(Bagian
ke-99 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Bermimpi
Melihat Nabi SAW
Semua pasukan
Muslimiin telah menaiki kuda untuk segera pergi menuju Chimsh. Tiba-tiba tampak
debu beterbangan memanjang membumbung dari seberang sungai Maqlub (المقلوب). Debu yang menyelimuti itu muncul dari jalan Anthakiyah (انطاكية). Makin lama debu-debu yang lari itu makin mendekat. Setelah
mereka dicek ternyata rombongan 100 orang berkuda jantan yang dipimpin seorang
alim besar dari Romawi.
Rombongan
membawa barang-barang berjumlah banyak, yang dijaga ketat oleh pasukan pengawal
berjumlah 100 orang. Orang alim Nashrani pemimpin rombongan itu tidak tahu
bahwa kota Syairaz telah diduduki pasukan Muslimiin. Mereka terkejut oleh
gertakan Khalid bin Al-Walid. Apalagi setelah pasukan Kahlid bertakbir dan
mengepung mereka dengan pedang terhunus. Rombongan pasukan dari Anthakiyah itu
ditawan dan kuda mereka dirampas.
Khalid
berkata pada pimpinan rombongan, “Barang-barang ini kau datangkan dari mana?.”
Dia menjawab
dengan bahasa Romawi yang tidak difahami oleh Khalid. Seorang dari Syairaz
menjelaskan pada Khalid, “Yang mulia, dia berkata ‘saya alim besar Nashrani
yang berkedudukan tinggi di sisi Raja Hiraqla. Raja telah mengutus saya agar
mengirimkan barang-barang ini pada tuan Harbis di Chimsh. Barang-barang ini
adalah pakaian dari sutra Dibaj merah dihias emas, dan sepuluh muatan yang
penuh dengan uang dinar. Yang lain berisi pakaian dan uang dinar
juga’.”
Harta yang
sangat banyak itu dirampas oleh pasukan Muslimiin. Di siang yang panas itu Abu
Ubaidah yang agung beralas dan berkerudung pakaian Abaah (عباءة) dari katun, di pinggir sungai Maqlub. Khalid membawa utusan
Raja Hiraqla itu ke hadirat Abu Ubaidah.
Abu Ubaidah
bertanya, “Ada apa ini hai Aba Sulaiman?,” pada Khalid.
Khalid
menjawab, “Mereka kaum Anthakiyah yang diutus oleh Raja Hiraqla agar
mengirimkan hadiyah pada raja bawahannya bernama Harbis penguasa kota Chimsh.”
Rampasan
perang diserahkan hingga Abu Ubadiah sangat berbahagia. Dia berkata, “Ya Aba
Sulaiman, sungguh kota Syairaz telah kita taklukkan dengan penuh barokah.”
Abu Ubaidah
memanggil untuk perintah pada penerjemah pribadinya, “Tanyalah mereka tentang
Hiraqla raja Romawi, betulkah dia sedang mengumpulkan pasukan dalam jumlah banyak
sekali?.”
Pimpinan
rombongan itu mendengarkan pertanyaan lalu berkata pada penerjemah, “Katakan
pada beliu bahwa Raja Hiraqla telah mendengar berita kalian merebut kota
Damaskus, Balbek dan Jausiyah. Usaha kalian akan merebut kota Chimsh juga telah
diketahui oleh Raja Hiraqla. Oleh karena itu beliau perintah agar saya
mengirimkan hadiyah pada Bathriq Harbis penguasa Chimsh. [1]
Beliau juga berjanji akan mengirim bala bantuan dan perintah agar Bathriq
Harbis melawan kalian. Beliau juga mengkhabarkan bahwa telah minta tolong pada
semua penyembah Salib yang mempergunakan Injil sebagai rujukan hukum, agar
bergabung melawan kalian. Kaum yang telah menyanggupi permintaan beliau ialah:
Romawi (الرومية), Shaqaliqah (الصقالبة), Perancis (الافرنج), Armenia (الأرمن), Daqs (الدَّقْسُ), Mughlith (المغليط), Karaj (الكَرَجُ), Yunani (اليونان), Alaf (العَلَفُ), Ghazanah (الغزنة). Mereka semua telah datang ke kerajaan
Raja Hiraqla membawa Salib dan senjata.”[2]
Penerjemah
mengartikan jawaban orang itu untuk Abu Ubaidah. Abu Ubaidah terkejut dengan
berita tersebut, lalu mengajak lelaki dari Anthaqiyah itu agar masuk Islam.
Melalui penerjemah, lelaki itu berkata, “Kebetulan semalam saya berimpi bertemu
Rasulallah SAW di dalam tidurku. Jadi saya ini benar-benar telah menyatakan
masuk Islam di hadapan nabi SAW."
Dalam keadaan
berbahagia Abu Ubaidah menganjurkan pada orang-orang dari Anthaqiyah agar masuk
Islam. Namun mereka sama membangkang sehingga pasukan Muslimiin menebas leher
mereka.
Abu Ubaidah
dan pasukannya berarak-arakan menuju kota Chimsh. Di barisan terdepan pasukan
berkuda tanpa pelana. Ketika mereka telah sampai, segera menyerang kaum Chimsh.
Melewati pintu gerbang, penduduk Chimsh sama kabur menuju kota. Penduduk Chimsh
menutup dan mengunci pintu gerbang sambil berteriak pada pasukan Muslimiin,
“Demi kebenaran Al-Masih, kaum Arab curang!.”
Kota Chimsh
dikepung pasukan Muslimiin; perbekalan kaum Chims yang telah dipersiapkan
menghadapi serangan kaum Muslimiin sebelumnya telah habis. Sebagian penduduk
kota itu masih belum memasuki kota karena pergi berdagang dan mencari makan.
Abu Ubaidah
perintah pada semua hamba sahaya agar menyebar di beberapa jalan dan pos
penjagaan yang di luar beteng. Mereka dipesan, “Siapapun orang Chimsh yang akan
masuk kota membawa perbekalan atau dagangan, bawalah kemari!.”
Semua hamba
sahaya melaksanakan perintah Abu Ubaidah. Harbis penguasa Chimsh merasa
keberatan sehingga kirim surat pada Abu Ubaidah:
“Hai kaum
Arab! Kami tidak tahu bahwa kalian akan mengkhianati perjanjian. Bukankah
kalian juga yang mengajak damai pada kami dengan syarat kalian kami bantu bahan
makan. Kalian ingin membeli bahan makan kami, kami juga telah mempersilahkan?.
Namun kenapa kalian justru mengkhianati janji?.”
Abu Ubaidah
menyampaikan jawaban:
“Utuslah para
ulama Nashrani dan para rahib agar kemari!. Melalui mereka saya akan berbicara
bahwa saya tidak khianat. In syaa Allah orang seperti kami tidak pantas
berkhianat.”
Seusai Harbis
membaca surat, segera perintah pada ulama dan rahib Nashrani agar datang ke
hadirat Abu Ubaidah. Pintu gerbang dibuka untuk keluar sejumlah orang penting
itu. Di hadapan Abu Ubaidah rombongan itu memberikan salam hormat lalu duduk.
Mereka memperhatikan dengan serius ketika Abu Ubaidah yang agung berkata, “Apa
kalian lupa bahwa kami telah berjanji pada kalian bahwa akan pergi meninggalkan
kota ini untuk merebut sejumlah kota Syam yang di dataran rendah maupun yang di
dataran tinggi?. Selanjutnya ada kemungkinan kami kembali lagi kemari?.”
Mereka
menjawab, “Betul, demi kebenaran Al-Masih.”
Perkataan Abu
Ubaidah, “Sungguh Allah telah memberikan kota Syairaz dan Rostan dengan
perjuangan yang singkat. Harta kekayaan Nakas bathriq mereka dan pejabat
lainnya telah kami rampas dengan mudah. Sekarang ini sudah tidak ada perjanjian
damai dengan kalian kecuali jika kalian mengajukan permohonan damai dengan
syarat; serahkan kota kalian pada kami! Jika kalian setuju berarti kalian
menjadi dzimah (tanggungan) kami,’ disimak oleh mereka dengan serius.
Ulama
Nashrani dan para rahib itu menjawab, “Tuan yang mulia telah benar, kalian
telah menetapi janji. Kami juga telah mendengar bahwa kalian telah merebut kota
Syairaz dan Rostan. Yang salah justru kami yang di dalam perjanjian itu kurang
teliti. Kami akan bertanya pada penguasa kami ‘sebaiknya bagaimana’.”
Rombongan
utusan pergi meninggalkan Abu Ubaidah untuk menghadap Bathriq Harbis.
Abu Ubaidah
memanggil sejumlah pahlawan pemberani untuk perintah, “Bersiaplah menyerang
mereka!. Bahan makan simpanan mereka telah habis dan pasukan mereka banyak yang
pergi meninggalkan kota!. Berdoalah dan bertawakkallah agar Allah memberi
pertolongan!.”
Pasukan
Muslimiin berkumpul dan mempersiapkan senjata lalu berbondong-bondong menuju
pintu-pintu gerbang kota Chimash. Banyak juga di antara mereka yang mendapatkan
tempat di bawah beteng.
Pasukan
Chimsh berkumpul di depan Bathriq Harbis untuk berkata, “Bagaimana menurun tuan
mengenai mereka itu?.”
Harbis
berkata, “Sebaiknya mereka kita serang agar tidak meremehkan kita.”
Mereka
menjawab, “Persediaan bahan makan di kota ini telah habis kita sumbangkan dan
dibeli oleh mereka. Kami belum pernah menghadapi siasat perang yang seperti
ini.”
Harbis
berkata, “Jangan takut mereka! Kalau mereka berhasil memasuki kota ini, pasti
takkan mampu melawan kita. Saya pikir pasukan kita yang berada di atas beteng
akan menghajar mereka. Selain itu bahan makan di bawah istanaku masih banyak
sekali mencukupi kebutuhan kalian dalam waktu yang lama. Ada lagi yang harus
kalian ketahui: Raja Hiraqla akan mengirim bala bantuan untuk kita.”
Rasa takut
pasukan Harbis telah hilang dan mereka merasa lega karena bahan makan mereka
akan dicukupi. Mereka berkemas-kemas mempersiapkan serangan atas kaum
Muslimiin. Sejumlah pemuda memasuki bangker luas yang berada di bawah istana
Harbis yang megah. Di dalam bangker itu penuh bahan makan yang akan segera
diberikan pada pasukan dan rakyat Chimsh.
Dalam waktu
cepat bahan makan dari bangker itu telah sampai pada alamat. Hanya saja banyak
orang tua dan anak-anak yang tidak kebagian. Padahal perlawanan dari pasukan
Chimsh yang berjaga atas kaum Arab, berkecamuk terus dengan sengit. Suara ribut
karena pukulan, jeritan, dan teriakan, riuh menggemuruh. Baru setengah hari
bahan makan di bangker terkuras hingga tinggal setengah.
Harbis
berpesan, “Bahan makan itu untuk persediaan selama tiga hari, selanjutnya ayo
kita segera menyerbu mereka!.”
(Bagi yang memiliki
kitab Futuchus-Syam (فتوح الشام) kisah ini bisa dilihat di dalamnya. Bagi
yang memiliki Maktabatus-Syamilah silahkan dicek di kitab yang sama juz
1 halaman 143 dan seterusnya nati).
0 komentar:
Posting Komentar