(Bagian
ke-100 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Menyantap
babi panggang dan arak
Nabi
Isa AS mengharamkan babi dan arak pada umatnya. Tokoh Nashrani yang pertama
kali menghalalkan babi dan arak adalah Raja Qusthanthin (Konstantin). Raja
Chimsh yang bernama Harbis sebagai raja bawahan Raja Hiraqla tergolong penganut
Nashrani yang menghalalkan babi dan arak.
Harbis
ketakutan saat tahu bahwa pasukan Muslimiin di bawah komando Abu Ubaidah telah
mengepung kotanya. Sebetulnya pasukan Harbis sama benci dan marah, karena jatah
makan yang hanya sedikit itu sebagai persediaan makan selama tiga hari.
Dari
pasukan yang banyak sekali itu Harbis memilih 5.000 pasukan berkuda yang dari
keturunan Zarawizah (الزراوزة) dan Amaliqah (العمالقة).
Dari 5.000 pasukan berkuda itu; ada 1.000 pasukan utama yang dibusanai sutra
Dibaj dari kerajaan.
Harbis
membuka gudang besar peninggalan kakeknya bernama Jirjis (جرجيس).[1] Beberapa model baju
perang, bermacam-macam model topi perang, busur, anak panah panjang, dan
peralatan perang lainnya, dibagi-bagikan pada pasukan. Harbis di pertengahan
mereka, menggerakkan perang. Dia mengatakan, “Raja Hiraqla pasti segera
mengirimkan bala bantuan untuk kita.”
Dalam
persiapan perhelatan perang akbar itu Harbis kelihatan sibuk sekali. Dia
memanggil sejumlah ulama dan rahib Nashrani untuk berkata, “Persiapkanlah
peperangan ini dengan penuh perhitungan! Berdoalah agar Al-Masih menolong kita
menaklukkan kaum Arab! Sungguh doa kalian pasti makbul, tak mungkin
ditolak.”
Sejumlah
pasukan Nashrani memenuhi Gereja Jirjis (جرجيس) yang agung. Di dalam Gereja itu dimainkan
musik perjuangan yang memacu semangat berperang. Tangisan Jemaat Gereja
menggemuruh karena pengaruh musik dan isi lagu. Dengan kalimat kafir, mereka
berdoa dengan sepenuh hati agar mendapat kemenangan. Pemanjatan doa itu
berlangsung hingga hampir pagi.
Di
pagi buta itu Harbis raja Chimsh memasuki biara untuk dishalati-mati, oleh
sejumlah rahib.[2]
Itu merupakan upacara sakral sebagai tanda dia akan perang mati-matian melawan
kaum Muslimiin.
Dia
memasuki istana yang di dalamnya telah tersedia babi panggang dan arak, sepenuh
guci dari perak ditabur emas. Babi panggang kesukaannya disantap hingga habis.
Orang yang hobi memanjakan perut itu minum arak hingga mabuk berat hingga
matanya melotot dan mulutnya mengigau.
Dia
mengenakan busana mewah dari sutra Dibaj tebal yang telah dipersiapkan.
Kepalanya berhelm perang yang diberi pelindung leher dari anyaman besi. Busana
luarnya berlapis emas dan lehernya berkalung Salib dari jenis mutiara yang
disebut Yaqut (الياقوت). Pedang yang dibawa buatan Hindia. Kuda tinggi
besar yang telah dipersiapkan untuknya, dinaiki agar membawa dia menuju pintu
gerbang Rostan.
Sejumlah
tentara berpangkat bathriq mengelilingi dan mengawalnya. Semua pintu gerbang
kota Chimsh dibuka lebar dan pasukan yang banyaknya bagaikan semut, keluar
berduyun-duyun untuk menyerbu pasukan Muslimiin. Sejumlah panji dan Salib
berjumlah banyak, tampak mencolok.
Limaribu
pasukan Chimsh paling mengerikan adalah yang dibawa oleh Batriq Harbis raja
mereka. Mereka lah pasukan berani mati yang dibaris oleh Harbis di depan kota.
Mereka bertahan mati-matian ketika ribuan pasukan Muslimiin menyerbu dengan
ganas. Gempuran pasukan Muslimiin pada mereka yang bertubi-tubi seakan-akan
tidak mempan karena pertahanan mereka terlalu kuat.
Harbis
berteriak keras sekali agar pasukannya menyerbu hingga pasukan Muslimiin kuwalahan
melawan. Gempuran pasukan Chimsh yang bertubi-tubi mematahkan serangan pasukan
Muslimiin. Pasukan Muslimiin terdesak mundur bersamaan dengan amukan pasukan
Chimsh bersenjata tajam mematikan. Cukup banyak pasukan Muslimiin yang luka dan
berguguran.
Abu
Ubaidah susah saat menyaksikan pasukannya sama mundur ke belakang. Bibirnya
meneriakkan, “Hai ahli Al-Qur’an, ayo maju! Semoga Allah memberi kalian
barokah! Inilah hari-hari Allah yang sangat penting!.”
Pasukan
Muslimiin maju lagi untuk melancarkan serangan ganas. Khalid bin Al-Walid dan
sejumlah pasukan dari Bani Makhzum mengamuk dengan pedang dan tombak hingga
pasukan Chimsh yang berguguran banyak sekali.
Ibnu
Masruq perintah agar pasukannya berthlil dan bertakbir sebelum melancarkan
serangan atas pasukan Chimsh. Tahlil dan takbir mereka membahana dan serangan
mereka menggila hingga musuh porak poranda. Banyak sekali pasukan Chimsh yang
kabur lalu memasuki pintu gerbang kota meninggalkan teman-teman mereka yang berguguran
tewas.
Beberapa
saat setelah pasukan Chimsh mengadakan pertemuan untuk menentukan tindakan,
keluar lagi dari pintu gerbang untuk menyerbu pasukan Muslimiin. Serangan
mereka sangat mengerikan: anak panah panjang berjumlah banyak sekali
menyambar-nyambar tak henti-henti.
Khalid
merasa tertantang. Dia mengibarkan panjinya dan menggerakkan pasukannya dengan
teriakan, “Serang mereka! Semoga Allah memberi kalian barokah. Demi Allah di
sini ada rampasan perang dan rampasan pahala!.”
Pasukan
Khalid menyerbu dengan ganas sekali. Seorang bathriq berbaju perang dan
berperisai, menyerang dengan pedang pada Khalid yang segera menangkis dan
membabatkan pedangnya sekuat tenaga.
“Tang.”
Pedang Khalid membentur keras pada helm bathriq lalu loncat meninggalkan
tangkainya yang di genggaman tangan. Sang bathriq menggeser kudanya mendekat
dan menangkap Khalid. Di dalam pelukan, Khalid memeluk jauh lebih erat hingga
mata si bathriq terbelalak dan tulang rusuknya patah, lemas, dan tewas, dengan
lidah terjulur.
Khalid
mengambil pedang si bathriq untuk ditebaskan ke beberapa arah. Sejumlah perisai
musuh yang ditangkiskan mengeluarkan sinar dan berteriak, “Dar! Tang! Crang! Dang!.”
Pedang
Khalid diayun-ayun dan mulutnya berteriak, perintah pada pasukannya agar
menyerbu. Pasukan Khalid bergerak cepat menerjang dan menyerang dengan garang.
Sejumlah musuh menghindari tebasan pedang Khalid yang mematikan; sejumlah yang
lain lari jauh dengan ketakutan, setelah melihat teman-temanya berguguran.
Beberapa
pasukan Chimsh berguguran tewas, ditinggal lari oleh teman-teman mereka. Khalid
berteriak menakutkan, “Akulah pahlawan perkasa bernama Khalid bin Al-Walid,
sahabat Rasulillah SAW,” lalu mengamuk bersama pasukannya.
Serangan
Khalid dan pasukannya yang menggila berlangsung hingga matahari bergeser ke
tengah langit. Amukan pasukan Chimsh juga membabi buta hinggu dua kubu banyak
yang terluka dan tewas. Badan yang panas terasa makin panas oleh baju perang
yang membungkus, sehingga Khalid keluar dari medan perang untuk mendinginkan
badan dengan keringat bercucuran.
Pasukan
Muslimiin dari Bani Makhzum banyak yang luka hingga darah yang mengucur dari
lengan membasahi baju perang mereka. Khalid di depan pasukannya melantunkan
syair pemacu semangat:
Sejak
hari yang mengerikan melanda seluruh kaum Romawi celaka
Kusaksian
perang menggila
Berkali-kali
mereka tak berdaya
Berkali-kali
kaum Romawi kutinggalkan dalam keadaan nestapa
Abu
Ubaidah perintah, “Hai Abu Sulaiman! Mendekatlah pada Tuhanmu. Sungguh kau
telah berjihad dengan penuh semangat untuk Allah.”
Marqal
bin Hasyim berteriak agar pasukannya menyerang pasukan Chimash. Pasukan Marqal
yang terdiri dari Bani Zuhroh itu menyerang dari bagian kanan.
Maisarah
bin Masruq juga perintah pada pasukannya agar menyerbu pasukan Chimsh dari arah
kiri.
Ikrimah
bin Abi Jahl juga perintah pada pasukannya dari Bani Makhzum agar menyerbu.
Dalam keadaan yang sangat mendebarkan itu yang dipikir oleh pasukan Muslimiin
hanyalah agar mati syahid atau agar menang.
((Bagi
yang ingin menyimak kitab aslinya yang di Maktabatus-Syamilah dipersilahkan
membuka فتوح الشام - (1 / 145)).
[1] Dalam bahasa
selain Arab disebut Zarzis atau Georges. Sepertinya Jirjis yang ini bukan nabi
AS. Ibnul-Atsir menulis: “Nabi Jirjis AS orang Moushul, hidup pada zaman Raja
Dazanah (دازانه).”
[2] Orang Arab
menganggap gubernur adalah, raja di bawah raja.
0 komentar:
Posting Komentar