Ibnu Katsir dan Jalalain temasuk kitab tafsir yang dikaji oleh KH Nur Hasan di Makkah. Ibnu Katsir temasuk Mufassiriin yang sangat teliti mengenai Tafsir Al-Qur’an. Hanya Hadits dan kisah yang shahih, yang dia tulis di dalam kitabnya. Terkadang memasukkan Hadits Gharib di dalam kitabnya, tetapi dia jelaskan pada pembaca bahwa Hadits tersebut Gharib. Sementara Hadits Israiliyat yang membahayakan umat, dia singkirkan dari kitabnya.[1]
Dia menulis: تفسير ابن كثير - (ج 1 / ص 101)
بسم الله الرحمن
الرحيم
فاتحة الكتاب
يقال لها: الفاتحة،
أي فاتحة الكتاب خطا، وبها تفتح القراءة في الصلاة ويقال لها أيضا: أم الكتاب عند الجمهور،
وكره أنس، والحسن وابن سيرين كرها تسميتها بذلك، قال الحسن وابن سيرين: إنما ذلك اللوح
المحفوظ، وقال الحسن :الآيات المحكمات :هن أم الكتاب، ولذا كرها -أيضا -أن يقال لها
أم القرآن وقد ثبت في[الحديث] الصحيح عند الترمذي وصححه عن أبي هريرة قال: قال رسول
الله صلى الله عليه وسلم: " الحمد لله أم القرآن وأم الكتاب والسبع المثاني والقرآن
العظيم " ويقال لها: الحمد، ويقال لها:الصلاة، لقوله عليه السلام عن ربه:
" قسمت الصلاة بيني وبين عبدي نصفين، فإذا قال العبد: الحمد لله رب العالمين،
قال الله: حمدني عبدي " الحديث. فسميت الفاتحة: صلاة؛ لأنها شرط فيها. ويقال لها:
الشفاء؛ لما رواه الدارمي عن أبي سعيد مرفوعا: " فاتحة الكتاب شفاء من كل سم
" . ويقال لها:الرقية؛ لحديث أبي سعيد في الصحيح حين رقى بها الرجل السليم، فقال
له رسول الله صلى الله عليه وسلم: " وما يدريك أنها رقية؟ " . وروى الشعبي
عن ابن عباس أنه سماها: أساس القرآن، قال: فأساسها بسم الله الرحمن الرحيم، وسماها
سفيان بن عيينة: الواقية. وسماها يحيى بن أبي كثير: الكافية؛ لأنها تكفي عما عداها
ولا يكفي ما سواها عنها، كما جاء في بعض الأحاديث المرسلة: " أم القرآن عوض من
غيرها، وليس غيرها عوضا عنها " . ويقال لها: سورة الصلاة والكنز ذكرهما الزمخشري
في كشافه. وهي مكية، قاله ابن عباس وقتادة وأبو العالية، وقيل مدنية، قاله أبو هريرة
ومجاهد وعطاء بن يسار والزهري. ويقال: نزلت مرتين: مرة بمكة، ومرة بالمدينة، والأول
أشبه لقوله تعالى: { وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي } [الحجر: 87]،
والله أعلم . وحكى أبو الليث السمرقندي أن نصفها نزل بمكة ونصفها الآخر نزل بالمدينة،
وهو غريب جدًا، نقله القرطبي عنه. وهي سبع آيات بلا خلاف، [وقال عمرو بن عبيد: ثمان،
وقال حسين الجعفي: ستة وهذان شاذان] . وإنما اختلفوا في البسملة: هل هي آية مستقلة
من أولها كما هو عند جمهور قراء الكوفة وقول الجماعة من الصحابة والتابعين وخلق من
الخلف، أو بعض آية أو لا تعد من أولها بالكلية، كما هو قول أهل المدينة من القراء والفقهاء؟
على ثلاثة أقوال، سيأتي تقريره في موضعه إن شاء الله تعالى، وبه الثقة.
Artinya:
Dengan Nama
Allah Maha Pengasih Maha Penyayang
Pembukaan
Kitab
Surat ini diberi nama:
1.
Al-Fatichah (Pembukaan),
maksudnya Permulaan Kitab (Al-Qur’an) di dalam penulisan. Selain itu, surat itu
juga yang pertama kali dibaca di dalam shalat.
2.
Menurut ulama jumhur, “Dia
juga diberi nama Ummul-Kitab (Induk
kitab).” Namun Anas bin Malik, Al-Chasan Al-Bashri (tabi), dan Ibnu Sirin
(tabi), benci pada penamaan tersebut. Chasan dan Ibnu Sirin berkata,
“Sungguh Ummul-Kitab adalah Lauchul-Machul-Machfudl (اللَّوْح المَحْفُوظ).” Al-Chasan berkata, “Ayat muhkamat (diterapkan
hukumnya) adalah Induk Al-Kitab (أُمُّ
الْكِتَابِ).” Juga oleh karena alasan itu, mereka berdua benci jika Al-Fatichah diberi
nama Ummul-Kitab. Padahal sungguh Hadits shahih menurut Tirmidzi, dari Abi
Hurairah RA yang telah dinilai shahih; Rasulullah SAW bersabda, “Al-Chamdu
lillah adalah Ummul-Qur’an, Tujuh (ayat) yang
diulang-ulang, dan Al-Qur’an yang Agung,” telah kokoh (tsabat).
3.
Diberi nama Al-Chamdu.
4.
Diberi nama Asshalah (الصلاة), berdasarkan sabda SAW, dari Tuhannya, “Aku telah membagi
shalat menjadi dua bagian, untuk Aku dan hambaKu. Ketika hamba berkata ‘الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ’;
Allah berfirman ‘hambaKu telah memuji Aku’. Al-Chadits. Oleh karena itu Al-Fatichah diberi
nama Asshalah, karena syarat di dalam shalat harus ada Al-Fatichah.
5.
Diberi nama Assyifa (الشفاء/Obat), berdasarkan Hadits marfuk yang
diriwayatkan oleh Addarimi, dari Abi Said RA: “Fatichah kitab, obat
segala racun.”
6.
Diberi nama Arruqiyah (الرُّقْيَة/Suwuk), berdasarkan Hadits Abi Said RA, ketika dia me-ruqiyat (menyuwuk)
lelaki terserang bisa. Padanya, Rasulullah SAW bersabda, “Apa yang memberi tahu
kau bahwa sungguh surat tersebut Ruqiyat (Suwuk)?.”
7.
Assyabi (الشَّعْبِيّ) meriwayatkan: “Ibnu
Abbas RA memberi nama surat tersebut ‘Asasul-Qur’an (أساس القرآن).” Dia menjelaskan, “Asasnya adalah ‘بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ’.” [2]
8.
Sufyan bin Uyainah (سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ) memberi nama surat Al-Fatichah ‘Al-Waqiyah(الواقية/Penyelamat)’. [3]
9.
Yachya bin Abi Katsir (يَحْيَى بْن أَبِي كَثِيرٍ) memberi nama surat Al-Fatichah ‘Al-Kafiyah
(الكافية / Mencukupi), karena surat itu mencukupi jauh dari lainnya. Sedangkan
surat lainnya, tidak mencukupi seperti dia, sebagaimana riwayat yang datang
pada sebagian Hadits mursal: “أم
القرآن عوض من غيرها، وليس غيرها عوضا عنها / Induk Al-Qur’an, ganti dari lainnya; sedangkan lainya bukan
pengganti untuknya.”[4]
10.
Selain bernama Surat Asshalah, surat
tersebut juga bernama Al-Kanzu (الكَنْزُ / Simpanan-Kekayaan). Yang menjelaskan dua nama ini,
Azzamakhsyari (الزَّمَخْشَرِىّ), di dalam kitabnya
bernama Al-Kassyaf.
Surat Al-Fatichah ini
“Makiah,” terang Ibnu Abbas RA, Qatadah dan Abul-Aliyah.
Ada yang menyatakan: “Surat
tersebut Madaniyyah.” Yang mengucapkan demikian: Abu Hurairah,
Mujahid, Athak bin Yasar, dan Azzuhri.
Ada yang mengatakan, “Surat tersebut
diturunkan dua kali; di Makkah sekali, di Madinah sekali.” Namun penjelasan
awal lebih mirip shahih, berdasarkan FirmanNya Taala ‘{ وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي } [الحجر: 87]’.
Artinya: Dan niscaya sungguh Kami telah memberi kau tujuh (ayat) termasuk yang
diulang-ulang. (Firman tersebut turun ketika nabi SAW masih di Makkah). Namun
Allah yang lebih tahu.
Abu
Allaits Assamarqandi (أَبُو اللَّيْث
السَّمَرْقَنْدِيّ) berkata, “Separuh Al-Fatichah turun di
Makkah; separu akhir turun di Madinah.” Namun Hadits ini gharib (asing)
sekali. Al-Qurthubi menukil riwayat ini dari Abu Allaits.
Jumlah Ayat Surat Al-Fatichah tujuh Ayat, tidak ada yang memperselisihkan.
Amer bin Ubaid (عَمْرو بْن عُبَيْد) berkata, “Jumlah Ayat Surat Al-Fatichah delapan Ayat.” Chusain Al-Ju’fi
(حُسَيْن الْجُعْفِيّ) berkata, “Enam ayat.” Namun dua
pernyataan ini syadz (keluar dari kebenaran).
Sungguh
yang diperselisihkan oleh mereka, mengenai Basmallah. “ Apakah seluruh Basmallah mulai
dari awal adalah Ayat? Sebagaimana pengertian para Qura Jumhur dari
Kufah, dan pernyataan jamaah Sahabat,
Tabiin, dan sekelompok
kaum Khalaf? [5] Ataukah sebagian Ayat? Ataukah semua mulai sejak awal, bukan Ayat? Sebagaimana pernyataan Qura dan Fuqaha dari Madinah?.”
Faham mengenai ini terbagi menjadi tiga. Penjelasannya akan disampaikan pada tempatnya, in syaa Allah Taala.
Karena Dia, keshachihan
mengalir.
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
[1] Contoh
Hadits atau kisah yang membahayakan umat, kisah bathil bahwa Yusuf AS telah
melepaskan kancing-celananya di depan Yulaikha. Atau kisah bathil bahwa ayah
Bilqis, manusia yang mengawini jin perempuan.
[3] Sufyan bin Uyainah murid Abu Chazim,
murid Sahl bin Saed Assaidi (سَهْل بْن سَعْدٍ السَّاعِدِيّ) sahabat nabi
SAW.
[5] Qura
jamak dari qari. Artinya ahli membaca Al-Qur’an, hanya pada zaman nabi
SAW, qura dan qari adalah orang yang hafal Al-Qur’an.
Kaum khalaf artinya
kaum belakangan; lawan-kata dari kaum salaf (dahulu).
يهديك الله الصراط المستقيم
BalasHapus