Terus
terang saya nggak mau mengajarkan kesalahan, yakni membacakan, “Terjemahan Salah”
di depan publik. Memang tidak semua terjemahan yang disodorkan,
salah. Tapi ada yang salah, dan ini harus dibenarkan:
{وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}
[الأعراف: 96].
Dan seandainya
penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, maka
Kami akan bukakan kepada mereka, barokah
kemakmuran dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan, maka Aku siksa
sebab apa yang telah mereka lakukan.
Letak
kesalahannya:
1.
Ahlul-Quroo
(أَهْلَ الْقُرَى) diartikan, “Penduduk suatu
negeri. Yang benar ‘penduduk negeri-negeri itu’. Karena ‘al-quroo (الْقُرَى)’ adalah jamak, bukan tunggal. Dan ‘al’nya ahdiyyah,
untuk menyatakan ‘itu’, atau ‘tersebut’. Dalam bahasa English ‘the’.”
2.
Lafatahnaa
(لَفَتَحْنَا) diartikan,
“Maka Kami akan bukakan. Yang benar ‘maka Kami telah bukakan’. Karena Lafatahnaa adalah fiil
madhi (katakerja lampau).
Perhatikan!
Agar bisa memahami Firman tersebut dengan benar:
1.
Bacalah
mulai Ayat 59 dari Surat Al-Arof ini. Di sana dikisahkan oleh Allah,
tentang Nuh AS dan kaumnya. Hingga akhirnya Allah menyiksa mereka. “{وَأَغْرَقْنَا
الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا} [الأعراف: 64]. ‘Dan Kami telah menenggelamkan kaum yang telah mendustakan
Ayat-Ayat Kami’.”
2.
Lalu
Allah berkisah tentang ‘Kaum Ad dan nabi Mereka’ Hud AS (ayat 65). Akhirnya
Allah menyiksa mereka. “{وَقَطَعْنَا
دَابِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا} [الأعراف: 72]. ‘Dan Kami
telah memutus pangkal kaum yang telah mendustakan Ayat-Ayat Kami’.”
3.
Lalu
Allah berkisah kaum Tsamud dan nabi mereka, Shalih AS (Ayat 73). Akhirnya Allah
berkisah, ‘”Mereka Tertimpa Gempa. ‘{ فَأَخَذَتْهُمُ
الرَّجْفَةُ} [الأعراف: 78]’.”
4.
Lalu
Allah berkisah tentang Luth AS dan Kaumnya (Ayat 80). Akhirnya Allah menyiksa
mereka. {وَأَمْطَرْنَا
عَلَيْهِمْ مَطَرًا } [الأعراف: 84]. Dan Kami menghujankan hujan (siksa) atas mereka.
5.
Lalu
Allah berkisah tentang Syuaib AS dan kaumnya (Ayat 85). Akhirnya, “Mereka
tertimpa gempa. ‘{فَأَخَذَتْهُمُ
الرَّجْفَةُ} [الأعراف: 91]’.”
Agar keterangan di atas lengkap, maka Allah berfirman:
{وَمَا
أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا أَخَذْنَا أَهْلَهَا بِالْبَأْسَاءِ
وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُونَ ثُمَّ
بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ حَتَّى عَفَوْا وَقَالُوا قَدْ مَسَّ
آبَاءَنَا الضَّرَّاءُ وَالسَّرَّاءُ فَأَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
وَلَوْ أَنَّ
أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ }]. Dan seterusnya.
Artinya:
Kami belum
pernah mengutus seorang nabi pada suatu desa, kecuali pasti Kami timpakan
bahaya dan madhorrot, pada penghuninya. Agar mereka merendah. Lalu nasib
jelek Kami rubah menjadi baik. Hingga ketika telah berkembang (makmur), mereka
berkata, “Sungguh dulu, ayah-ayah kita telah tertimpa madhorrot dan
kesenangan.”
Maka mereka
Kami tindak mendadak. Sedangkan mereka tidak sadar.
Sungguh kalau
penduduk desa-desa tersebut, telah beriman dan bertaqwa, niscaya Kami telah
membukakan barokah-barokah dari langit dan bumi, untuk mereka. Tetapi mereka
telah mendustakan. Maka mereka Kami tindak karena yang telah mereka lakukan.
Mulai Ayat 59 hingga Ayat 96 dan seterusnya, adalah penjelasan mengenai, “Kaum yang Telah Lampau.” Memang boleh dibaca sebagai dalil agar kaum zaman sekarang beriman dan bertaqwa. Tetapi mengenai makna atau tejemahan, harus tepat, sesuai kaidah bahasa.
Agar lebih jelas, silahkan diklik.
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
0 komentar:
Posting Komentar