(Bagian ke-20 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Emosi para wanita Muslimaat makin berkobar karena ucapan Khaulah. Jawaban Afroh bintu Ghoffar Al-Chimyariyah (عفرة بنت غفار الحميرية) yang paling menjadi perhatian: “Demi Allah kau telah benar hai Bintal Azwar.[1] Kami kaum pemberani dan tangkas seperti yang telah kau katakan. Bahkan kami telah mengikuti perang-perang besar yang mengerikan. Kami juga ahli berkuda yang sering menembus malam yang gelap. Hanya saja pedang yang kami butuhkan tak ada di tangan kita. Padahal perampok berkuda ini jumlahnya banyak sekali. Kalaupun kita kabur juga percumah karena jumlah mereka terlalu banyak.”
Khaulah menjawab, “Jangan banyak perhitungan! Lepaslah tangga-tangga tenda sebagai senjata untuk menyerang mereka! Semoga dengan itu Allah menolong kita atas mereka. Atau setidaknya nama besar bangsa Arab tidak tercampak.”
Afroh menjawab, “Demi Allah edeamu lebih kusenangi dari pada edeaku.”
Khaulah dan teman-temannya bergerak cepat untuk melepas tali pengikat tiang-tiang tenda, dan berteriak keras bersama-sama. Khaulah memanggul kayu tenda di atas pundaknya; sejumlah wanita bergerak cepat memanggul tongkat di atas pundak.
“Jangan bercerai-berai! Berkumpullah yang kompak menjadi satu himpunan untuk berjuang bersama-sama!" Lanjut Khaulah, “Patahkan tombak dan pedang mereka!.”
Khaulah bergerak cepat mendahului teman-temannya untuk memukul kepala lelaki Romawi sekeras-kerasnya. Lelaki itu terkejut dan jatuh lalu sakarat. Teman-teman lelaki itu menoleh karena ada suara pukulan keras. Mereka terkejut ketika menyaksikan temannya telah terkulai. Mereka mengamati keadaan; ternyata wanita-wanita tawanan telah lepas dengan membawa tongkat.
Seorang batrik berteriak, “Hai perempuan-perempuan keparat, ada apa kalian!.”[2]
Afroh menjawab, “Inilah tindakan kami untuk memerangi kalian sebagai upaya mengakhiri umur dan ajal kalian, hai orang-orang kafir.”
Petrus muncul dan berkata, “Kepung dan hati-hatilah! Jangan kalian serang dengan pedang! Jangan ada satupun yang dibunuh! Tangkaplah mereka sebagai tawanan! Siapapun yang menangkap perempuan milikku jangan sekali-kali menyakitinya!.”
Kaum Romawi mengepung dari segala penjuru untuk menangkap mereka. Namun mereka kesulitan menangkap karena dilawan dengan tongkat. Para wanita bersatu di tengah kepungan pasukan berkuda. Yang menjadi sasaran adalah yang berani maju untuk menangkap. Kaki-kaki kuda dipukuli oleh para wanita hingga kuda roboh bersamaan pengendaranya yang memberanikan diri menangkap. Ketika pengendara kuda telah terlempar ketanah, dihajar hingga tewas oleh para wanita yang telah kalap. Pedangnya diambil. Ketika dari beberapa sudut ada lelaki berkuda yang maju untuk menangkap; saat itu pula kaki-kaki kuda dipukul oleh sejumlah wanita hingga kuda dan pengendaranya jatuh. Pengendaranya dihajar dengan tongkat oleh perempuan-perempuan kalap hingga tewas. Tigapuluh pria telah terkulai tewas di atas tanah. Pedang mereka diambil.
0 komentar:
Posting Komentar