فِي كِتَابِ اللَّهِ لَكَتَبْتُ آيَةَ الرَّجْمِ بِيَدِي وَأَقَرَّ مَاعِزٌ
عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالزِّنَا أَرْبَعًا
فَأَمَرَ بِرَجْمِهِ وَلَمْ يُذْكَرْ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَشْهَدَ مَنْ حَضَرَهُ وَقَالَ حَمَّادٌ إِذَا أَقَرَّ مَرَّةً عِنْدَ
الْحَاكِمِ رُجِمَ وَقَالَ الْحَكَمُ أَرْبَعًا
Artinya:
Bab persaksian
untuk hakim mengenai “Ketentuan yang sedang atau sebelum berlangsung” di
wilayahnya.
1.
Syuraich qadhi (juru hukum) zaman tabiin, menjawab, “Datanglah
pada amir itu! Hingga saya nanti menjadi saksi untukmu” Pada orang yang minta
agar beliau menjadi saksi untuknya.
2.
Ikrimah bin Khalid (عِكْرِمَة بْن خَالِد) berkata, “Umar
berkata pada Abdur Rohman bin Auf ‘kalau kau menyaksikan lelaki melanggar had (pelanggaran) zina atau
mencuri, saat itu kau sebagai Amir, bagaimana?.” Abdur Rohman menjawab,
“Persaksian kau sama dengan persaksian seorang dari Muslimiin.” Umar menjawab,
“Kau telah benar.” Umar juga pernah berkata, “Kalau manusia nantinya takkan
berkata ‘Umar telah menambahi Kitab Allah’, niscaya saya telah menulis ‘Ayat
Rajam’ dengan tanganku (di dalam Kitab Allah).” Maiz pernah menyatakan empat
kali di sisi nabi SAW bahwa ‘telah berzina’, maka nabi perintah agar Maiz
dirajam. Dalam riwayat itu tidak dijelaskan bahwa nabi menyuruh hadirin agar
menjadi saksi.
3.
Chammad bin Abi
Sulaiman (حماد بن أبي سليمان) seorang faqih, tergolong tabiin dari Kufah, menjawab,
“Jika dia telah mengaku sekali,” pertanyaan, “Lelaki yang mengaku berzina harus
ditanya ‘agar mengaku’ berapa kali?.”
4.
Chakam bin Utaibah (الْحَكَمِ بْنِ عُتَيْبَةَ) tabi faqih dari Kufah
berkata, “(Jika telah) empat kali pengakuan.”
Dalam uraian ini tampak
sekali bahwa Bukhari sengaja tidak mengikuti
madzhab tertentu. Beliau merujuk pernyataan
empat tabiin masyhur yang ilmunya melaut. Sebetulnya Imam Hanafi tegolong tabiin, tetapi Bukhari justru
menyebut beliau dalam kitabnya, “Bakdhunnaas (Sebagian manusia).”
Perlu dicatat:
1.
Meskipun kitab Bukhari lebih shahih daripada
Muwattha, namun kedudukan Imam Maliki tetap di atas Bukhari, karena Bukhari
bisa menyusun kitab seagung itu, karena jasa Imam Maliki.
2.
Pernyataan tabiin yang adil bisa
dijadikan rujukan hukum.
4.
Meskipun Hadits dari
empat tabiin di atas muallaqah (dipotong isnadnya).
Namun sebetulnya ada isnadnya, bisa dilihat di dalam Fatchul-Bari.
Mulungan Sleman Yogyakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi
Mulungan Sleman Yogyakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi
0 komentar:
Posting Komentar