(Bagian ke-15 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Al-Waqidi sejarawan Islam kuno yang masyhur mencatat pengakuan Rauh bin Thorif (روح بن طريف) yang pada waktu itu bergabung sebagai pasukan Khalid bin Al-Walid: “Saya dulu ikut bergabung ketika Khalid dan pasukannya memporak-porandakan pasukan Wardan. Lalu kami kembali lagi menuju pintu gerbang timur Damaskus. Pada waktu kami sedang santai; tiba-tiba Abad bin Saed Al-Chadhromi (عباد بن سعد الحضرمي) datang berkendaraan kuda. Dia diutus oleh panglima perang Muslimiin selain Khalid bernama Syurachbil bin Chasanah (شرحبيل بن حسنة) yang dulu pernah bertugas sebagai pencatat wahyu Rasulillah SAW. Saat itu Syurachbil dan pasukannya berada di Bushro (بصرى /Bosra). Rauh memberitakan ‘pasukan Romawi berjumlah 90.000 telah bergerak dari kota Najdin untuk menyerang pasukan Khalid’. Kami terkejut.”
Jantung Muslimiin benar-benar berdebar-debar.
Khalid segera lari dengan kudanya menuju Ubaidah yang berada di dekat pintu gerbang barat.
“Ya kepercayaan umat, Abad bin Saed Al-Chadhromi telah diutus oleh Syurachbil bin Chasanah agar menyampaikan berita bahawa Thoghiyah Romawi yang bernama Hiraqla telah mengangkat Wardan sebagai panglima perang yang membawahi 90.000 pasukan.[1][2] Kini mereka berada di kota Najdin. Sebaiknya apa yang kita lakukan, ya sahabat Rasulillah?,” tanya Khalid.
“Ya kepercayaan umat, Abad bin Saed Al-Chadhromi telah diutus oleh Syurachbil bin Chasanah agar menyampaikan berita bahawa Thoghiyah Romawi yang bernama Hiraqla telah mengangkat Wardan sebagai panglima perang yang membawahi 90.000 pasukan.[1][2] Kini mereka berada di kota Najdin. Sebaiknya apa yang kita lakukan, ya sahabat Rasulillah?,” tanya Khalid.
Khalid dan lainnya memperhatikan Ubaidah berkata, “Ya Aba Sulaiman, kini para sahabat Rasulillah benar-benar dalam tempat yang berpisah-pisah.[3] Syurachbil bin Chasanah berada di Bushro. Muadz bin Jabal berada di Chauron (حوران). Yazid bin Abi Sufyan berada di Balqa (البلقاء).[4] Nu’man bin Al-Mughirah (النعمان بن المغيرة) sedang mengurusi kota Tadmur dan Arakah.[5] Amer bin Ash (عمرو بن العاص) berada di Palestina. Yang paling tepat panggillah para sahabat nabi yang telah kusebut itu agar bergabung kemari. Kita berjuang bersama-sama dengan memohon pertolongan dan kemenangan pada Allah.”
Khalid mengirimkan surat pada Amer bin Ash:
Bismillahir Rahmaanir Rahiim amma ba’d. [6] Sungguh saudara-saudara kalian kaum Muslimiin di sini telah minta pada kalian untuk bergabung pada kami untuk menghadapi pasukan dari kota Najdin sejumlah 90.000 orang. Mereka lah kaum yang ingin memadamkan Nur Allah. Sementara Allah justru akan menyempurnakan Nur-Nya, walaupun orang-orang kafir benci.[7] Jika suratku ini telah sampai padamu segera berangkatlah kemari membawa seluruh pasukanmu!. Ingat! Kita bertemu di kota Najdin, in syaa Allah. Semoga keselamatan rahmat dan Barakah Allah melimpah padamu dan pada kaum Muslimiin yang menyertaimu.
Khalid juga menulis surat yang isinya seperti itu pada semua panglima perang selain Amer bin Ash yang bertempat di beberapa kota. Khalid perintah agar seluruh pasukannya berkemas-kemas menuju kota Najdin. Pasukan segera bergerak cepat mengangkat tenda-tenda dan tandu-tandu untuk dinaikkan di atas punggung-punggung unta. Harta rampasan dalam jumlah banyak berbentuk aneka ragam tidak ketinggalan diangkat. Pasukan yang tadinya berpisah di sebelah barat dan sebelah timur itu kini telah menjadi satu sehingga jumlahnya menjadi banyak sekali. Namun jika dibanding lautan pasukan yang berada di Najdin maka menjadi sangat sedikit.
Yang menjadi pusat perhatian arak-arakan pasukan panjang itu adalah dua tokoh besar bernama Abu Ubaidah dan Khalid. Khalid berkata pada Abu Ubaidah, “Saya berpendapat sebaiknya saya berada di saqah saja, untuk melindungi rampasan perang, harta benda, anak-anak dan remaja.[8] Silahkan engkau menempati posisi di Muqoddimah bersama para sahabat Rasulillah yang agung.” Maksud Khalid: bersama Syurachbil, Muadz bin Jabal, Yazid bin Abi Sufyan, Nu’man bin Al-Mughirah.
Ubaidah menjawab, “Justru sayalah yang seharusnya di saqah (belakang) dan kau di Muqoddimah (depan) bersama pasukan penyerang. Jika Wardan dan pasukannya menyerang kau; kau sudah siap menghadapi untuk menghalang-halangi mereka agar tidak sampai menawan wanita-wanita dan anak-anak yang kami jaga. Agar rombongan kami tidak menjadi tawanan mereka.”
Khalid menjawab, “Sejak dulu hingga kapanpun saya takkan menyelisihi yang kau katakan.”
Khalid berteriak, “Hai semuanya! Kalian benar-benar akan diajak menghadapi lautan pasukan berjumlah banyak sekali. Bangkitkan semangat kalian! Allah telah mempersiapkan kemenangan untuk kalian.” Khalid membacakan, “{كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ} [البقرة: 249].” Artinya: Berapa golongan sangat sedikit yang telah mengalahkan golongan sangat banyak dengan Idzin Allah; Allah menyertai orang-orang sabar.
Khalid membagi pasukan menjadi lima bagian. Yang berada di depan dipilih orang-orang yang kuat di bawah komando Khalid; Abu Ubaidah bersama 1.000 pasukan berada di belakang. Ketika pasukan Damaskus menyaksikan Muslimiin bergerak, menghunus pedang untuk bersiap-siap perang. Mereka yakin bahwa Muslimiin pasti akan lari ketakutan karena bala bantuan dari kota Najdin untuk mereka sangat banyak sekali.
Dalam suasana yang riuh di Damaskus, ada beberapa orang pandai. Mereka berkata, “Kalau orang-orang Arab merayap melewati jalan Ba’labak (بعلبك/Balbek), berarti benar-benar ingin meraih kemenangan untuk merenggut kota Himsh (Homs). Namun jika bergerak melewati jalan Marji Rohith (Hutan Rohith), berarti ketakutan menghadapi bala-bantuan dari Najdin. Mereka pasti akan pulang menuju Hijaz dengan meninggalkan harta-benda yang telah mereka rampas.”
[3] Kuniyah atau nama kehormatan sekaligus nama panggilan yang disenangi bagi Khalid.
[4] Dia masuk Islam pada zaman Fathu Makkah tahun 8 hijriyyah.
[5] Palmyra.
[6] (بسم الله الرحمن الرحيم أما بعد).
[7] {يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ} [الصف:8]
[8] Saqah artinya betis, namun maksudnya kumpulan pasukan yang sebelah belakang. Mereka membagi pasukan menjadi lima: yang di tengah namanya Qolb (hati). Yang depan namanya Muqoddimah (mengawali). Yang sebelah belakang namanya Saqah (betis). Yang sebelah kanan namanya Maimanah (kanan). Yang di sebelah kiri namanya Maisaroh (kiri).
0 komentar:
Posting Komentar