(Bagian ke-50 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Dhirar memperhatikan Khalid berkata, “Ya Dhirar, demi Allah saya bukannya takut mati terbunuh. Saya mengkhawatirkan pasukan yang kita tinggal di Damaskus. Selain itu terus terang, sebelum Damaskus kita rebut, saya telah bermimpi yang membuat saya susah. Saat ini saya sedang menununggu apa gerangan yang akan terjadi berdasarkan mimpi itu. Saya tetap yakin bahwa Allah akan memberi kebaikan dan pertolongan pada kita untuk mengalahkan lawan.”
Dhirar berkata, “Kau telah meyakini mimpi itu baik, berarti akan baik in syaa Allah Ta’ala. Bagaimana mimpimu?.”
Khalid menjawab, “Saya bermimpi melihat pasukan Muslimiin berjalan di tanah lapang. Tiba-tiba saya melihat kawanan keledai liar bertubuh besar –besar namun ringan. Panah-panah dan pedang-pedang kita tak dihiraukan melukainya, bahkan mereka tak takut terhadap apapun. Kita menyerang kawanan keledai itu berlangsung cukup lama. Pasukan berkuda kita meningkatkan serangan dengan sengit. Mereka saya cerai-beraikan dengan pasukan berkuda yang saya bagi menjadi empat kelompok. Saya menyerang hingga kawanan binatang itu kabur menuju perbukitan dan jurang yang sulit dijangkau. Namun keledai yang berhasil kami tangkap hanya sedikit. Keledai yang telah saya masak dan saya bakar, tiba-tiba hidup dan berusaha lari.
Keledai-keledai itu saya giring menuju tempat sempit dan saya memanggil keras pada kaum Muslimiin: ‘naikila kendaraan kalian untuk mengejar itu! Semoga Allah memberi barokah pada kalian!’.
Kaum Muslimiin berlari cepat dengan kuda; saya berlari mengikuti mereka. Di antara kawanan keledai itu ada unta besar yang saya tangkap untuk saya sembelih. Kaum Muslimiin sama menangkap dan membunuh buruan mereka. Akhirnya hanya sedikit buruan yang lepas.
Ketika saya pulang bersama Muslimiin dengan berbahagia, tiba-tiba kaki kudaku tersandung. Saya terkejut karena jatuh; tangan saya bergerak cepat untuk meraih surban yang lepas dari kepala; tahu-tahu saya bangun. Jantung saya berdebar-debar dan saya tak henti-henti memikirkannya. Barang kali ada di antara kalian yang bisa menafsirkan mimpi itu? Bagaimanakah?.”
Semua diam untuk memikirkan jawabannya.
Khalid mengajak kaum Muslimiin pulang ke Damaskus. Dalam perjalanan pulang melewati gunung itu Abdur Rohman bin Abi Bakr As-Shiddiq RA berkata pada Khalid, “Binatang liar yang kita buru artinya orang-orang yang kita cari. Kau jatuh bersama kudamu berarti kau dari atas turun ke bawah. Surban adalah mahkota kaum Arab, jatuh berarti cacat: berarti kau akan tertimpa sesuatu yang tidak menyenangkan.”
0 komentar:
Posting Komentar