Saya terkejut mendengar
kesekian kalinya 'salah' dalam memaknai dalil, di hadapan orang banyak. Bahkan yang ini di hadapan sejumlah Muballigh dan Muballighot. Dia bilang,
“Kalau orang benar-benar bertaqwa, pasti Allah membukakan Barokah dari langit dan bumi, berdasarkan dalil: وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ
الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.
Dia mengartikan (memberi makna) :
Sungguh kalau penduduk beberapa desa telah beriman dan bertaqwa, niscaya akan Kami bukakan Barakah dari langit dan bumi atas mereka. Tetapi mereka telah mendustakan, hingga Kami menindak karena yang telah mereka lakukan.”
Agar dipahami, "Kesalahan maknanya hanya sedikit" Tapi harus diluruskan. Untuk meraih kesempurnaan yang diridhoi oleh Tuhan.
Sungguh kalau penduduk beberapa desa telah beriman dan bertaqwa, niscaya akan Kami bukakan Barakah dari langit dan bumi atas mereka. Tetapi mereka telah mendustakan, hingga Kami menindak karena yang telah mereka lakukan.”
Agar dipahami, "Kesalahan maknanya hanya sedikit" Tapi harus diluruskan. Untuk meraih kesempurnaan yang diridhoi oleh Tuhan.
Saya berpikir, “Pasti orang itu tidak
tahu atau lupa, bahwa:
1. Al dalam, “الْقُرَى,” adalah ‘ahdiyyah, untuk menunjuk
sesuatu yang sudah pasti, dalam bahasa English the. Sehingga
akan lebih tepat kalau “الْقُرَى,” diartikan desa-desa itu.
2. Bahwa,
“لَفَتَحْنَا,”
adalah fi’il madhi (kata kerja lampau).
3. Bahwa,
“Wa (وَ) dalam walau (وَلَوْ) adalah athof (penghubung) dengan kalimat sebelumnya : وَمَا أَرْسَلْنَا فِي
قَرْيَةٍ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا أَخَذْنَا أَهْلَهَا بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ
لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُونَ ثُمَّ بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ
حَتَّى عَفَوْا وَقَالُوا قَدْ مَسَّ آبَاءَنَا الضَّرَّاءُ وَالسَّرَّاءُ
فَأَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ.”
Artinya:
Dan Kami tidak pernah mengutus seorang Nabi AS di dalam desa, kecuali Kami telah menimpakan Bahaya dan Madhorot pada penduduknya, agar mereka merendah.[1] Lalu Kami mengganti kebaikan sebagai ganti kejelekan (derita), hingga mereka berkembang dan berkata, “Sungguh ayah-ayah kami telah tertimpa madhorot dan kesenangan.”[2] Lalu mereka Kami tindak dengan mendadak; sedang mereka tidak sadar.
Dan Kami tidak pernah mengutus seorang Nabi AS di dalam desa, kecuali Kami telah menimpakan Bahaya dan Madhorot pada penduduknya, agar mereka merendah.[1] Lalu Kami mengganti kebaikan sebagai ganti kejelekan (derita), hingga mereka berkembang dan berkata, “Sungguh ayah-ayah kami telah tertimpa madhorot dan kesenangan.”[2] Lalu mereka Kami tindak dengan mendadak; sedang mereka tidak sadar.
Berdasarkan itu semua, arti 'Surat Al-A’rof Ayat 96 itu' yang lebih tepat: Sungguh kalau
penduduk beberapa desa itu, 'telah beriman dan bertaqwa', niscaya telah Kami bukakan Barakah dari langit dan bumi atas mereka. Tetapi mereka telah
mendustakan, hingga Kami menindak karena yang telah mereka lakukan.
Mestinya penjelasan, Niscaya akan
Kami bukakan Barakah dari langit dan bumi atas mereka, penjelasan kedua, karena sebagai makna yang terkandung, bukan makna inti.
Bandingkan dengan Arti Lau Anna.
0 komentar:
Posting Komentar