Pada zaman Imam Maliki, kitab tershahih sejagad setelah Al-Qur’an, Al-Muattha. Tetapi setelah Bukhari dan Muslim memunculkan kitab mereka, hingga kapanpun kitab tershahih sejagad setelah Al-Qur’an adalah Bukhari dan Muslim.
Bukhari menjelaskan mengenai kerukunan dan kerja-sama kaum Muhajiriin dan Anshar yang patut dicontoh: صحيح البخاري - (ج 9 / ص 100)
2437 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا ابْنُ
وَهْبٍ حَدَّثَنَا يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ قَالَ لَمَّا قَدِمَ الْمُهَاجِرُونَ الْمَدِينَةَ مِنْ مَكَّةَ
وَلَيْسَ بِأَيْدِيهِمْ يَعْنِي شَيْئًا وَكَانَتْ الْأَنْصَارُ أَهْلَ الْأَرْضِ
وَالْعَقَارِ فَقَاسَمَهُمْ الْأَنْصَارُ عَلَى أَنْ يُعْطُوهُمْ ثِمَارَ أَمْوَالِهِمْ كُلَّ عَامٍ وَيَكْفُوهُمْ الْعَمَلَ وَالْمَئُونَةَ وَكَانَتْ
أُمُّهُ أُمُّ أَنَسٍ أُمُّ سُلَيْمٍ كَانَتْ أُمَّ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي
طَلْحَةَ فَكَانَتْ أَعْطَتْ أُمُّ أَنَسٍ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِذَاقًا فَأَعْطَاهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أُمَّ أَيْمَنَ مَوْلَاتَهُ أُمَّ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ ابْنُ
شِهَابٍ فَأَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا فَرَغَ مِنْ قَتْلِ أَهْلِ خَيْبَرَ فَانْصَرَفَ إِلَى
الْمَدِينَةِ رَدَّ الْمُهَاجِرُونَ إِلَى الْأَنْصَارِ مَنَائِحَهُمْ الَّتِي
كَانُوا مَنَحُوهُمْ مِنْ ثِمَارِهِمْ فَرَدَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِلَى أُمِّهِ عِذَاقَهَا وَأَعْطَى رَسُولُ اللَّه صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّ أَيْمَنَ مَكَانَهُنَّ مِنْ حَائِطِهِ وَقَالَ أَحْمَدُ
بْنُ شَبِيبٍ أَخْبَرَنَا أَبِي عَنْ يُونُسَ بِهَذَا وَقَالَ مَكَانَهُنَّ مِنْ
خَالِصِهِ.
Arti (selain isnad)nya:
Dari Anas bin Malik RA: “Ketika para Muhajirin telah
datang (dari Makkah) ke Madinah; tangan mereka kosong tak membawa (harta)
sedikitpun. Konon saat itu; kaum Anshar ahli pertanahan dan perkebunan.
Kaum Anshar menganjurkan agar kaum Muhajirin menerima harta (kebun) mereka, dengan imbalan menyetorkan buah dari
harta (kebun mereka) tiap tahun, dan membereskan pekerjaan, serta pembiayaan
(kebun) mereka.”
Konon Ibu Anas, Ummu
Sulaim; adalah Ibunya Abdullah bin Abi Thalchah. Dia menyerahkan pohon pada Rasulallah SAW. Namun pohon itu, oleh nabi SAW diserahkan pada Umma Aiman mantan budaknya, yakni Ibunya Usamah bin Zaid.
Ibnu Syihab diberi khabar
oleh Anas bin Malik: “Sungguh ketika telah membunuh penduduk
Khaibar, Rasulallah SAW pulang ke Madinah. Maka segera mengembaikan manihah-manihah (pohon-pohon) yang buahnya diberikan tersebut.[1]
Nabi SAW mengembalikan pohon pada Ibunya Anas RA. Sebagai gantinya, nabi SAW memberikan pohon dari kebunnya, pada Umma Aiman.”
Nabi SAW mengembalikan pohon pada Ibunya Anas RA. Sebagai gantinya, nabi SAW memberikan pohon dari kebunnya, pada Umma Aiman.”
Pelajaran Hadits Yunus
pada Syabib pada Achmad: “Pohon-pohon tersebut diberikan oleh nabi SAW pada
Umma Aiman, diambilkan dari harta khusus nabi SAW.”[2]
Kesimpulan:
Nabi SAW mengajarkan pada umatnya agar saling mencintai dan kerjasama dengan amanat. Karena jika sudah tidak ada orang
yang amanat, dunia kiamat.
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
[1] Pohon yang
diserahkan agar diambil buahnya, bisa diistilahkan manihah.
[2] Ibnu Chajar
menulis: فتح الباري لابن حجر - (ج 8 / ص 131)
وَكَانَ مِنْ
شَأْنِ أُمّ أَيْمَن أَنَّهَا كَانَتْ وَصِيفَةً لِعَبْد اَللَّه بْن عَبْد
اَلْمُطَّلِبِ وَكَانَتْ مِنْ اَلْحَبَشَةِ فَلَمَّا وَلَدَتْ آمِنَةُ رَسُولَ
اَللَّهِ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَمَا تُوُفِّيَ أَبُوهُ كَانَتْ
أُمّ أَيْمَن تَحْضُنُهُ حَتَّى كَبِرَ فَأَعْتَقَهَا ثُمَّ أَنْكَحَهَا زَيْد بْن
حَارِثَة وَتُوُفِّيَتْ بَعْدَهُ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِخَمْسَةِ
أَشْهُر.
Artinya:
Konon sebagian informasi
mengenai Ummu Aiman: “Sungguh dia hamba-sahaya milik Abdullah bin
Abdil-Muthallib yang berasal dari Chabasyah. Ketika Aminah melahirkan Rasulallah
SAW; setelah ayah Rasulillah SAW diwafatkan; Ummu Aiman yang merawat
Rasulillah kecil, hingga dewasa.
Nabi pun memerdekan lalu menikahkan dia dengan Zaid bin Charitsah.
Ummu Aiman wafat 5 bulan setelah wafat Rasulillah SAW.
Nabi pun memerdekan lalu menikahkan dia dengan Zaid bin Charitsah.
Ummu Aiman wafat 5 bulan setelah wafat Rasulillah SAW.
Ada catatan menarik di dalam
Tajul-Urus: تاج العروس - (ج 1 / ص 1603)
منه حديثُ أُمِّ
أَيْمَنَ " أَنها عَطشَتْ مهاجِرةً في يومٍ شديدِ الحرِّ فدُلِّيَ إِليها دَلْوٌ
من السَّماءِ فشَرِبتْ حتَّى أَراحَتْ.
Artinya:
Termasuk penggunakan lafal ‘rachat’
adalah di dalam Hadits Ummu Aiman: Sungguh Ummu Aiman kehausan di waktu
berhijrah (ke Madinah) di hari yang sangat panas. Tiba-tiba ada ember yang
diturunkan dari langit menuju dia. Sontak dia meminum (isi)nya hingga (puas)
dan bisa istirahat (rachat).
0 komentar:
Posting Komentar